Manusia Tidak Pernah Puas



Oleh : Emmy Emmalya ( Pegiat Literasi )

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap 10 orang di Kabupaten Probolinggo pada Senin (30/8/2021).

Dalam OTT tersebut, KPK menangkap Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari dan suaminya, Hasan Aminuddin. Hasan merupakan Wakil Ketua Komisi IV DPR dari Fraksi Partai Nasdem.

Mereka diduga terlibat dalam kasus suap terkait jual beli jabatan di Pemerintah Kabupaten Probolinggo pada 2019.

Berita tentang korupsi terus terjadi di negeri ini, hampir setiap hari berita yang disuguhkan tak jauh dari pemberitaan korupsi, dan yang lebih mengenaskan lagi perilaku jahat ini dilakukan oleh para pejabat yang notabenenya sudah bergelimangan dengan harta. 

Fakta tersebut memperlihatkan pada kita, bahwa manusia tidak pernah puas dengan harta yang dimilikinya. Seperti apa yang dilakukan oleh pasangan suami istri yaitu bupati probolinggo dan wakil ketua komisi IV DPR ini. Mereka berdua menduduki jabatan bergengsi dengan gaji besar, tapi masih saja tergiur untuk melakukan suap dengan jual beli jabatan. 

Apakah gaji yang besar itu tidak cukup? Padahal rakyat kebanyakan boro-boro punya gaji, untuk makan sehari-hari saja susah. 

Kemana rasa bersyukur mereka ? Apa yang mereka cari di tengah gelimang harta yang mereka miliki. 

Apakah tak ada rasa puas terhadap rezeki yang mereka miliki? Rasa tamaklah yang sebenarnya telah menguasai mereka. Nafsu untuk terus menambah kekayaan terus merasuk pada jiwa yang tak memiliki rasa takut kepada Allah. 

Tapi di balik itu semua kejahatan korupsi ini tidak semata-mata berdiri sendiri tapi ada peran sistem yang membentuk karaktek individu seperti ini dan sistem ini telah menumbuh suburkan prilaku korupsi di kalangan pejabat. 

Bagaimana tidak korupsi jika untuk mendapatkan jabatan saja harus mengorban harta hingga milyaran, sampai ada yang rela berhutang demi mendapatkan jabatan. 

Maka wajar jika setelah menjabat, pikiran yang pertama terbersit adalah bagaimana caranya bisa balik modal dan bayar hutang jika modalnya dari hutang. Hingga seperti benang kusut yang tidak pernah bisa terurai. 

Selain itu, hukuman bagi pejabat yang tertangkap korupsi pun tergolong ringan hingga tak berefek jera bagi pelaku korupsi dan orang yang berada dalam lingkaran kekuasaan. 

Seperti keringanan hukuman yang berikan pada mantan menteri sosial yang mengkorupsi dana bansos hanya karena dia sudah banyak menanggung celaan dan ejekan dari netizen. 

Justru efek psikologis itu yang seharusnya dimunculkan pada para koruptor agar mereka jera sehingga tidak berbuat kejahatan serupa di kemudian hari. 

Bukan dikurangi hukumannya tapi harus diperlakukan sesuai dengan tindak kejahatannya, jika itu berkaitan dengan dana untuk rakyat sehingga menyebabkan rakyat kelaparan hingga kehilangan nyawa maka hukumannya pun harus sama dengan penderitaan rakyat yang telah di zalimi. 

Hukum di negeri ini seakan hanya berpihak pada orang memiliki kekuasaan dan harta. Hukuman bagi para koruptor bisa dikurangi tapi tidak bagi seorang habib yang melakukan pelanggaran prokes, padahal pemimpin negeri ini pun sering bagi-bagi hadiah yang menyebabkan kerumunan tapi tidak diberikan tindakan apapun. 

Untuk apa ada peraturan kalau dilanggar oleh yang membuat aturannya sendiri. Tak malukan mereka para pejabat dengan kehidupan yang mentereng tapi tak pernah bersyukur dengan apa yang mereka miliki. 

Tidakkah mereka beriman pada adanya hari akhir yang mana mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah mereka perbuat, padahal hari itu pasti adanya sebagaimana kepastian datangnya kematian. 

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Anbiya ayat 104 berikut :

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يَوْمَ نَـطْوِى السَّمَآءَ كَطَـيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ ۗ كَمَا بَدَأْنَاۤ اَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيْدُهٗ ۗ وَعْدًا عَلَيْنَا ۗ اِنَّا كُنَّا فٰعِلِيْنَ

"(Ingatlah) pada hari langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. (Suatu) janji yang pasti Kami tepati; sungguh, Kami akan melaksanakannya."

Gambaran kengerian pada hari akhir ini sangat jelas dijabarkan dalam ayat ini, sehingga bagi orang yang masih memiliki keimanan kepada Allah maka peringatan ini cukup untuk mengingatkan mereka, bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. 

Posting Komentar untuk "Manusia Tidak Pernah Puas"