Kaum Pelangi Menodai Pelosok Negeri
Oleh: Ummu Rufaida (Aktivis Dakwah Ideologis)
Atas nama hak asasi manusia, kaum pelangi kian gencar beraksi. Berusaha mencari pengakuan positif dari masyarakat agar eksistensi dirinya diakui. Hingga ada seorang transpuan yang menjadi pejabat publik di desa Habi kabupaten Sikka, NTT
Seperti yang diunggah oleh channel YouTube BBC News (03/08/20), seorang transpuan Hendrika Mayora, asal Maumere terpilih menjadi anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) pada Maret 2020 lalu. Ia berhasil mengalahkan suara enam kandidat lainnya.
Meskipun awalnya keberatan, namun sebagian masyarakat merasa tidak masalah dipimpin oleh seorang transpuan, asalkan ia memiliki kompetensi sebagai pemimpin. Ironisnya, pemuka agama setempat pun ikut mengamini kepemimpinannya dengan anggapan transpuan pun "ciptaan Tuhan".
Benarkah Transpuan Ciptaan Tuhan?
Mengutip dari www.herstory.or.id (05/05/20), transpuan ialah seseorang yang terlahir berjenis kelamin pria namun ia mengidentifikasikan dirinya sebagai perempuan. Transpuan lebih didefinisikan dalam menggeser orientasi gendernya dari seorang laki-laki menjadi perempuan. Singkatnya, transpuan adalah akronim dari sebutan untuk transgender perempuan.
Secara definisi tentu transpuan merupakan hasil "rekayasa" manusia sebab mereka sendirilah yang ingin menggeser orientasi gendernya. Artinya, tentu ketika dilahirkan hanya ada dua gender, laki-laki atau perempuan, bukan transpuan. Jelas, pendapat transpuan ciptaan Tuhan adalah sesat dan menyesatkan pikiran masyarakat.
Banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah lingkungan pergaulan. Indonesia yang menerapkan aturan sekularisme, mendapat bonus akibat sistem ini. Gaya hidup bebas tanpa batas membuat masyarakat menjadi individualis serta hedonis. Menganggap Tuhan seolah tak boleh mencampuri urusan manusia, sehingga ia bebas bergaul dan bertingkah laku.
Mengapa Transpuan Mendapat Apresiasi?
Media massa merupakan salah satu alat propaganda ide yang sangat masif. Melalui media, masyarakat disuguhkan opini "transpuan juga manusia yang harus dihargai". Sehingga memilih menjadi transpuan bukan suatu hal yang menjijikan.
Selain itu, masyarakat juga mengalami krisis kepemimpinan. Mengganggap siapapun yang mampu memimpin dengan baik, ia layak diperjuangkan. Asas manfaat inilah yang membuat transpuan dapat bergerak bebas dan mendapat apresiasi.
Hal ini diperparah dengan tidak adanya syarat calon pemimpin dalam sistem saat ini. Sehingga dengan mudahnya transpuan menjadi pemimpin asalkan memiliki kompetensi serta mampu bersaing dengan lawan politiknya. Maka, dapat dipastikan bahwa akan ada waria-waria lain yang menjadi pejabat publik.
Bagaimana pandangan Islam?
Islam merupakan agama sempurna dan paripurna, ia diturunkan oleh Sang Pencipta kepada Nabi Muhammad Saw. Aturan Islam tentu sangat sesuai dengan fitrah manusia, sebab Allah Swt. sangat tahu kelemahan serta keterbatasan makhluk ciptaan-Nya. Dapat dipastikan bahwa semua problematika kehidupan manusia saat ini akan bisa dituntaskan hanya dengan Islam, termasuk LGBT ini.
Islam mengatur dengan sangat apik, interaksi dengan lawan jenis dan sesama jenis. Mulai dari kewajiban menutup aurat, menjaga pandangan, larangan kholwat, larangan menyerupai laki-laki bagi perempuan dan sebaliknya, larangan mandi bersama, larangan satu selimut dan lain-lain. Sehingga pintu menuju perilaku menyimpang LGBT ini dikunci rapat.
Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. Bukhari 5885).
Selanjutnya, Islam memandang bahwa perilaku ini adalah bentuk kemaksiatan besar kepada Allah sebab ia menyalahi fitrah penciptaan-Nya. Bukankah Allah menciptakan manusia hanya laki-laki dan perempuan, tidak ada campuran atas keduanya? Pastilah, apapun yang Allah takdirkan atas manusia, itu yang terbaik baginya.
Selain itu, menjadi seorang pemimpin dalam sistem Islam haruslah seorang laki-laki. Ini salah satu syarat menjadi seorang pemimpin sebab kepemimpinan merupakan hal yang berat. Bukankah Allah melarang perempuan menjadi pemimpin? Apalagi seorang waria, jelas keharamannya.
Oleh karenanya, selama bukan sistem Islam yang diterapkan atas kaum Muslimin, maka selamanya kaum pelangi akan menodai hingga pelosok negeri.[]
Wallahu A'lam
Posting Komentar untuk "Kaum Pelangi Menodai Pelosok Negeri"