Masa Depan Corona di Indonesia: Makmur atau hancur?



Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)

Media asing kembali mengkritik Indonesia mengenai buruknya penanganan Corona. Dalam laporannya yang diterbitkan pada tanggal 19 Juni 2020, Sydney Morning Herald (SMH) mengungkapkan Indonesia sebagai "The World's next coronavirus hotspot is emerging next door."

"Sebagian besar negara-negara Asia Tenggara telah berhasil meratakan tingkat infeksi coronavirus mereka, tetapi Indonesia kalah dalam pertarungannya dengan Covid-19," tulis media tersebut (International.sindonews.com,22/6).

Mengerikan betul pandangan media asing tersebut berani mengatakan negara tetangganya akan menjadi hotspot atau sumber penyebaran virus. Namun, apa yang ditulis media itu seharusnya menjadi bahan instropeksi bagi para pemegang kekuasaan bahwa ketika suatu negeri tidak diatur dengan Sistem Islam, yang ada hanyalah kekacauan.

Jika dilihat dari rekam jejak penanganan wabah, tampak benar dari awal tidak adanya keseriusan dan pola penanganan yang selalu berubah-ubah.

Mulai dari keputasan Lock Down secara nasional yang hanya berlaki sehari. Kemudian berubah lagi menjadi karantina wilayah. 

Namun tak dilaksanakan sepenuhnya. PSBB pun dijadikan solusi.

Ketika tidak menghilangkan kasus Corona, New Normal menjadi alternatif terakhir sebagai tanda keputusasaan penguasa dalam menghadapi Corona.

Toh, New Normal tak mampu juga membuat Kurva Corona menurun tajam. New Normal diduga malah memberikan angin segar bagi Virus Covid-19 untuk tumbuh subur di Indonesia.

Masa depan Covid-19 seolah-olah cerah, tidak ada tanda-tanda akan berakhir bahkan semakin bertambah kasusnya. Kasus Corona di Indonesia telah mencapai 45.891 kasus dengan 2.465 orang meninggal dan sebanyak 18.404 pasien berhasil disembuhkan (International.sindonews.com,24/6).

Mengapa Corona terus bertambah sedangkan kebijakannya selalu berubah-ubah dan tak kunjung berhasil? Itu disebabkan oleh pola fikir penguasa yang sekuler.

Yang memandang segala sesuatu dari segi untung rugi. Jika seandainya dulu opsi lock down dipakai sejak Desember, Corona tak akan masuk ke Indonesia.

Apa susahnya melakukan Lock Down? Opsi ini berat di ongkos awal namun mampu menstabilkan negara setelah bebas dari Corona. Sehingga tidak perlu ada perlombaan penanganan pandemi yang membebankan tanggung jawab negara kepada rakyat.

Dan tentu saja Lock down itu adalah ajaran Islam yang mulia. Yang banyak banyak dipraktikkan oleh negara-negara di dunia saat ini.

Jika saja para penguasa mau menggunakan sistem Islam tentu Corona tak akan jadi top virus abad ini. Indonesia dan dunia tentu akan selamat ketika ketika menggunakan sistem Islam. Sistem Islam bukan saja mampu menangani Corona namun juga korupsi, penjarahan SDA, kemiskinan dan lain-lain. []

Bumi Allah SWT, 24 Juni 2020

Posting Komentar untuk "Masa Depan Corona di Indonesia: Makmur atau hancur?"