Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bahasa Arab dan Islam, Bagai Dua Sisi Mata Uang


Oleh: Sherly Agustina, M.Ag (Member Revowriter dan WCWH)

Bagaimana mungkin umat manusia menolak keindahan bahasa ini, dengan logikanya dan kecemerlangannya yang unik? Bahkan tetangga-tetangga Arab, orang-orang yang mereka taklukkan, telah jatuh di bawah pesona bahasa ini." Sigrid Hunke (1913-1999) (superprof.co.id)

Bahasa Arab dan Islam bagai dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Bicara keistimewaan Islam tak lepas dari keistimewaan bahasa Arab di dalamnya. Bicara kebangkitan Islam, ada satu kesatuan di antara keduanya. Dan bicara kemunduran pasti ada yang melemah di antara keduanya.

Maka tak heran jika Syeikh Taqiyuddin An Nabhani mengatakan di dalam kitabnya, At Takatul Al Hizbi. Bahwa kebangkitan dan kemunduran umat Islam faktor utamanya dari bahasa Arab. Umat Islam bisa bangkit jika semangat mempelajari bahasa Arab dan mengalami kemunduran jika tak mempelajari bahasa Arab. Mengapa demikian, karena Al Qur'an turun dalam bahasa Arab dan semua tsaqofah Islam dari para ulama dalam bentuk bahasa Arab.

Lalu, bagaimana mungkin umat Islam bisa memahami Al Qur'an, hadis dan tsaqofah para ulama yang isinya bahasa Arab tapi tidak mempelajarinya. Dan kemunduran berfikir umat Islam terjadi saat ini, ketika umat Islam lebih menganggap penting bahasa lain di luar bahasa Arab dan terjebak dengan bahasa internasional saat ini. Seolah-olah jika tak menguasai bahasa internasional saat ini, umat Islam akan ketinggalan zaman.

Tidak salah umat Islam mempelajari berbagai bahasa, pun bahasa internasional saat ini. Namun, sebagai umat Islam tentu mempelajari bahasa Arab adalah prioritas. Keimanan kepada Allah lah yang mendorong diri seorang muslim agar bisa memahami Al Qur'an dan As Sunah serta tsaqofah Islam yang isinya bahsa Arab. Bukankah penerang dan cahaya di alam kubur yang  menemani sang mayat adalah bacaan Al Quran, yang isinya bahas Arab?

Tentu menjadi renungan bagi umat Islam saat ini, mengapa kurang atau bahkan tidak mempelajari bahasa Arab. Padahal bahasa Arab memiliki keistimewaan yang luar biasa. Di antara keistimewaan bahasa Arab yaitu terdapat 11 ayat dalam Al Quran yang menyatakan bahwa Al Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab,  yakni dalam surat Yusuf : 2 ; Ar-Ra’du : 37; An-Nahl : 103; Thaha : 103; Asy-Syu’ara : 195; Az-Zumar : 28; Fushshilat : 3 & 44; Asy-Syura : 7; Az-Zukhruf : 3; Al-Ahqaf : 12.

Di dalam kitab Faid al-Qadir Syarh al-Jami’ al-Sagir susunan Al-Manawiy, disebutkan bahwa dari Ibnu Abbas dengan riwayat Muslim, Rasulullah bersabda: “Pelajarilah bahasa Arab karena 3 hal : 1] Karena Aku (Nabi SAW) orang Arab, 2] Al-Quran berbahasa Arab, dan 3] Percakapan ahli surga adalah bahasa Arab.” Perkataan Sahabat Umar bin Khattab ra tentang bahasa Arab: “Hendaklah kamu sekalian tamak (keranjingan) mempelajari bahasa Arab karena bahasa Arab itu merupakan bahagian dari agamamu”.

Dan Perkataan Ulama, Imam Asy-Syafi’i, “Manusia menjadi buta agama, bodoh dan selalu berselisih paham lantaran mereka meninggalkan bahasa Arab, dan lebih mengutamakan konnsep Aristoteles. (via Adz-Dzahabi , Siyaru A’lamin Nubala, 10/74). Serta Yusuf Al-Qardhawi,“Umat Islam Indonesia sudah seharusnya menguasai bahasa Arab karena itu adalah bahasa Al-Quran." (Mustaqilli.com)

Allah Swt. berfirman: “Al-Quran itu turun dengan bahasa arab yang jelas.” (QS. as-Syu’ara: 195).

Di dalam tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia dijelaskan, (dengan bahasa Arab yang jelas) Allah menjadikan al-Qur’an memakai bahasa Arab sesuai dengan bahasa Rasul yang merupakan orang Arab agar orang-orang musyrik tidak mengatakan “kami tidak dapat memahami apa yang kamu katakan selain bahasa kami” sehingga al-Qur’an yang berbahasa Arab ini dapat memotong alasan mereka dan membantah hujjah mereka. 

