AS Inginkan Prabowo Mengimbangi Pengaruh China di Indonesia
Jakarta, Visi Muslim- - Amerika Serikat (AS) telah mencabut larangan masuk bagi Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto masuk Negeri Paman Sam itu. Prabowo bertolak ke AS memenuhi undangan Menteri Pertahanan Mark Esper dan dijadwalkan melakukan pertemuan penting dengan sejumlah pejabat Pentagon, termasuk Kepala Staf Gabungan Mark Milley.
Pengamat Politik dari Fisip Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara berpendapat setidaknya ada tiga makna penting soal kunjungan Prabowo ke AS tersebut. "Pertama, becik ketitik olo ketoro. Otomatis segala tuduhan miring terhadap mantan Danjen Kopassus itu pupus," ujar Igor lewat keterangan tertulis kepada SINDOnews, Jumat (16/10/2020).
Prabowo dituding melakukan pelanggaran HAM dan dilarang masuk AS di masa Presiden Bill Clinton, George W. Bush, dan Barack Obama. Prabowo juga dituduh melakukan penculikan aktivis mahasiswa dalam aksi kerusuhan Mei 1998 yang menumbangkan Presiden Soeharto.
"Kehadiran Prabowo di AS saat ini membuktikan bahwa segala tuduhan tersebut basi dan tidak benar. Keputusan Kementerian Luar Negeri AS memberi visa dan mencabut larangan terhadap Prabowo Subianto sudah tepat," ujar Direktur Survey dan Polling Indonesia (SPIN) ini.
Dia menilai kunjungan Prabowo akan memperkuat hubungan bilateral AS-Indonesia dan kerjasama militer kedua negara. "Kedua, kehadiran Prabowo Subianto di AS akan meningkatkan political standing dan repositioning-nya dalam konfigurasi politik di Indonesia menjelang 2024. Praktis saat ini tidak ada kasus hukum yang melibatkan Prabowo Subianto," tuturnya.
Dia mengatakan, tidak mungkin pemerintah AS sembarangan mengundang pejabat tinggi suatu negara untuk datang sebagai agenda kunjungan resmi kenegaraan. Prabowo adalah salah satu tokoh politik nasional yang punya pengikut dan simpatisan cukup banyak di Indonesia.
"Kunjungan Prabowo mengindikasikan sinyal kuat AS akan meng-endorse Prabowo pada Pemilu 2024. AS juga butuh kerjasama dengan Indonesia sebagai balance of power kedekatan Indonesia dengan Tiongkok, serta mendukung freedom of navigation di Laut Cina Selatan," imbuhnya.
AS juga berkepentingan agar Indonesia membeli peralatan militer AS, seperti pesawat tempur F-35 ketimbang Sukhoi dari Rusia. Ketiga, Indonesia adalah negara paling strategis di kawasan Asia Tenggara. Kata Igor, Sejarah membuktikan bahwa salah satu kesuksesan pemimpin Indonesia adalah karena mendapat dukungan kuat dari negara besar.
"Ini fakta. Sebelumnya, Prabowo juga diundang dan diterima oleh negara-negara besar lainnya, seperti Tiongkok, Rusia, Prancis, dan Jepang. Tidak bisa disangkal bahwa hal ini menunjukan kapasitas Prabowo yang memang sangat diperhitungkan sebagai figur pemimpin Indonesia yang akan datang," ujar dia. [] Sindonews
Posting Komentar untuk "AS Inginkan Prabowo Mengimbangi Pengaruh China di Indonesia"