Mental Pengemis Kaum Kapitalis
Oleh: Afiyah Rosyad (Aktivis Muslimah dari Probolinggo)
Peradaban manusia akan dipimpin sebuah ideologi pada setiap masa. Ada kalanya peradaban yang bagus, namun ada pula peradaban yang buruk. Sudah menjadi sunnatullah.
Sebelum Rosulullah Muhammad SAW, Allah menurunkan banyak Nabi dan Rosul untuk membentuk peradaban manusia. Mengubah dari peradaban yang penuh kemaksiyatan, menuju peradaban yang haq dari Allah Sang Maha Pencipta.
Begitu terus hingga tiba di masa Nabi Muhammad SAW. Sejak masa Baginda Rosul yang mulia, peradaban manusi memanusiakan manusia. Menyingkirkan kegelapan, menyinari dengan cahaya Islam. Islam yang dibawa Baginda Nabi bujan sekedar agama ritual, namun sebagai Ideologi.
Pada masa hijrah baginda Nabi, Madinah adalah tempat pertama yang menerapkan Ideologi Islam secara menyeluruh. Kejayaan gemilang di bawah naungan Islam dirasakan oleh sebagian besar manusia di dunia. Islam memayungi ⅔ dunia.
Kesejahteraan dan keamanan rakyat terjamin, baik Muslim ataupun ahlid dzimmah (non Muslim). Kebutuhan pokok individu per individu terpenuhi. Negara yang menjaminnya. Apakah kebutuhan personal (pokok), atau kebutuhan komunal (pendidikan, kesehatan, dan keamanan).
Saat ada bencana atau wabah melanda di penjuru negeri, dengan sigap dan cekatan Negara langsung turun tangan untuk menyelesaikannya tanpa perhitungan apalagi pelit.
Berbeda jauh dengan yang ada saat ini. Dimana dunia kini dikuasai Ideologi Kapitalisme. Dimana kapitalisme ini berasaskan manfaat. Semua dipandang dari sisi profit atau materi. Negara lepas tangan atas pemenuhan kebutuhan rakyat. Baik itu kebutuhan personal (pokok), ataupun kebutuhan komunal (pendidikan, kesehatan, dan keamanan).
Semua diukur dengan uang, menjalankan roda pemerintahan harus meraih hasil yang besar, tak boleh rugi. Aneka subsidi jika perlu ditiadakan. Rakyat harus mau menanggung beban Negara yang besar dan menanggung kebutuhannya sendiri.
Maka hal wajar, jika listrik dan BBM yang seharusnya dikelola Negara dan didstribusikan untuk rakyat kini diprivatisasi. Rakyat harus beli. Iuran kesehatan yang dipaksakan sangat menjerat rakyat, sakit ataupun tidak tetap harus bayar iuran. Dan banyak lagi kebijakan dalam roda pemerintahan yang mencekik rakyat.
Maka jelas, penganut kapitalis bermental pengemis. Semua dibiayai rakyat. Termasuk saat wabah datang menyerang, rakyat dibiarkan luntang lantung dalam kekahawatiran karena solusi yang tidak tegas.
Belum lagi ketika kapitalis ini meremehkan setiap nyawa rakyat, terutama tim medis yang berkewajiban menangani pasien yang positif wabah. Sikap tak peduli dengan membiarkan tim medis dengan peralatan sangat minim dan langka, menunjukkan betapa pelitnya Negara.
Belum lagi jika memang ada gathering dana untuk donasi dari rakyat pada Negara. Maka jelas mental pengemis kaum kapitalis sudah mengakar dan mendarah daging. Sesuai dengan pandangan hidupnya, yakni segala sesuatu diukur dengan uang. Meraih untung besar, dengan modal kecil, kalau perlu tanpa modal. []
Wallahu A'lam
Posting Komentar untuk "Mental Pengemis Kaum Kapitalis"