Pemutaran Film JKDN 2, Upaya Menemukan Jejak-jejak Sejarah yang Hilang




Oleh : Elfia Prihastuti (Praktisi Pendidikan)



Mayoritas masyarakat negeri ini beragama Islam. Kondisi ini seharusnya menyisakan pertanyaan bagaimana sebagian besar penduduk negeri ini bisa memeluk Islam. Tentu hal tersebut tidak terlepas dari sejarah bagaimana keyakinan itu melekat pada kebanyakan penghuni Nusantara hingga saat ini.

Namun sayang, pertanyaan itu jarang terbersit di benak kaum muslimin di negeri Gemah Ripah Loh Jinawi ini. Selama ini, mereka hanya mengikuti alur sejarah yang diarusderaskan oleh penjajah dan rezim. Walaupun sebenarnya jika mau berpikir kritis dan menelisik lebih dalam, ada banyak hal yang patut ditelusuri tentang bagaimana nilai-nilai Islam pada masyarakat negeri ini menguat dan menjadi mayoritas.

Sejak di bangku Sekolah Dasar kita selalu ditanamkan bahwa Islam di Nusantara berasal dari pedagang Arab dan Gujarat. Meskipun tidak sepenuhnya salah, namun tidak pernah terungkap bahwa hal itu bukan tidak mungkin berasal dari aktivitas dakwah yang dilakukan oleh sebuah negara adidaya Islam di Istambul yang ada saat itu. Jejak inilah yang hendak dihapus.

Bahkan saat melawan penjajahan Portugis kesultanan Nusantara pernah mendapat bantuan dari pasukan kekhilafahan Ustmani pada masa itu. Maka tak dapat dipungkiri bahwa semangat yang mendorong perlawanan terhadap penjajah adalah semangat yang lahir dari nilai-nilai Islam, yaitu berjihad untuk mengusir penjajah. Diponegoro dan Cut Nyak Din menggunakan spirit itu untuk melawan penjajah.

Namun berbeda dengan yang kita pahami selama ini bahwa perjuangan melawan penjajah yang dilakukan keduanya dan pejuang Islam lainnya didorong oleh rasa nasionalisme. Semangat berjihad untuk mengusir penjajah inilah yang hendak dikubur dari benak kaum muslimin.

Maulid nabi merupakan momentum yang tepat untuk menggali dan menemukan jejak-jejak yang hilang. Sehingga alur pemahaman sejarah tak sesat arah dan melahirkan spirit yang benar. Spirit yang bertumpu pada nilai-nilai akidah Islam bukan nilai-nilai nasionalisme dan budaya negeri ini. Pemutaran film dokumenter Jejak-jejak Khilafah di Nusantara adalah salah satu upaya pelurusan alur sejarah.

Sejatinya hubungan Nusantara dengan pusat kekhilafahan sejak dulu ingin selalu diputuskan. Berbagai upaya dilakukan. Sebab menguatnya pemahaman hubungan tersebut di benak kaum muslimin akan menjadi inspirasi kebangkitan dan kerinduan untuk hidup mulia di bawah naungan Daulah Khilafah. Salah satu cara yang digunakan adalah penguburan dan pengaburan sejarah.

Sistem kapitalisme demokrasi yang merasa berhasil menandingi bahkan meruntuhkan Daulah Islamiyah tentu tidak mau kecolongan dengan tegaknya kembali Daulah Khilafah. Sehingga sejarah yang beredar dalam pemahaman kaum muslimin haruslah sejarah yang sesuai dengan yang mereka inginkan. 

Dalam sistem kapitalisme demokrasi meniscayakan negara tak berperan menyaring kebenaran sejarah yang beredar. Negara hanya menggiring pada sejarah yang mereka kehendaki. Tentu hal ini akan menyulitkan kita untuk membedakan mana sejarah yang benar dan mana yang keliru. Masyarakat harus mencari sendiri alur sejarah yang benar.

Pemutaran film JKDN 2 adalah salah satu upaya untuk melurus alur sejarah dan menemukan jejak-jejak yang hilang. Jika ada Daulah Khilafah tentu hal itu tak akan terjadi. Sebab sistem khilafah akan memastikan setiap detail sejarah yang beredar berada dalam pengawasan negara. Sehingga dapat dipastikan tidak ada sejarah hilang jejak dan salah alur.


Wallahu a'lam bishawab 

Posting Komentar untuk "Pemutaran Film JKDN 2, Upaya Menemukan Jejak-jejak Sejarah yang Hilang"