Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Detik-Detik Runtuhnya Kapitalisme



Oleh : Nelly, M.Pd (Pemerhati Masalah Keumatan, Pegiat Opini Medsos)

Kasus pendemi corona yang mendunia ini sungguh berdampak amat dahsyat, bahkan negara-negara kapitalis konon katanya super power dunia pun harus “bertekuk lutut” di hadapan makhluk berpartikel renik berdiameter 50–200 nanometer ini. Negara pengusung kapitalis Amerika Serikat (AS) terlihat hingga hari ini nampak kewalahan menghadapi pandemi COVID-19. 

Seperti diketahui AS menempati kasus COVID-19 peringkat pertama sedunia. Amerika menjadi negara dengan kasus positif COVID-19 dengan 1.837.170 kasus, 599.867 orang sembuh, dan 106.195 orang meninggal. 

Sementara negara bagian timur yaitu China yang awalnya begitu angkuh dengan besarnya tentara, senjata, kemajuan ekonomi dan ketinggian teknologi, hari ini harus menyerah dengan adanya wabah.

Situasi ini juga menjadi tahun yang sangat berbeda, sebab hampir 200 negara di dunia mengalami hal yang sama dilanda wabah virus corona. Kondisi ini menyebabkan aktivitas ekonomi terhenti. Meskipun, orang masih diperkenankan bekerja dari rumah, tapi ekonomi secara riil tak bergerak di pasaran. 

Negara-negara adidaya seperti Amerika, China, Inggris, Jerman, dan Jepang, mulai kolaps secara ekonomi akibat wabah corona. Mereka tidak memperkirakan wabah corona akan sangat cepat menyebar ke seluruh dunia dan berdampak begitu besar terhadap perekonomian. 

Kini situasi Amerika Serikat kembali memanas! Di tengah pandemi covid-19 yang mengkeokkan Amerika, terjadi demonstrasi di lebih dari 75 kota di Amerika. Melibatkan puluhan ribu pengunjuk rasa.  Bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa pun tak terelakkan. Polisi menembakkan gas air mata. Sebaliknya, pengunjuk rasa melemparkan batu sekaligus menggambar berbagai grafiti di mobil polisi. 

Kerusuhan ini dipicu oleh kematian seorang pria berkulit hitam bernama George Floyd (46) pada 25 Mei 2020 di Minneapolis, Minnesota.  Beredar video yang menunjukkan George Floyd ditekan keras dengan lutut oleh seorang polisi berkulit putih. Bahkan saat George Floyd mengeluh dan memohon bahwa dirinya tidak bisa bernafas, polisi tetap terus menekan leher George Floyd.

Situasi di atas semakin memanas. Pasalnya, Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengerahkan militer Amerika untuk melawan warganya sendiri yang terus berunjuk rasa. Dia mengatakan, "Ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai."
Di sisi lain kapitalisme yang diterapkan dunia telah kehilangan moral untuk menyatakan dirinya sebagai ideologi yang benar dan mampu mengangkat kesejahteraan manusia. 

Sebab ditinjau dari aspek manapun kapitalisme merupakan ideologi yang rusak. Baik dilihat dari sisi asas sekularisme yang menenggelamkan fitrah manusia untuk beragama dan beribadah dengan benar kepada Allah SWT, maupun dari aspek ekonomi, sosial, budaya dan peradaban.

Hari ini sangat nampak kapitalisme sudah berada dalam proses kebangkrutan. Sedangkan aspek kemanusiaan secara global menunjukkan betapa jahatnya ideologi ini terhadap umat manusia. Negara-negara kapitalis dan para pendukungnya harus jujur mengakui kebangkrutan ide kapitalisme sehingga tidak layak sistem ini dipertahankan.

Dalam aspek kemanusian, selama kapitalisme memimpin dunia dan berkuasa umat manusia semakin menderita. Kemajuan teknologi tidak memiliki manfaat yang cukup banyak untuk mengangkat harkat kemanusiaan ke tingkat yang lebih baik. Justru teknologi dijadikan senjata pemusnah massal dan alat untuk menguasai sumber daya alam negara-negara dunia ketiga.
Kapitalisme membuktikan dirinya sebagai ideologi yang tamak. 

Sebab sistem ini mendorong segala motif perbuatan dilakukan atas dasar ketamakan (profit oriented) sehingga nilai-nilai kemanusian pun hampir hilang apalagi nilai-nilai ruhiyah. Peraih Nobel Ekonomi dari Banglades, Muhammad Yunus menyatakan ketamakan Kapitalisme menjadi bahan bakar Kapitalisme. Ketamakan ini pula yang menyebabkan Kapitalisme mengadopsi riba dan judi sebagai basis transaksi ekonomi. 

Akibatnya sistem keuangan dunia telah berubah menjadi kasino.
Krisis finansial AS menunjukkan sistem Kapitalisme mengeksploitasi orang-orang miskin Amerika sebagai sumber keuntungan. Orang-orang miskin diberikan pinjaman untuk memiliki rumah (kredit subprime mortgage) dengan bunga yang tinggi sehingga sudah pasti mereka akan sangat kesulitan membayar cicilannya. 