Dan di dalam  tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah. Yang merupakan bahasa yang paling utama. Dalam Al Qur’an terkandung berbagai keistimewaan, ia merupakan kitab yang paling utama, dibawa oleh malaikat yang paling utama, diturunkan kepada manusia yang paling utama dan disampaikan ke dalam anggota tubuh yang paling utama, yaitu hati serta diberikan kepada umat yang paling utama yang ditampilkan kepada manusia, dan dengan bahasa yang paling utama lagi paling fasih yaitu bahasa Arab yang jelas.

Ibnu Faris (w. 395) – salah satu ulama bahasa – menyatakan, ketika Allah Ta’ala memilih bahasa arab untuk menjelaskan (firman-Nya), menunjukkan bahwa bahasa-bahasa yang lainnya, kemampuan dan tingkatannya di bawah bahasa arab. (as-Shahibi fi Fiqh al-Lughah, 1/4). Di antara sisi penunjangnya, bahasa arab merupakan bahasa yang sangat tua dan terjaga. Dan semakin tua sebuah bahasa, akan semakin kaya dengan kosakata, semakin sempurna gramatikalnya dan banyak simbol-simbol makna. (Konsultasisyariah.com)

Di masa Rasul saw. ada seorang sastrawan yang sangat terkenal, ilmu sastranya sangat tinggi dan luar biasa namanya Tufail Ad Dausi. Pada suatu waktu Allah Swt. mempertemukan Tufail dengan Baginda Nabi saw.  Ketika Baginda saw. membacakan ayat Al Qur'an, Tufail memperhatikan dan penasaran dengan apa yang dibaca oleh Baginda Nabi saw. Kemudian mengikuti Baginda hingga sampai di suatu tempat, lalu Tufail bertanya "Apa sebenarnya yang kau baca wahai Muhammad?" . Baginda saw. menjawab, "Yang aku baca adalah Alquran."

"Sungguh aku tidak pernah menemukan kalimat  yang tinggi sekali keindahan sastranya dari apa yang aku dengar barusan." Ilmunya membimbing dirinya dan Allah menghendaki bahwa Thufail menjadi bagian dari hamba-Nya yang masuk Islam dan tercatat dalam sejarah. Kemudian kisah tentang ayahnya sahabat Nabi saw. Khalid bin Walid yang dikenal sebagai pemimpin pasukan perang yang luar biasa terutama dalam menggunakan pedang, yaitu Walid bin Mughirah.

Walid bin Mughirah seorang bangsawan yang terkenal di masanya. Keilmuannya tinggi, hartanya melimpah, sangat dihormati dan didengar oleh kaumnya. Pada suatu hari beliau menemui Baginda Nabi saw. dan mengetahui bahwa apa yang dibawa oleh Baginda saw. yaitu Al Qur'an memang bukan bahasa yang biasa. Hingga suatu hari, Abu Jahal mendatangi Walid dan mengatakan: "Ucapkanlah suatu perkataan yang menunjukkan kalau engkau mengingkari Alquran atau engkau membencinya.”, kata Abu Jahal.

Al-Walid mengatakan, “Apa menurutmu yang harus kukatakan pada mereka? Demi Allah! Tidak ada di tengah-tengah kalian orang yang lebih memahami syair Arab daripada aku. Tidak juga pengetahuan tentang rajaz dan qashidahnya yang mengungguli diriku. Tapi apa yang diucapkan Muhammad itu tidak serupa dengan ini semua. Juga bukan sihir jin. Demi Allah! Apa yang ia ucapkan (Alquran) itu manis. Memiliki thalawatan (kenikmatan, baik, dan ucapan yang diterima jiwa). Bagian atasnya berbuah, sedang bagian bawahnya begitu subur. Perkataannya begitu tinggi dan tidak ada yang mengunggulinya, serta menghantam apa yang ada dibawahnya.”

Luar biasa, seseorang yang keras hatinya dan penuh kebencian terhadap Islam dan apa yang Allah turunkan memiliki kesan yang luar biasa terhadap Alquran. Namun, karena kecenderungan Walid pada Abu Jahal dan kaumnya maka Walid mengatakan bahwa Al Qur'an sihir yang dipelajari dan Muhammad sedang mempelajarinya. Lalu, Allah Swt. murka dengan sikap Walid dan mengazabnya hingga kisah ini di abadikan di dalam Al Qur'an surat Al Mudatsir ayat 11 dan 26. (Kisahmuslim.com)

Wajar jika umat Islam tak merasa memiliki pada bahasa Arab karena tidak berkenalan dengannya. Maka mari berkenalan agar ada rasa memiliki dan ingin mempelajari bahasa Islam dan bahasa ahli syurga. Sehingga kebangkitan umat semakin bergeliat menyongsong kemenangan Islam di depan mata.


Allahu A'lam Bi Ash Shawab.

Posting Komentar untuk "Bahasa Arab dan Islam, Bagai Dua Sisi Mata Uang"

close