Khilafah: Solusi Bagi Dunia

 


Oleh: Sherly Agustina, M.Ag (Pegiat literasi)

  

"Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu  Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang zhalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya.  Kemudian akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada.  Selanjutnya  akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya (no. 18430), Abu Dawud al-Thayalisi dalam Musnad-nya (no. 439); Al-Bazzar dalam Sunan-nya (no. 2796))

Dilansir oleh Republika.co.id, Asosiasi Bar Ankara mengajukan pengaduan pidana terhadap Gerçek Hayat. Majalah yang dimiliki oleh Albayrak Media Group ini mengeluarkan seruan untuk membangkitkan kembali kekhalifahan Islam. Pengacara asosiasi menuntut agar kolumnis pro pemerintah Yeni Akit, Abdurrahman Dilipak, yang membagikan sampul majalah di media sosial, dan pemimpin redaksi Gerçek Hayat, Kemal Özer, menghadapi tuduhan yang diberikan.

Adapun tuduhan yang diberikan adalah, menghasut orang-orang untuk melakukan pemberontakan bersenjata melawan Republik Turki, menghasut masyarakat membentuk kebencian dan permusuhan dan menghasut orang untuk tidak mematuhi hukum. "Menimbang bahwa seruan pembentukan kekhalifahan tidak dapat diwujudkan dalam hukum, dengan cara tidak bersenjata dan damai, jelas tindakan para tersangka menghasut orang-orang untuk melakukan pemberontakan bersenjata," ujar Asosiasi Pengacara Ankara saat membacakan pengaduan pidana dan diserahkan ke Kantor Kepala Kejaksaan Umum Istanbul, dilansir di Duvar English, Selasa (28/7).

Di halaman sampulnya bertuliskan, "Hagia Sophia dan Turki bebas sekarang". Tak hanya itu, terdapat beberapa kalimat lain yang berbunyi, "Jika tidak sekarang, kapan?  Jika bukan Anda, siapa? Berkumpul bersama untuk kekhalifahan".  Albayrak Media Group dimiliki oleh Serhat Albayrak, saudara Menteri Keuangan dan Menteri Keuangan Berat Albayrak. Grup Media ini dinilai pro terhadap pemerintahan ( 28/7/20).

Kaum Sekuler Membenci Khilafah

Kaum sekuler begitu membenci ketika muncul berita di salah satu media di Turki yang mengkaitkan kebangkitan  khilafah dengan  kondisi Hagia Sophia saat ini, yaitu kembali menjadi masjid. Setelah sekian lama  Hagia Sophia dijadikan museum di masa Kemal Ataturk, kaki tangan Inggris pada saat itu yang berhasil melumpuhkan dan mengancurkan institusi khilafah pada tahun 1924. Padahal sejarah mencatat bahwa Turki pernah menjadi ibu kota khilafah negara adi daya yang pernah berjaya berabad-abad hingga menguasai 2/3 belahan dunia.

Mengapa kaum sekuler begitu kebakaran jenggot, jika muncul kalimat kebangkitan khilafah salah satunya di Turki? Bukankah kapitalisme yang digunakan sebagai sistem kehidupan di dunia saat ini belum mampu menyelesaikan masalah. Sebut saja krisis yang terjadi akibat pandemi bahkan diprediksi ke arah resesi, bukan hanya satu negara tapi dunia. 

Dunia akan mengalami resesi ekonomi terparah sejak perang dunia ke-II. Di mana kontraksi perekonomian global akan mencapai 5,2% pada tahun ini akibat pandemi Covid-19. "Bank Dunia memprediksi kontraksi ekonomi 5,2% terhadap PDB global tahun ini. Angka ini mencerminkan resesi global terparah sejak Perang Dunia II, dan hampir tiga kali lebih tajam dari pada resesi global pada 2009," kata Country Director World Bank Indonesia-Timor, Satu Kahkonen dalam video conference (Alinea.id, 16/7/20).

Khilafah: Sejarah Gemilang dan Solusi Tak Terbantahkan

Lalu, apa tawaran kapitalisme-sekuler menghadapi masalah ini?  Sementara khilafah sebagai sistem kehidupan memiliki solusi paripurna, di antaranya tentang kesehatan.  Kurang lebih 1263 tahun umat Islam menjalani kekhalifahan setelah Khulafaurrasyidin. Dimulai dari kekhalifahan Umayyah (661-750 M), kekhalifahan Abbasiyah (750-1258 M), dan kekhalifahan Fatimiyah (909-1171), hingga kekhalifahan Ottoman. Kekhalifahan Utsmani atau dikenal Ottoman dalam ejaan Barat, merupakan kekhalifahan Islam terbesar yang bukan dari bangsa Arab. 

