Penangkapan Ulama Kritis Dinilai Bungkam Syiar Islam



Jakarta, Visi Muslim-  Buntut penangkapan para ulama maupun ustaz yang kritis terhadap kebijakan penguasa termasuk kepada Ustaz Yahya Waloni pada Kamis (26/8), dinilai Pengamat dari Geopolitical Institute Adi Victoria sebagai upaya membungkam syiar agama Islam.

“Inilah yang sebenarnya dikhawatirkan oleh sebagian kalangan umat Islam bahwa penangkapan terhadap para ulama, ustaz yang itu kemudian bisa membungkam syiar Islam,” ujarnya dalam Kabar Petang: Umat Bangkit Hanya Dengan Islam, Jumat (27/8/2021) di kanal YouTube KC News.

Pembungkaman para ulama maupun ustaz tersebut, menurut Adi, nantinya akan berdampak pada putusnya syiar agama Islam. “Para ulama itu, ustaz ya, habaib, itulah mereka yang memiliki pemahaman yang baik akan Islam. Mereka yang menjadi rujukan dalam agama. Bagaimana Islam itu sesungguhnya. Islam yang terdiri atas akidah dan syariat,” sambungnya.

Terlebih diketahui, Ustaz Yahya Waloni adalah seorang Pakar Kristologi sekaligus mantan pendeta. Dan setiap ceramah yang disampaikannya, menurut Adi, adalah fakta yang juga disampaikan oleh para pakar lainnya.

Di sisi lain, Adi juga menyayangkan kondisi umat Islam di Indonesia yang mayoritas, namun faktanya tidak menjadikan umat ini kuat. Padahal secara logika, sambung Adi, jika jumlahnya banyak atau bahkan menjadi mayoritas, seharusnya memiliki kekuatan secara riil.

Dan yang lebih memprihatinkannya, umat masih menganggap Islam sama seperti agama-agama lain yang sebatas ritual saja. Akhirnya umat tidak boleh berbicara masalah politik dan sebaliknya, negara tidak boleh ikut campur dalam masalah agama. “Seolah-olah politik itu bukan dari agama Islam, bukan ajaran dari pada agama Islam sampai seperti itu,” sesalnya.

Mabda’

Adi menuturkan, Islam tidak hanya sebuah agama, namun juga mabda’ atau ideologi yang tidak terdapat pada agama lainnya. Selain Islam, lanjutnya, hanya berupa agama ritual serta tidak mengatur hubungan manusia dengan penciptanya dalam masalah akidah dan ibadah (hablum minallah), manusia dengan sesamanya dalam masalah muamalah dan uqubat (hablum minannas), serta hubungan manusia dengan dirinya sendiri (hablum binafsih).

Begitu pun dengan politik Islam yang menurutnya sangat berbeda dengan politik dari sudut pandang kapitalisme ataupun sosialisme. Dan justru dalam khazanah Islam, seperti disebutkan oleh Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, istilah politik berarti aktivitas pengaturan serta pemeliharaan urusan umat, baik yang ada di dalam maupun luar negeri.

Sehingga, ketika umat tidak memahami kesadaran adanya kewajiban berpolitik, maka hal itu menjadikan umat Islam tidak akan mampu bangkit melawan kezaliman yang menimpa mereka.

Bangkit

Terkait itu, Adi mengatakan, hal penting yang dibutuhkan agar umat Islam bisa bangkit melawan kezaliman di antaranya adalah harus menyadari sedang terjadinya kezaliman. “Walaupun telah terjadi kezaliman, sedang terjadi kezaliman, namun tidak sadar sedang terjadi kezaliman, (maka) tidak akan terjadi perubahan, tidak ada riak di tengah-tengah umat, di tengah masyarakat,” tuturnya.

Ia juga menekankan, kunci suksesnya kebangkitan adalah dengan mengikuti langkah Rasulullah SAW serta generasi awal kaum Muslim. “Bukan kemudian mengikuti apa yang disampaikan oleh asing. Pemahaman, kebijakan dan sebagainya itu tidak boleh,” terangnya.

Bahkan, lanjut Adi, sebagaimana pernah dikatakan Imam Malik bin Anas RA, bahwa tidak akan bisa memperbaiki kondisi generasi umat, kecuali apa yang telah mampu memperbaiki kondisi generasi awal umat Islam. Ia menegaskan, kunci kebangkitan yang dibawa Rasulullah SAW adalah membebaskan manusia dari penghambaan terhadap sesamanya menuju penghambaan hanya kepada Allah SWT semata.

Dengan demikian, kebangkitan yang sahih adalah kemerdekaan dengan bebas menjalankan syariat Allah SWT secara kaffah. “Manusia kemudian bebas melakukan syariah, berhukum dengan hukum Allah di tiga aspek kehidupannya terkait dengan hablum minallah, hablum minannas dan hablum binafsih,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Posting Komentar untuk "Penangkapan Ulama Kritis Dinilai Bungkam Syiar Islam"