Menyoal Vaksin Covid-19
Oleh: Afiyah Rasyad
Sejak awal kedatangannya, corona dijadikan bahan olokan. Banyak jajaran petinggi negeri yang menganggap sepela keberadaannya. Sampai akhirnya pasukan virus itu benar-benar menunjukkan keseriusan dalam menyerang kesehatan manusia, bahkan melumpuhkan ekonomi bangsa.
Korban berjatuhan tak terkendali. Penyedian alat kesehatan, obat-obatan dan alat pelindung diri begitu minim. Para nakes yang berada di garda terdepan banyak mengeluh akan hal ini. Perkara pengadaan vaksin apalagi, polemik vaksin covid-19 masih terus bergulir.
Kini, vaksin covid-19 sudah akan di-launching. Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito memastikan pemerintah tak akan membebani masyarakat dengan harga vaksin yang terlalu tinggi (CNNIndoneaia.com, 14/10).
Masih dari laman yang sama, mekanisme prioritas sebaran vaksin mengacu pada orang yang berisiko tinggi terpapar covid-19 seperti dokter, tenaga kesehatan, dan perawat yang setiap hari bersentuhan dengan pasien covid-19.
Tentu persoalan harga dan uji coba vaksin ini menuai pro kontra tak berkesudahan. Angka yang disebutkan di kisaran 200 ribu bukanlah harga murah untuk kalangan masyarakat menengah ke bawah. Selain itu, persoalan sebaran vaksin covid-19 yang diprioritaskan pada tim medis kelihatannya seperti terburu-buru.
Sebagaimana imbauan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi) agar vaksinasi tidak dilakukan dengan terburu-buru hanya demi mengejar target pelandaian kasus positif.
Papdi menilai perlu ada upaya serius dalam memastikan kelayakan dan keamanan vaksin. Sehingga Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau efek samping yang berat dan serius tidak terjadi (CNNIndonesia.com, 14/10/2020).
Vaksin covid-19 menambah deret persoalan pandemi corona. Keberadaannya yang harus diuji klinis dan dinyatakan aman oleh para ahli harus diperhatikan. Bukan semata target penurunan grafik kasus positif dan komersialisasi vaksin yang dikejar.
Jika kemudian masyarakat tidak mampu membeli vaksin di atas harga 100 ribu, maka fasilitas vaksin memang hanya untuk orang yang punya uang saja. Adapun jika ternyata vaksin yang harganya tidak murah itu tidak aman, maka korban nyawa akan semakin bertambah.
Wajah kapitalisme sangat tampak dalam nafas negeri ini. Dimana kebijakan terkait vaksin masih berbau komersil guna meraih keuntungan materi atau finansial. Sementara para ahli belum satu suara akan keamanan dan kelayakan vaksin tersebut.
Sudah menjadi ciri negara dengan sistem kapitalisme menggunakan asas manfaat demi meraih keuntungan. Tak peduli apakah itu layak atau tidak, membahayakan atau tidak. Bagi kapitalisme, hubungan antara masyarakat dan pemerintahannya ibarat konsumen dan produsen dengan transaksi jual belinya.
Hal ini sangat berbeda dengan sistem Islam. Syariat Islam memandang nyawa sangat berharga. Sehingga Khilafah Islamiyah melindungi nyawa tiap warga negaranya, muslim ataupun kafir dzimmi.
Untuk penanganan wabah corona akan diberlakukan karantina wilayah total. Sehingga virus itu terputus rantai di wilayah kemunculannya saja, tidak menyebar ke wilayah lain. Adapun kebutuhan pokok individu di wilayah karantina akan diprioritaskan oleh khilafah. Namun, wilayah tidak terdampak wabah juga tetap dijaga kesejahteraannya.
Pengadaan alat kesehatan, alat pelindung diri, obat-obatan dan segala macam penelitian untuk mengakhiri wabah dibiayai sepenuhnya oleh khilafah agar wabah segera usai. Dananya diambilkan dari pos fai', khoroj dan jizyah di baitul mal. Namun, jika dana tidak mencukupi, kholifah sebagai junnah atau perisai akan meminta pada para wali dan amil wilayah lain untuk mengirimkan bantuannya. Jika belum tercukupi, kholifah akan meminjam dari kaum muslim yang kaya sampai bisa menutup biaya. Namun, jika masih belum mencukupi, kholifah akan menarik pajak dari warga daulah muslim yang kaya saja.
Demikianlah mekanisme negara yang menerapkan sistem Islam dalam mengadakan sarana dan prasarana medis. Pengadaan vaksin termasuk yang dibiayai negara, sehingga ia tidak diperjualbelikan melainkan didistribusikan gratis. Vaksin itu akan didistribusikan jika memang terbukti aman.
Wallahu a'lam bishowab
Posting Komentar untuk "Menyoal Vaksin Covid-19"