'New Normal', dari Kapitalisme untuk Kapitalisme



Oleh : M Azzam Al Fatih (Penulis dan aktivis dakwah)

Saat ini dunia tengah dalam tanggap bencana virus covid-19, termsuk negara Indonesia. Hal ini pun sangat berdampak pada perekonomian, terutama para pelaku usaha baik pabrik, mall, hotel, restoran, bandara Dan pariwisata. Tentunya sangat berdampak pula terhadap kas negara, sebab perusahaan - perusahaan tersebut salah satu sumber pendapatan terbesar bagi negara. Bahkan perusahaan - perusahaan besar yang ada di negeri ini salah satu penopang suksesor rezim dalam meraih kekuasaan. Tentu perusaahan yang dinaungi asing tersebut memiliki kepentingan.

Kapitalis yang menjadi penopang kekuasaan tentu tidak mau rugi meski negara dalam kondisi lemah. Maka hal dilakukan adalah menekan negara agar mereka tidak jatuh ke lubang yang lebih dalam. Seperti kita ketahui pandemik covid-19 telah membongkar bobroknya kapitalisme serta menggoyahkannya bahkan seakan tinggal menunggu detik - detikn keruntuhannya.

Maka yang diusahakan oleh rezim demi menyelamatkan kapitalis adalah mengupayakan semaksimal mungkin. Hal ini bisa dilihat dari berbagai kebijakan dalam menangani kasus pandemik covid-19, yang sejak dari awal negara acuh dengan solusi loukdwon. Padahal solusi ini telah terbukti menekan angka korban, di samping itu juga telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Yang  akahirnaya negara hanya melakukan PSBB, yaitu melakukan pembatasan aktivitas rakyat. Namun kebijakan ini tidak bisa maksimal dalam menekan jumlah korban covid-19. Kemudian negara pun mengambil kebijakan her imunity, hal ini pun menimbulkan Keresahan masyarakat. Setelah kebijakan ini terganjal dan mendapat penolakan dari rakyat, akhirnya negara menggulirkan kebijakan New Normal. New Normal adalah kebijakan dengan menuju kondisi normal. Membuka fasilitas transportasi, pariwisata,  mall, dan lainnya. Padahal dilihat dari kondisi perkembangan penyebaran virus covid- 19 belum mereda, justru diberbagai kota mengalami peningkatan. 

Sangat ironis tatkala membuka fasilitas umum yang dinilai menghasilkan uang disaat wabah masih menjamur dan menular. Itu artinya membiarkan korban terus bertambah. Setelahnya korban yang notabennya rakyat harus dirawat dengan biaya sendiri atas nama jaminan BPJS yang sejatinya alat kapitalis untuk dijadikan sumber dana, naudzubilla mindzalik.

Maka sangat jelas bahwa kebijakan New Normal life adalah dari Kapitalisme untuk kapitalisme  dalam rangka menyelamatkan keterpurukan ekonomi. Setelah sekian bulan tak berdaya menghadapi covid 19 yang Allah SWT kirim. Kesombongan dan keangkuhan dari para pengembannya, luluh tak berdaya dalam sekejap. Hal ini dapat dinilai dari Amerika yang merupakan pemeran utama kapitalisme, di mana negara tersebut tak berdaya dan Kalang kabut menghadapi virus Corona ini.

Jadi, kebijakan new normal sama sekali bukan untuk rakyat. Sebaliknya rakyat lah yang menjadi korban kesadisan  kapitalisme. Lalu akankah kita rela terjajah secara terstruktur oleh sistem kufur yang telah lama menyengsarakan rakyat. Akankah rela pula, dipaksa berbuat kerusakan bumi, yang tentu akan menjerumuskan kita kedalam kesesatan? Jika tidak, maka kebijakan new normal wajib ditolak.

Kemudian, seiring virus Corona pergi setelah menyelesaikan tugas dari pencipta maka tugas kita adalah memfinising dengan menjelaskan kepada masyarakat agar mereka paham tentang skenario penyelamatan kapitalisme baik lewat online maupun offline. Dengan rakyat makin paham tentang bobrok dan kejahatannya sistem Kapitalisme, maka yang terjadi sistem tersebut segera terkubur untuk selamanya. Serta jelaskan pula tentang sistem Islam yang menentramkan dan membawa kebaikan seluruh manusia. Dan berikutnya kita Sambut kembalinya kejayaan Islam yang telah dijanjikan oleh Allah SWT.

Posting Komentar untuk "'New Normal', dari Kapitalisme untuk Kapitalisme"