Keadaan Manusia dalam Menerima Ilmu
Oleh: Ainul Mizan (Peneliti LANSKAP)
Rasulullah Saw di dalam sebuah hadits memberikan pemisalan ilmu itu laksana air hujan. Sedangkan manusia yang mendapatkan ilmu laksana tanah.
Tatkala air hujan itu turun ke tanah, maka keadaan tanah berbeda-beda. Ada tanah naqiyyah, yaitu tanah yang baik. Air hujan bisa meresap di dalamnya. Tanah ini menjadi subur dan bisa menumbuhkan berbagai tanaman dan biji-bijian. Berbagai tanaman yang tumbuh menjadi bahan pangan bagi manusia.
Demikianlah keadaan orang yang menerima ilmu dengan baik. Ia menghafalnya, memahaminya, mengamalkannya dan menyampaikannya ke manusia. Dengan begitu manusia bisa mengambil manfaat dari nasehatnya untuk kebaikan hidup mereka.
Berikutnya adalah tanah Ajadib. Tanah ini hanya bisa menampung air hujan. Dengan begitu manusia dan hewan ternak bisa memanfaatkannya.
Orang yang menerima ilmu seperti tanah ajadib adalah ia banyak menghafalkan ilmu. Ia banyak menguasai pandangan fiqih dan fatwa ulama. Ia melayani manusia yang membutuhkan pandangan-pandangan syariat. Kadangkala ia mampu terikat dengan ilmu yang dipelajarinya, termasuk kadangkala ikatannya melemah terhadap ilmu.
Yang terakhir adalah keadaan tanah Qi'an. Ini adalah jenis tanah yang keras dan liat. Air hujan yang turun hanya melewatinya. Tanah ini tidak bisa menyerap dan menampung air. Setelah air hujan melewatinya, tanah Qi'an masih terlihat kering.
Tanah Qi'an pemisalan orang yang menuntut ilmu dengan bersenda gurau. Ilmu masuk telingan kanannya dan keluar lewat telinga kirinya. Tidak pernah ilmu itu mengendap dalam perasaan dan hatinya. Hati menjadi keras. Perbuatan dan ucapannya tidak dikontrol oleh ilmu.
Pertanyaannya, kita termasuk jenis yang manakah? Terdapat ibrah luar biasa dalam fragmen Muhammad al-fatih dan Dracula. Keduanya belajar agama kepada Syaikh al-Kurani. Dracula menjadi orang yang menolak ilmu. Bukan menjadi baik, justru Dracula menjadi lambang kejahatan yang tidak manusiawi dalam sejarah.
Tentunya guna menghasilkan jenis orang yang baik dan sungguh-sungguh dalam ketaatan membutuhkan 2 prasyarat utama yakni niat dan keikhlasan. Niat yang kuat akan mematahkan berbagai rintangan. Keikhlasan akan melahirkan sikap sabar dan tabah.
Saat ini dalam kehidupan yang sekuler materialistik, orang banyak belajar dengan orientasi harta dan kemewahan dunia. Keadaan demikian harus segera diubah. Kehidupan yang berasaskan Islam akan membawa kebaikan bagi bangsa. Pendidikan berasas aqidah Islam. Membentuk kepribadian yang islami menjadi tujuan pendidikannya. Dengan demikian ilmu yang dipelajari akan menjadi laksana hujan yang mampu menumbuhkan berbagai tanaman dan biji-bijian yang bermanfaat bagi kehidupan di muka bumi.
Posting Komentar untuk "Keadaan Manusia dalam Menerima Ilmu"