Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kunjungan Pejabat AS Indikasi Makin Kuatnya Sandera Adidaya



Oleh: Rianti Kareem, S.Pd.I (Aktivis Muslimah) 


Indonesia jadi salah satu negara tujuan dalam rangkaian kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke Asia pada 25-30 Oktober lalu. Pompeo direncanakan bertemu dengan Menlu RI Retno Marsudi dan menghadiri forum GP Ansor.

Kunjungan ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan Cina dalam mencari dukungan negara-negara di Asia, khususnya soal konflik Laut Cina Selatan, yang diklaim sebagai wilayah milik Cina. Klaim tersebut ditentang oleh banyak negara, termasuk Indonesia. (Suara.com, 23/10/2020) 

Dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri AS pada Kamis (22/10), dijelaskan bahwa kunjungan Pompeo ke Indonesia untuk "menegaskan visi kedua negara tentang Indo-Pasifik yang bebas terbuka."

Kunjungan pejabat AS jelas bermaksud mendesak Indonesia berada di belakang AS dalam soal ketegangan Laut Cina Selatan dan perang dagang AS-Cina. Di saat yang sama Cina juga menempatkan Indonesia berada di pihaknya. 

Pompeo diketahui telah mengobarkan perlawanan terhadap China dalam berbagai hal, mulai dari perdagangan, keamanan, hingga pandemi Covid-19.

Pada bulan Juli, Amerika Serikat mencap klaim luas Beijing di Laut China Selatan sarat sengketa dan ilegal. (cnnindonesia.com, 22/10/2020) 

Selain soal isu hankam, isu sospol  memanfaatkan kelompok umat utk kepentingan AS juga membonceng dlm kunjungan ini. Dalam pertemuan bilateral dengan Menlu Retno, Pompeo akan hadir dalam forum gerakan Pemuda Ansor. Dalam lawatannya ke Ansor, Pompeo akan membahas mengenai dialog agama dan peradaban. (republika.co.id, 22/10/2020) 

Ibarat sekali mendayung dua pulau terlampaui, AS tak hanya menggaet dukungan pemerintah Indonesia tetapi mereka juga berusaha menggandeng dukungan umat islam melalui kelompok islam moderat. 

Dengan jualan Islam ala kelompok moderat tersebut, Barat (AS) dan anteknya berharap gambaran Islam berjalan sesuai keinginan mereka. Yakni Islam yang tak boleh terlibat dalam urusan kenegaraan, ekonomi, sosial budaya, sistem sanksi, peradilan, ataupun hankam. Sehingga kaum muslimin asing dengan Khilafah sebagai perwujudan riil Islam politik.

Disisi lain, Menlu Indonesia yakin Indonesia bisa tetap berada pada posisi netral dengan  politik bebas aktif. Namun sayangnya keyakinan ini sepertinya hanya isapan jempol belaka, sebab telah menjadi rahasia publik bahwa Indonesia telah berada dibawah cengkraman hegemoni China dan AS. Sejak awal rezim ini terpilih sikap netral itu tak pernah ditampakkan, pemerintah selalu berpihak pada negara yang memiliki kekuatan dan modal yang bisa memberi keuntungan lebih. Nampaknya AS juga telah membaca situasi ini sehingga mendesak Indonesia melalui kunjungan politiknya agar Indonesia tetap berada dibelakang AS. 

Indonesia diantara AS-China hanya menjadi medan tempur kekuasaan antara ideologi kapitalis versus komunis. Dan akan tetap dimanfaatkan oleh dua kekuatan ini. Tanpa berbasis ideologi Islam, mustahil bisa menolak agenda adidaya. Juga Umat Islam hanya menjadi korban politik belah bambu AS melalui antek-anteknya. 

Seperti Pernyataan Amien Rais yang diunggah dalam sebuah video di akun Instagram pribadinya, Rabu (12/8/2020). Unggahan itu diberi judul 'Bangsa Indonesia Dibelah'.

"Tidak berlebihan bila saya katakan hasil pembangunan politik di masa Pak Jokowi telah memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kecurigaan dan ketakutan terhadap umat Islam yang kritis dan korektif terhadap rezim begitu jelas kita rasakan. Kriminalisasi dan demonisasi, dan persekusi terhadap para ulama yang amar ma'ruf nahi munkar telah menjadi rahasia umum," ucap Amien Rais, Rabu (12/8/2020).(news.detik.com)

Eksistensi Islam politik di Indonesia dianggap terjadi sejak awal kemerdekaan karena keinginan menempatkan syariat –sebagaimana yang tertera dalam Piagam Jakarta– terealisasi dalam praktik kenegaraan.

Namun dalam perjalanan sejarah, setiap rezim di Indonesia tidak pernah membiarkan semangat Islam politik diwujudkan secara eksplisit. 

Barat memang tidak pernah berhenti melakukan segala upaya untuk mencegah kebangkitan umat Islam. Bangkitnya umat Islam yang bersatu dalam naungan Khilafah Islamiyah merupakan lonceng kematian bagi Barat. Oleh karena itu, mereka akan mengerahkan segenap kemampuan serta kekuasaan yang mereka miliki untuk mencegah kebangkitan umat Islam tersebut. Salah satunya dengan cara mengadu domba umat Islam.

Setelah sadar bahwa musuh sejati umat Islam saat ini adalah Barat sebagai pengusung utama ideologi Kapitalisme-sekularisme, tidak ada pilihan lain bagi umat Islam, selain bersama-sama berjuang untuk menghadapi upaya-upaya jahat Barat tersebut.

Minimal umat harus paham bahwa sedang ada upaya nyata dari Barat untuk mengaburkan pemahaman umat Islam terkait siapa musuh mereka. Umat harus sadar bahwa Barat tengah membenturkan umat Islam satu sama lain.

Untuk membangun kesadaran ini harus melalui  penyadaran politik. Pasalnya, yang dihadapi oleh umat adalah bagian dari politik luar negeri Barat terhadap umat Islam di negeri-negeri Muslim, termasuk di Indonesia, sebagai  negara dengan penduduk Muslim terbesar.

Oleh karena itu, umat Islam harus bersatu-padu untuk melawan Barat yang terus berusaha melakukan penindasan terhadap umat Islam. Persatuan tersebut harus dalam satu kekuatan politik global. Itulah Khilafah. Hanya Khilafah yang mampu menghentikan hegemoni Barat atas Dunia Islam. 


WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. []

Posting Komentar untuk "Kunjungan Pejabat AS Indikasi Makin Kuatnya Sandera Adidaya"

close