Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Entah Kemana Baiti Jannati Kini?



Oleh: Zawanah Filzatun Nafisah


Keluarga muslim hari ini amat jauh dari cita-cita untuk menggapai syurga. Slogan baiti jannati hanya sebatas impian namun tak banyak yang bertekad mewujudkannya. 

Lihatlah kita disajikan kasus adanya pembunuhan terhadap seorang ibu dan anak gadisnya di kelurahan banjar serasan Pontianak. Mereka ditemukan oleh keluarganya sendiri ketika sudah beberapa hari tidak bisa dihubungi. Dan tetangga pun tidak mendengar adanya keributan hanya saja melihat korban tidak keluar rumah cukup lama (23/9/2020).

Sebelumnya juga ada pembunuhan suami terhadap istri. Korban ditemukan tewas masih menggunakan helm di semak-semak Singkawang Utara (1/9/2020). Juga yang terjadi di Desa Wajok Hulu, Mempawah (29/07/2020) terjadi pembunuhan suami kepada istrinya dari pernikahan sirinya. 

Miris, bukan? Abu hanifah, Ummi Muslihah dan Ustadzah Mahmudah dalam buku “Kugapai Rumahku Surgaku” mengatakan bahwa rumah tangga itu harusnya dibangun dengan panduan Syariah Islam. Kini betapa banyak rumah tangga yang tidak mampu meraih bahagia di dunia apalagi untuk bahagia di akhirat kelak. Bermula dari salah memilih suami atau memilih istri, berlanjut ketidakmampuan mengelola komunikasi, emosi, hingga menyebabkan perceraian bahkan sampai berakhir nyawa ditangan pasangan hidup. 

Namun kalau kita dalami, kegagalan membentuk rumah tangga yang bahagia itu lebih disebabkan kesalahan memilih standar hidup. Standar hidup inilah yang akan menilai kriteria pasangan hidup. Kalau standarnya kapitalisme barat, maka tidak heran jika menilai sesuatu dengan standar orang-orang barat. Sebaliknya jika standar hidupnya Islam, maka kacamatanya memandang segala sesuatu adalah berdasarkan Islam. Khair wa syaar (baik dan buruk), terpuji maupun yang tercela, benar atau salah, semua timbangannya adalah dengan Islam. Oleh karena itu marilah kita simak beberapa diantaranya:

Pertama, Standar Islam harus difahami dan dipelajari. Karena akan berpengaruh dengan motivasi seseorang untuk menikah. Bagaimana agar pernikahan terjadi antara dua sejoli yang sekufu/ sederajat bukan dalam ukuran dunia, tapi ketaqwaannya. Maka siapkan diri dan istiqomahkan diri menjadi muslimah yang mulia dan gesit amal ibadah dan tangguh amal dakwahnya. Suami menjadi imamnya.     

Kedua, kita harus memperlajari tentang fiqih munakahat atau seputar pernikahan itu sendiri. Misalkan tidak ada pernikahan tanpa wali, bagaimana jika wali menghalangi putrinya menikah, bolehkan menikah dengan wali hakim, menghadapi datangnya pria idaman yang meminang, do’a istikhoroh, tentang melihat wanita yang hendak dinikahi, bagaimana proses ta’aruf hingga khitbah dan lain-lain. 

Ketiga, melaksanakan pernikahan syar’i. memahami apa itu pernikahan. Pernikahan haruslah dipercepat kala sudah ada pelaksanaan khitbah, disiapkannya mahar (mas kawin) dan tentang ijab qobul. 

Keempat, kita harus mengetahui hukum mengadakan walimah, menghadiri walimah, bagaimana jika ada jamuan yang haram atau aktivitas yang tergolong maksiat didalamnya, bagaimana doa tamu kepada kedua mempelai, bagaimana menata agar tidak terjadi campur baur (ikhtilat) dan lain-lain.

Kelima, mengetahui amal sehari-hari rumah tangga mu’min. Pelajari ibadah di malam pertama, do’a sebelum dan sesudah jima’, keharaman menceritakan tentang jima’ dan malam pertama, bagaimana interaksi laki-laki dan perempuan di kehidupan khusus dan umum, bagaimana marah dan menasehati pasangan karena Allah, bagaimana suami membimbing anak dan istri, bagaimana ketaatan istri kepada suami, bagimana menutup aurat, penggunaan jilbab dan khimar, hukum tabarruj dan lain-lain. 

Keenam, menyiapkan diri menjalani kebahagiaan menyambut buat hati. Pernikahan itu akan membentuk seorang ayah dan ibu yang serius dalam menyiapkan asuhan terbaik dan pendidikan terbaik bagi buah hatinya. Dari mendidik anak sejak dari kandungan, menyongsong kelahiran, adzan di telinga bayi, tahniah (ucapan selamat), tahnik, tasmiyah (pemberian nama), mengenal nama-nama yang disukai Allah, ada nama yang paling buruk, syariat tentang ‘aqiqah dan lain-lain agar diri dan keluarga terjaga dari api neraka. 

Masya Allah, ternyata indah jalan yang dituntun syariat agar rumah tangga layak masuk syurga. Maka tak seharusnya terjadi, saling menyakiti bahkan hingga membunuh yang dicintai. Na’udzubillahi mindzalik. Janganlah kehidupan yang sekuler, liberal dan kapitalis kini menggoyahkan rumah tangga keluarga muslim. Semoga keluarga kita semua reuni kembali di jannah Nya. Aamiin. ***

Posting Komentar untuk "Entah Kemana Baiti Jannati Kini?"

close