Duduk Dengan Mereka, Serupa Dengan Mereka
Gambar ilustrasi |
Oleh: Alfisyah Ummuarifah (Pegiat Literasi Islam Kota Medan)
Seseorang yang duduk bersama dalam satu komunitas yang sama, itu menunjukkan seseorang itu sama. Berteman, bersahabat, sepemikiran, sepemahaman dan seide. Oleh karena itu, duduknya mereka di dalam komunitas yang sama itu menunjukkan sikap mereka. Sikap yang mewakili hati mereka.
Seseorang yang duduk di dalam suatu komunitas, dia akan berada dalam pemikiran yang sama. Pemikiran untuk melakukan sesuatu sesuai tujuannya. Seseorang yang duduk dalam komunitas membaca Al-Qur'an akan bersama saat membaca ayat Al-Qur'an itu. Pemikiran yang sama pula ketika ingin meraih syurganya. Mendambakan syurga yang diraih bersama dalam komunitasnya. Ingin masuk syurga bersama bareng-bareng.Tidak mau sendirian saja tanpa berada dalam kebersamaan.
Jika duduk bersama dengan orang yang baik disebutkan memiliki kesamaan sikap dan pemikiran. Maka saat duduk bersama dengan komunitas yang buruk pun, itu atas pemikiran yang buruk pula.
Seseorang yang duduk membela dan berada dalam barisan yang salah. Kemudian dia mati-matian membela orang yang berlaku buruk tadi. Itu berarti dia memposisikan dirinya sama dengan mereka. Seseorang yang duduk bersama dengan pemimpin yang zalim,maka diapun dalam posisi bersama dengan orang yang zalim pula.
Allah melihatnya sebagai satu komunitas yang sama. Komunitas yang menjadikan pemimpin mereka itu sebagai penentu alwala atau loyalitas mereka di dunia. Wajar, sebab loyalitas itu berawal dari kepatuhan seseorang dari sebuah komunitas.
Maka Allah akan tetap menghitung perbuatannya dan keloyalannya terhadap komunitas itu.Namun saat keloyalan itu untuk Allah dan rasulnya, sementara dia memberikan pada komunitas yang menentang Allah, pada saat itu sesungguhnya dia sedang membuka front dengan Allah.
Dia sedang ingin menyampaikan bahwa dirinya menentang Allah karena sesuatu yang bersifat remeh. Padahal saat dia tidak kembali pada keloyalannya pada Allah, maka pada saat itu tak terlihat ketundukannya pada Allah.
Kalamullah dalam surat An-Nisa ayat 140 menyatakannya demikian.
وَقَدۡ نَزَّلَ عَلَيۡكُمۡ فِى الۡـكِتٰبِ اَنۡ اِذَا سَمِعۡتُمۡ اٰيٰتِ اللّٰهِ يُكۡفَرُ بِهَا وَيُسۡتَهۡزَاُبِهَا فَلَا تَقۡعُدُوۡا مَعَهُمۡ حَتّٰى يَخُوۡضُوۡا فِىۡ حَدِيۡثٍ غَيۡرِهٖۤ ۖ اِنَّكُمۡ اِذًا مِّثۡلُهُمۡؕ اِنَّ اللّٰهَ جَامِعُالۡمُنٰفِقِيۡنَ وَالۡكٰفِرِيۡنَ فِىۡ جَهَـنَّمَ جَمِيۡعَا
Dan sungguh, Allah telah menurunkan (ketentuan) bagimu di dalam Kitab (Al-Qur'an) bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk bersama mereka, sebelum mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena (kalau tetap duduk dengan mereka), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sungguh, Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di neraka Jahanam.
Ayat sebelumnya tentang saat kita mendengar ayat-ayat Allah, yang diingkari dan diperolok-olokkan oleh orang-orang kafir dan munafik, maka janganlah kita duduk di tempat atau lokasi itu bersama mereka.
Lalu putuskanlah pembicaraan dengan mereka, sebelum mereka memasuki pembicaraan yang lain, yaitu hal-hal yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Karena sesungguhnya kamu, wahai orang-orang yang beriman, apabila tetap duduk bersama mereka, tentulah serupa dengan mereka dalam kekafiran dan kemunafikan.
Sungguh, Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di neraka Jahanam, sebagaimana mereka berkumpul dan bergabung dalam tujuan yang sama.
Orang mukmin dilarang berkumpul atau berada dalam satu majelis dengan kaum munafik yang menghina agama dan hukum-hukumnya.
Karena kaum munafik itu apabila mendengar ayat-ayat Allah, mereka ingkar dan memperolok-oloknya.
"Apabila engkau (Muhammad) melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka hingga mereka beralih ke pembicaraan lain. " (QS. Al-An'am:68).
Sebagian Muslimin duduk-duduk bersama orang-orang musyrik yang sedang membicarakan kekafiran, mencela Islam, dan menghina Al-Qur'an. Saat itu kaum muslimin itu tidak sanggup menyanggah pembicaraan orang-orang musyrik itu, karena mereka dalam keadaan lemah. Maka Allah menyuruh umat Islam berpaling meninggalkan orang-orang musyrik dan melarang duduk bersama mereka.
Demikian pula kaum musyrik, yaitu membicarakan kekafiran dan mencela Islam bersama orang-orang musyrik. Orang mukmin dilarang duduk bersama orang-orang Yahudi dan melibatkan diri dalam pembicaraan-pembicaraan yang menghina agama Allah.
Apabila kaum Muslimin ikut bersama-sama dengan kaum munafik itu dan tidak mau meninggalkan mereka, maka Allah menganggap mereka bersekongkol dengan orang-orang kafir itu. Itulah sebabnya Allah melarang kaum Muslimin berkumpul dengan orang kafir. Apabila larangan yang telah disampaikan kepada mereka itu masih juga dilakukan, niscaya mereka dianggap sama dengan orang-orang kafir.
Barang siapa membenarkan perbuatan yang mungkar, dan diam saja terhadap kemungkaran itu, maka ia dapat disamakan dengan orang yang berbuat dosa. Membantah kemungkaran berarti mencegah tersebarnya perbuatan itu di tengah-tengah masyarakat.
Sesudah itu Allah menegaskan ancaman-Nya terhadap orang-orang yang tidak menghiraukan larangan-Nya. Dia akan menyiksa mereka dengan api neraka bersama-sama orang kafir.
Maka memastikan bahwa kita berada dimana itu ditentukan kita berada dalam komunitas itu. Penting menyatakan kita berpihak kemana. Sebab sikap plin plan dan selalu berada dalam kondisi yang labil itu menunjukkan kita ada disana.
Semut ibrahim saja mampu menentukan posisinya, mengapa kita tidak mampu demikian? Satu pertanyaan besar, kita berpihak pada Allah atau pada ajakan syaitan.
Demikianlah, setiap orang wajib menentukan kemana arah berpihaknya dirinya. Sebab hidup hanya sebentar dan sekali saja. Jangan diukir dengan ukiran yang buruk dan sia-sia.
Wallahu a'lam bish-showaab.
Medan, 20 September 2021
Posting Komentar untuk "Duduk Dengan Mereka, Serupa Dengan Mereka"