Seperti dikutip dari buku berjudul "History of the Arabs" karya Philip Khuri Hitti, disebutkan bahwa kekhalifahan Dinasti Utsmani di Konstantinopel ini berjaya antara 1517-1924 M. Turki Utsmani pernah berjaya di bawah pimpinan Sultan Mehmet II yang dikenal dengan sebutan al-Fatih (sang penakluk). Sebab di masanya, pemerintahan Islam berhasil menguasai Konstantinopel, kota yang paling tak tertembus di dunia kala itu. 

Sejak dikuasainya Laut Hitam, Aegean dan Mediterania sebagai jalur perdagangan laut yang strategis, terutama untuk jalur distribusi hasil produksi yang dikembangkan kedunia luar. Terdapat sentra-sentra kota industri pada waktu itu misalnya Mesir memproduksi kain sutera dan katun, Anatoli yang memproduksi bahan-bahan tekstil, dan lain-lain. Mereka juga negara Agraris yang subur dengan hasil pertaniannya seperti Syiria yang menghasilkan beras, sayuran, terigu, dan gula bahkan daerah lain juga menghasilkan buah-buahan. Hasil hasil dari pertanian mereka ini juga dipasarkan melalui Laut Hitam. Sarana peningkatan ekonomi yang lain yaitu ketika musim Haji tiba. Hal itulah yang menyebabkan perekonomian di Turki Usmani relatif berjalan baik bahkan cenderung maju untuk kepentingan pemerintahan dan rakyatnya.

Will Durant dalam The Story of Civilization menyatakan, “Islam telah menjamin seluruh dunia dalam menyiapkan berbagai rumah sakit yang layak sekaligus memenuhi keperluannya.  Contohnya, Bimaristan yang dibangun oleh Nuruddin di Damaskus tahun 1160 telah bertahan selama tiga abad dalam merawat orang-orang sakit tanpa bayaran dan menyediakan obat-obatan gratis.  Para sejarahwan berkata bahwa cahayanya tetap bersinar tidak pernah padam selama 267 tahun.”   

Menurut Ketua Institut Internasional Ilmu Kedokteran Islam, Husain F Nagamia MD, di dunia, rumah sakit yang sebenarnya baru dibangun dan dikembangkan mulai awal kejayaan Islam dan dikenal dengan sebutan ‘Bimaristan’ atau ‘Maristan’.  Rumah sakit, meski baru tahap awal dan belum bisa benar-benar disebut RS, pertama kali dibangun pada masa Khalifah al-Walid bin Abdul Malik dari Bani Umayyah. RS Islam pertama yang sebenarnya dibangun pada era Khalifah Harun ar-Rasyid (786 M – 809 M). Konsep pembangunan beberapa RS di Baghdad itu dan pemilihan tempatnya merupakan ide brilian dari ar-Razi, dokter Muslim terkemuka. Djubair, seorang sejarahwan yang pernah mengunjungi Baghdad tahun 1184 M, melukiskan bahwa rumah sakit-rumah sakit itu memiliki bangunan megah dan dilengkapi dengan peralatan modern.

Menurut Dr. Hossam Arafa dalam tulisannya, Hospital in Islamic History,pada akhir abad ke-13, RS sudah tersebar di seantero Jazirah Arabia. Rumah sakit-rumah sakit itu untuk pertama kalinya di dunia mulai menyimpan data pasien dan rekam medisnya. Konsep itu hingga kini digunakan RS yang ada di seluruh dunia.

Semua itu didukung dengan tenaga medis yang profesional baik dokter, perawat dan apoteker.  Di sekitar RS didirikan sekolah kedokteran.  RS yang ada juga menjadi tempat menempa mahasiswa kedokteran, pertukaran ilmu kedokteran, serta pusat pengembangan dunia kesehatan dan kedokteran secara keseluruhan. Dokter yang bertugas dan berpraktik adalah dokter yang telah memenuhi kualifikasi tertentu. Khalifah al-Muqtadi dari Bani Abbasiyah memerintahkan kepala dokter Istana, Sinan Ibn Tsabit, untuk menyeleksi 860 dokter yang ada di Baghdad. Dokter yang mendapat izin praktik di RS hanyalah mereka yang lolos seleksi yang ketat. Khalifah juga memerintahkan Abu Osman Said Ibnu Yaqub untuk melakukan seleksi serupa di wilayah Damaskus, Makkah dan Madinah. 

"Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai." (TQS. At Taubah: 33).


Allahu A'lam Bi Ash Shawab.

Posting Komentar untuk "Khilafah: Solusi Bagi Dunia"