Hutang-hutang orang miskin itu pun kemudian diperdagangkan di pasar modal sehingga nilainya menggembung (bubble) 15 kali lipat dari nilai hutang sebenarnya. Penggembungan hutang inilah yang menjadi sumber keuntungan para investor pasar modal. Penggembungan hutang ini juga yang menjadi sumber malapetaka AS ketika orang-orang miskin AS yang tidak mampu melunasi hutangnya sangat banyak jumlahnya.

Telaah atas ambruknya tatanan kehidupan kapitalis dan adanya tanda-tanda keruntuhan kapitalisme global diperkuat oleh pernyataan Henry Kissinger: Virus Corona Akan Mengubah Tatanan Dunia Selamanya. Kantor berita Al-Jazeera (4/4/2020) mengutip pernyataan serigala politik Amerika dan mantan Menteri Luar Negeri, Henry Kissinger, dalam sebuah artikel di Wall Street Journal, bahwa pandemi Corona akan mengubah sistem global selamanya. 
Kissinger menjelaskan bahwa kerusakan yang disebabkan oleh pandemi virus Corona mungkin bersifat sementara, tetapi kekacauan politik dan ekonomi yang disebabkannya dapat berlanjut selama beberapa generasi. 

Kematian kapitalisme sudah di ujung tanduk. Inilah yang menjadi kegalauan para pemimpin Barat sehingga mereka menyatakan kekhawatirannya terhadap Islam, khususnya Islam yang diformalisasikan menjadi institusi dan perundang-undangan. 

Pada akhir 2004, National Intellligende Council (NIC) Amerika Serikat mengeluarkan sebuah dokumen yang berjudul Mapping the Global Future: Report of the National Intelligence Council’s 2020 Project. 
Dalam dokumen tersebut, NIC menyatakan kemungkinan munculnya Khilafah yang menjadi institusi kaum Muslim sedunia. 

Seiring dengan kekhawatiran Barat terhadap Islam, ghirah kaum Muslim untuk menjadikan Islam sebagai sumber nilai dan tata aturan hidup semakin nampak. 
Perubahan adalah keniscayaan. Apalagi jika Allah Swt telah menghendakinya.

Sejarah telah mengajari kita bagaimana Allah Swt telah mempergilirkan kepemimpinan sebuah peradaban atas dunia. Bicara kemungkinan, perubahan tatanan dunia baru pasca pandemi COVID-19 akan mungkin terjadi. 

Hal ini diperkuat oleh pendapat Ibnu Khaldun dalam kitab Mukaddimah tentang lima sebab runtuhnya sebuah peradaban, yaitu: 1) Ketika terjadi ketidakadilan (kesenjangan antara kaya dan miskin), 2) Merajalelanya penindasan kelompok kuat terhadap kelompok lemah (negara kuat menindas negara lemah dan negara lemah harus mengikutinya). 

3) Runtuhnya moralitas pemimpin negara (korupsi, pidana, dll). 4) Adanya pemimpin tertutup yang tidak mau dikritik, dan yang mengkritik akan dihukum.  5) Terjadinya bencana besar (peperangan). Meski tak berwujud peperangan fisik, perlawanan terhadap COVID -19 bisa terkategori ini. 

Dunia Menuju Khilafah

Salah satu skenario yang cukup kontroversial adalah kemunculan kembali khilafah Islam. 

Skenario seperti ini banyak diungkap dalam berbagai analisis dunia internasional. Tinggal selangkah lagi dunia menuju kepemimpinan baru tegaknya khilafah Islam.

Kata Khilafah kini menjadi topik paling populer dan sekaligus mendebarkan. 

Semua lapisan masyarakat sedang membincangnya sebagai isu penting. Baik dengan persepsi positif atau sebaliknya. Bukan lagi konsumsi para aktivis, tapi sudah menjadi opini publik yang dibahas di warung kopi seantero negeri. Ide Khilafah makin sering sering dibincang di ruang diskusi kaum akademisi dan diangkat sebagai obyek beragam survei persepsi.

Di media, pembahasan Khilafah juga terus bergulir dipicu beragam persoalan politik kekinian. Topik ini bahkan berkali-kali menjadi trending issue di lanskap media sosial. Ya, makin banyak yang membahas tentang Khilafah. Hakikat Khilafah dan relevansinya untuk menyelesaikan segudang problematika kehidupan manusia dan masalah dunia saat ini.

Dunia Islam sekarang mulai menggeliat. Mereka menginginkan hidup mulia dalam naungan Islam. Yaitu sistem Khilafah. Khilafah merupakan satu-satunya sistem pemerintahan yang sukses selama 1.300 tahun lebih mengayomi dan mensejahterakan kehidupan umat dengan hukum-hukum Allah SWT.

Sistem inilah yang akan membawa dunia kembali menjadi mercusuar dunia dan akan menjadi peradaban gemilang yang mampu menjadikan dunia sejahtera, damai, makmur dan mulia. []

Posting Komentar untuk "Detik-Detik Runtuhnya Kapitalisme"

close