Ruang Konservasi Tergerus Kapitalisasi
Oleh: Desi Wulan Sari, M.,Si. (Pegiat Literasi dan Pengamat Sosial)
Rasanya cukup aneh, baru-baru ini media lokal di wilayah Bogor mengumumkan tentang rencana perubahan Kebun Raya Bogor menjadi taman hiburan malam. Dimana ketika malam hari lampu-lampu indah berwarna warni akan menghiasi tanaman dan tempat pembudidayaan tanaman penuh cahaya. Sesaat indah dipandang mata, terlebih malam hari terasa lebih hidup ketika masyarakat menikmatinya bersama keluarga dan handai taulan dengan mengunjungi taman hiburan malam di Kebun Raya Bogor.
Media cnnindonesia.com mengangkat berita terkait rencana pembuatan wisata malam bertajuk glow banyak dikritik oleh instansi dan masyarakat pecinta kebun raya. Kritik tersebut disampaikan oleh empat mantan Kepala Kebun Raya yang disampaikan melalui surat resmi dengan judul “Menjaga Marwah Kebun Raya” yang sudah dikonfirmasi oleh Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI Hendrian. (27/9/2021).
Tidak hanya itu, berbagai komunitas masyarakat ramai-ramai membuat petisi penolakan rencana lampu hias bertajuk Glow dibangun dan dibuka untuk umum. Mengingat fungsi kebun raya sebagai konversasi taman kota Bogor sejak lama, banyak tumbuhan langka dan dilindungi dikhawatirkan rusak, bahkan penelitian tumbuhan berbagai jenis tanaman dikhawatirkan akan terganggu, dan habitat tumbuhnya tanaman-tanaman tersebut semakin menghambat perkembangan ilmu pengetahuan.
Bahkan, pakar dan peneliti dari Universitas IPB pun turut angkat bicara dalam masalah ini. Pada intinya, mereka mengkhawatirkan keselamatan tanaman-tanaman yang ada di kebun raya. Banyak faktor dari sebuah wisata malam taman Glow ini jika benar akan dilanjutkan. Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Melani Abdulkadir Sunito mengatakan kekhawatirannya, bahwa ekosistem di dalam kebun raya akan runtuh seperti jerami diletakkan di keledai yang sangat keberatan bebannya, akibat banyaknya pembangunan penyesuaian keberadaan taman tersebut (republika.co.id, 29/9/2021).
Melihat permasalahan diatas, sudah menjadi bagian pokok dari sebuah sistem kapitalis saat membuat ide-ide yang tidak jauh dari pemikiran keuntungan dan keuntungan saja. Apapun bisa dikomersialisasikan, diswastanisasi tanpa melihat resiko dan dampak yang akan terjadi di masa yang akan datang. Padahal, semestinya negara melindungi tempat-tempat umum dan penting, terlebih bagi pengembangan ilmu pemgetahuan karena berkaitan dengan kepentingan umum di dalamnya. Namun, akankah perubahan taman konservasi menjadi kepentingan “hiburan” masyarakat ala pengusaha globalis ini membawa kemaslahatan?
Jawabannya jelas, tentu tidak! Umat muslim akan menyadari betapa kerusakan dan bencana akan terus terjadi jika kerap memaksakan diri mengikuti keinginan sistem kapitalis yang tengah berkuasa kini. Berbeda halnya dengan sistem Islam Kaffah, dimana segala bentuk kepentingan umum, baik berupa infrastruktur berupa jalan, bangunan tempat konvservasi, tambang-tambang juga kebutuhan pokok sandang, pangan ataupun kebutuhan lain berupa pendidikan, kesehatan dan keamanan semua dijamin dan dilindungi serta dikelola oleh negara. Pemimpin menjalankan roda kepemimpinannya berdasarkan syariat, sehingga aturan tersebut akan berjalan sebagaimana mestinya.
Termasuk di dalamnya pengelolaan sumber daya alam, konservasi hutan kota seperti Kebun Raya Bogor juga akan dilindungi dengan menjamin keberadaannya tetap lestari tanpa ada kepentingan “keuntungan” yang mengganggu habitat dan keberadaan tumbuhan langka dan penting tersebut demi pengembangan ilmu pengetahuan.
Dalam Daulah Islam, adanya taman-taman hiburan pun menjadi kebutuhan tersendiri. Keindahan berupa arsitektur gedung, taman, dsb. memiliki fungsi dan arti tersendiri. Khalifah akan membangun taman-taman indah yang diperuntukkan bagi umum tanpa merusak habitat dan membebani biaya apapun terhadap rakyatnya yang ingin menikmati taman tersebut.
Itulah indahnya Islam. Sebab sistem Islam akan selalu membawa kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. Karena Islam diturunkan sang Pencipta melalui Rasul-Nya sebagai rahmat bagi seluruh alam. Wallahu a’lam bishawab.
Posting Komentar untuk "Ruang Konservasi Tergerus Kapitalisasi"