Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

"Santri Sehat, Indonesia Kuat", Tajuk Hari Santri 2020. Akankah Bisa Terwujud?




Oleh: Ainul Mizan (Peneliti LANSKAP) 


Hari Santri Tahun 2020 bertajuk "Santri Sehat, Indonesia Kuat". Kondisi pandemi Covid-19 saat ini menjadi latar belakang tajuk tersebut.  

Tajuk Hari Santri kali ini mencerminkan dua suasana batin yakni prihatin dan harapan. Prihatin akan kondisi pandemi yang berpotensi menimpa para santri. Sedangkan sehat dan kuat menjadi harapan. 

Adalah sebuah kewajaran manusia mempunyai harapan di balik sebuah keprihatinan yang dirasakannya. Hanya saja sebuah harapan meniscayakan adanya sebuah usaha untuk mewujudkannya. Jadi letak keseriusan adalah tatkala usaha itu selaras dengan harapan dan cita-cita.

Jika kita merefer hadits Nabi Saw yang menyebutkan bahwa mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Dari hadits tersebut bisa dipahami mukmin yang kuat itu artinya sehat. Sehat fisiknya, juga sehat kepribadiannya. 

Sehat fisik itu terbebas dari penyakit. Hari ini pandemi Covid-19 di Indonesia sudah berlangsung sekitar 7 bulan. Pandemi Covid-19 itu notabenenya adalah masalah kesehatan. Mestinya penanggulangannya adalah fokus pada pendekatan kesehatan. Karena di saat terjadi krisis kesehatan akan berdampak pada perekonomian hingga pada faktor keamanan di tengah - tengah masyarakat.

Lantaran lebih menitikberatkan pada ekonomi, maka diambillah kebijakan pemberlakuan New Normal. Tentu saja hal tersebut hanya menciptakan klaster - klaster baru penularan Covid-19. Begitu pula adanya wacana akan diselenggarakan Pilkada, berpotensi akan menambah deret panjang kasus Covid-19. 

Demikianlah sistem Demokrasi. Berbeda halnya dengan Islam, panduan dalam menangani wabah sedemikian jelas dan terukur. Betul - betul masalah kesehatan menjadi prioritas utama.  Dilanjut dengan berbagai langkah strategis untuk segera menanggulangi wabah.

Adapun dari segi sehatnya kepribadian. Sesungguhnya kepribadian itu meliputi aspek pola berpikir dan aspek pola kejiwaan. Tentunya seorang muslim seharusnya mempunyai kepribadian yang islami. 

Santri merupakan kalangan yang mencurahkan perhatian, waktu, tenaga dan biaya guna mempelajari ilmu syariat agama Islam. Bukankah Rasul Saw menyatakan bahwa mengambil ilmu tentang Syariat Islam artinya ia telah mengambil bagian yang paling banyak. Sedangkan buah dari mempelajari Islam adalah mengamalkannya dan mendakwahkannya.

Saat ini di tengah-tengah kehidupan yang sekuler, baik sebelum maupun saat pandemi Covid-19 masih saja terus terjadi upaya kriminalisasi terhadap ajaran Islam, termasuk kepada para ulama dan aktifis Islam. Program moderasi Islam digalakkan. Buku - buku ajar agama direvisi dari konten Khilafah dan jihad. Padahal Khilafah dan jihad adalah ajaran Islam. Ajaran Khilafah dan jihad dibingkai sedemikian rupa di dalam kotak pandora sejarah. Artinya ajaran Khilafah dan jihad dianggap hanya berlaku di jaman dulu. Sekarang jaman sudah moderen dan milenial.

Yang terlupa dari program moderasi Islam tersebut bahwa notabenenya di jaman yang dibilang moderen saat ini terjadi perang. Bukankah kaum muslimin masih dibantai dan menderita di Palestina, Suriah, Kashmir, Uighur dan lainnya? Bukankah di Indonesia masih terancam disintegrasi bangsa seperti OPM yang jelas melakukan penyerangan kepada sipil dan petugas baik dari polisi maupun TNI? 

Lantas mengapa ajaran Khilafah dan jihad yang notabenenya akan mampu melindungi kaum muslimin dan membebaskan negeri - negeri Islam dari penjajahan negara penjajah justru yang dicurigai? Sampai kapan Indonesia akan mampu menjadi negara yang kuat? 

Tatkala Indonesia akan mengakuisisi jet tempur Sukhoi 35 dari Rusia itupun gagal, lalu beralih membeli pesawat bekas Austria. Ini terjadi karena adanya tekanan AS. Dan sekarang Indonesia harus memperkuat kerjasama hankam dengan AS. Hal ini ditandai dengan pertemuan antara Menhan kedua negara. Bahkan urusan alutsista pun diatur. AS menawarkan Indonesia untuk membeli F-35 milik AS. Jika alutsista saja bisa diatur oleh kekuatan lain, lantas bagaimana nasib masa depan hankam Indonesia? Sungguh miris sekali. 

Oleh karena itu menjadi urgen agar Indonesia bisa menjadi negara kuat adalah dengan menjadikan aqidah Islam sebagai landasan kehidupannya. Dengan Islam, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat dalam mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaannya. Resolusi jihad yang dikobarkan oleh Mbah Hasyim Asyari mampu mengobarkan jihad menghadapi Belanda yang membonceng NICA.  Bukankah sudah terbukti bahwa ajaran jihad dalam Islam adalah ajaran mulia yang bisa membebaskan dari semua bentuk penjajahan?! 

Di hari santri ini patutlah kita semua merenungi hadits Nabi yang menyatakan bahwa ulama itu pewaris Nabi. Ulama itu mewarisi ilmu dari Nabi Saw. Ulama itu menyadari konsekwensi ia mempelajari Islam. Di tengah kondisi keterpurukan karena diterapkannya sekulerisme, ulama bersama santri mestinya menjadi garda terdepan. Garda terdepan dalam sebuah perjuangan suci dan mulia yakni mengembalikan kehidupan Islam dalam wadah tegaknya al - Khilafah al - Islamiyyah. Inilah mestinya Resolusi jilid ke-2 yang harus dilaksanakan. 

Santri berada di sisi ulama bahu membahu mengedukasi masyarakat akan kewajibannya menerapkan Syariat Islam dalam kehidupan secara paripurna. Sementara tegaknya Islam secara paripurna hanya melalui tegaknya Khilafah. 

Penerapan Islam secara paripurna akan menjamin terwujudnya masyarakat Islam. Sebuah tatanan masyarakat yang terbentuk dari anggota - anggota masyarakatnya yang memiliki kepribadian Islam. Dengan demikian asa menjadi negara yang kuat akan bisa diwujudkan. 


# 22 Oktober 2020

Posting Komentar untuk ""Santri Sehat, Indonesia Kuat", Tajuk Hari Santri 2020. Akankah Bisa Terwujud? "

close