Amerika Mengorientasikan Kembali Dirinya di Afghanistan
Washington, Visi Muslim- Pada 5 Juli 2021, pasukan AS di malam hari meninggalkan pangkalan udara utamanya di Bagram, Pakistan. Meskipun telah menduduki selama dua dekade, para pejabat AS tidak percaya pada pasukan yang telah dilatihnya dan bahkan tidak secara resmi menyerahkan pangkalan itu kepada pasukan Afghanistan. Situasi yang terjadi pada hari ini adalah musuh yang digulingkan AS pada tahun 2001 telah mengambil alih negara hampir sekitar 80%. AS ini telah menjadi korban terbaru di makam kerajaan.
Ada sedikit keraguan bahwa invasi dan pendudukan AS telah menjadi bencana total dari perspektif militer. AS memiliki perhatian pada energi yang dimiliki oleh Asia Tengah pada 1990-an dan semua jaringan pipa kilang minyak yang baru dari kawasan itu harus melalui Afghanistan dan menuju ke Pakistan, India dan ke pasar internasional. Pergantian rezim menjadi strategi bagi AS yang dipandang sebagai cara ideal untuk menaklukkan negara itu demi strateginya di wilayah tersebut. AS dengan arogan percaya bahwa mereka dapat menghapus rezim untuk kepentingan mereka sendiri. Dengan arogan, AS memulai perang lain di Irak pada tahun 2003 ketika rezim Taliban jatuh dalam waktu satu bulan. AS membentuk rezim baru dan pasukan keamanan Afghanistan yang baru. Namun kedua institusi tersebut telah gagal total dan sebagai hasilnya AS menerima kegagalannya yang berupaya menenangkan wilayah tersebut pada tahun 2009 dan tidak akan pernah mampu mengalahkan Taliban.
Sejak 2010 AS mulai melibatkan Taliban dan melakukan pendekatan yang beragam untuk membawa mereka ke meja perundingan. Pembicaraan dimulai secara tidak langsung dan netral. Kemudian, pembicaraan tersebut menjadi pembicaraan formal dan secara langsung bersama Presiden Trump. Pembicaraan ini menjadi proses perdamaian intra-Afghanistan. Taliban menyetujui persyaratan AS dan tidak menyerang pasukan AS sejak itu, malahan Taliban menyerang tentara Afghanistan dan pemerintah yang kemungkinan besar akan runtuh beberapa bulan lagi. Taliban saat ini sangat berbeda dengan Taliban di masa lalu. Hari ini Taliban secara rutin bertemu dan mengadakan pembicaraan dengan rezim Iran di Teheran dan bertemu dengan pejabat Rusia di Moskow. Sesuatu yang tidak terpikirkan beberapa dekade lalu. Bagi AS, strateginya menggunakan Afghanistan untuk mengamankan Asia Tengah membutuhkan pemerintahan yang stabil di negara itu. Oleh karena itu, jika Taliban dapat mencapai stabilitas di negara itu, maka kepentingan AS ini tercapai.
Strategi AS untuk menyelamatkan diri dari lembah kekalahan di Afghanistan yakni dengan memanfaatkan negara-negara sekitar Afganistan untuk memikul beban sementara AS mengontrol dari jauh. Pakistan akan memainkan peran kunci dalam hal ini dan tampaknya para pemimpin militer Pakistan telah merangkul strategi baru Amerika dengan semua pembahasan tentang konektivitas regional dan potensi geo-ekonomi Pakistan. Pidato Jenderal Bajwa pada April 2021 tentang memasukkan keamanan ekonomi sebagai bagian dari kerangka keamanan komprehensif dan mengubah Pakistan menjadi pusat ekonomi muncul dalam konteks ini. Konektivitas dari berbagai pidato dari militer dan politisi Pakistan ini menyangkut hubungan daratan yang terkunci di Asia Tengah ke pelabuhan Gwadar dan Karachi di selatan Pakistan (konektivitas Utara ke Selatan), dan untuk memfasilitasi perdagangan antara India, Iran, Afghanistan dan sekitarnya (konektivitas Timur ke Barat). ). Pernyataan Jenderal Bajwa tentang mengubur masa lalu dan normalisasi hubungan dengan India pada April 2021 menunjukkan hal ini juga.
Ketika AS menerima bahwa ia tidak dapat menang di Afghanistan, ia mulai melibatkan negara-negara regional yang selama dekade terakhir mulai menanggung beban berat di Afghanistan. Iran menstabilkan bagian utara Afghanistan, sementara India telah memainkan peran dalam upaya rekonstruksi di Afghanistan, sementara China telah melakukan sejumlah investasi di negara-negara yang belum memanfaatkan deposit mineral. Demikian pula, Rusia tidak menentang AS di Afghanistan dan memberi AS semua dukungan yang dibutuhkan berupa dukungan logistik untuk pasokan dan intelijen AS. AS telah bekerja dengan negara-negara ini. Hubungan ini merupakan bagian terbaik dalam satu dekade untuk mengelola Afghanistan dan AS telah meminta bantuan mereka ketika menarik militernya dan hanya mengontrol dari jauh.
Apa yang terjadi di Afghanistan serupa dengan apa yang dilakukan AS di Irak ketika terjadi pemberontakan berdarah yang menelan korban nyawa. Karena Afghanistan hanyalah sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri, AS telah mengubah orientasi kehadirannya dan menyerahkan beban berat ke Pakistan dan sejumlah negara regional. Secara internal, Taliban setuju untuk kembali karena setelah dua dekade hanya mereka yang dapat membawa stabilitas di negara itu. AS akan memanfaatkan Pakistan jika Taliban bertindak terlalu jauh. Tetapi pernyataan Taliban menunjukkan bahwa mereka pragmatis dan telah melunakkan tuntutan mereka. Taliban mengalahkan AS di medan perang, tetapi sekarang AS mengalahkan mereka di bidang politik.[]
Posting Komentar untuk "Amerika Mengorientasikan Kembali Dirinya di Afghanistan"