Syarikat Islam Perindu Kemerdekaan Pecinta Khilafah
Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional Dan Pemerhati Politik Asal NTT)
Banyak kalangan yang tidak menyetujui tanggal 20 Mei 2021 sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Alasannya perjuangan melawan penjajahan Belanda kala itu tidak bisa dikaitkan dengan Budi Utomo (BO). BO malah dianggap dekat dengan Belanda kala itu.
KH. Firdaus AN, mantan Ketua Majelis Syuro Syarikat Islam (SI) mengatakan,
“BO tidak memiliki andil sedikit pun untuk perjuangan kemerdekan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan BO tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan, karena telah bubar pada tahun 1935. BO adalah organisasi sempit, lokal dan etnis, di mana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Orang Betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya, ”. (www.eramuslim.com,21/10/2021).
Bahkan, Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (Cendekiawan Muslim) dalam talkshow Jejak Khilafah Di Nusantara Episode 2 (JKDN 2) menyatakan hal yang serupa. BO dalam menerima anggotanya menerapkan 3 syarat. Syarat itu yakni anggota harus bersuku Jawa, dokter dan priyayi. Selain dari ketiga hal ini tidak bisa menjadi anggota BO.
Jika seseorang bersuku Jawa namun bukan dokter dan golongan priyayi, tidak bisa menjadi anggota. Bahkan dalam banyak kongresnya, BO tidak menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa dalam pertemuan. Sebagian pihak juga menyatakan bahwa BO mendukung penjajahan Belanda dan anti gerakan kemerdekaan.
Sebenarnya yang pantas dijadikan sebagai organisasi pelopor kemerdekaan Indonesia adalah Syarikat Islam (SI). Organisasi ini telah hadir 3 tahun sebelum berdirinya BO yaitu pada tahun 1905. SI, yang awalnya bernama SDI (Syarikat Dagang Islam) didirikan untuk menolong para pengusaha Muslim yang tidak diberikan akses oleh pemerintah kolonial Belanda.
Belanda lebih memberikan kesempatan kepada pengusaha etnis Cina. Ini strategi untuk memperlemah semangat kemerdekaan rakyat lewat pemiskinan sistematis terhadap pengusah lokal. Belanda tidak menginginkan adanya peluang rakyat Indonesia menjadi kuat dan lepas dari penjajahan.
Kontribusi SI kemudian semakin besar dengan bergabungnya HOS Cokroaminoto. Salahsatu tokoh pergerakan Islam yang paling berpengaruh pada masanya. HOS Cokroaminoto berhasil membawa SI sebagai organisasi politik yang ditakuti Penjajah Belanda.
SI meski dicoba dipecah kekuatannya oleh SI merah (haluan komunis atau bermahdzab PKI) namun SI diakui sebagai perintis usaha kemerdekaan yang menginspirasi banyak pergerakan sesudahnya. Bahkan SI mencintai sistem Khilafah.
Kekhilafahan yang dihapus oleh Mustafa Kemal AttaTurk, agen binaan Inggris, menyebabkan SI tidak tinggal diam. HOS Cokroaminoto mempimpin banyak rapat untuk menegakkan Khilafah kembali. Foto Sultan Abdul Hamid II, Khalifah Umat Islam kala itu dipajang oleh SI di berbagai kantor cabangnya.
Terhapusnya Khilafah mendorong berbagai organisasi Islam, Ulama dan umatnya berjuang bersama menegakkan Khilafah kembali. Para Ulama Al Azhar membentuk Kongres Kairo dan mengundang elemen kaum Muslimin sedunia. Terkait hal ini Septian AW pakar sejarawan menjelaskan bagaimana respon umat di Nusantara.
"Pada 4-5 Oktober 1924 para pemimpin Sarekat Islam, Muhammadiyah dan Al-Irsyad mengadakan sebuah pertemuan di Madrasah Tarbiatoel Aitam Genteng Surabaya. Selain dihadiri oleh para pemimpin nasional dan lokal dari ketiga organisasi tersebut, pertemuan ini juga dihadiri oleh banyak ulama besar, baik dari kalangan orang Arab maupun orang Jawa. Dalam pertemuan ini terjadi diskusi yang panjang tentang khilafah dan seruan ulama al-Azhar tersebut."
Dalam sejarah Indonesia, pertemuan ini menjadi pertemuan khusus membahas khilafah yang pertama kali diadakan di Indonesia. Disepakati dalam pertemuan ini bahwa keberadaan khilafah adalah wajib, dan penting mengirim delegasi Indonesia ke Kongres Kairo. Hasil lain dalam pertemuan ini adalah kesepakatan para ulama dan tokoh pergerakan Islam untuk membentuk Komite Khilafah sebagai wadah bagi mereka dalam memperjuangkan khilafah.
Lebih lanjut lagi Septian menjelaskan, "Pada 24-27 Desember 1924 komite yang diketuai Wondo Soedirjo dengan wakil K.H. Abdul Wahab ini mengadakan Kongres Al-Islam Luar Biasa. Kongres yang dihadiri oleh ribuan umat Islam termasuk ulama dan tokoh pergerakan ini menyetujui mandat tersebut. Dengan seiya sekata para peserta kongres menyatakan wajib terlibat dalam perjuangan khilafah."
Komite cabang yang pernah didirikan antara lain adalah Komite Khilafah Yogyakarta, Komite Khilafah Pekalongan, Komite Khilafah Cirebon, Komite Khilafah Pasuruan, Komite Khilafah Bogor, Komite Khilafah Banjarmasin dan Komite Khilafah Cianjur. Hal ini menjadi bukti bahwa perjuangan khilafah mendapatkan apresiasi yang sangat besar di berbagai tempat di Indonesia (JejakIslam.net,13/10/2013).
Inilah bukti sejarah bahwa Islam telah menjadi ruh semangat melawan penjajahan. Sedangkan Khilafah telah menjadi cita-cita umum kala itu. Khilafah adalah Sistem Kepemimpinan Global yang dicintai dalam dan luar Nusantara. Walaupun Kekuatan imperialisme Barat mencapai puncaknya saat itu.
Sekarangnya bukan saatnya bersedih dengan kekalahan karena strategi licik imperialis Barat. Tetapi sebagai hikmah agar kembali menerapkan Sistem Kepemimpinan Islam yang akan membebaskan negeri-negeri kaum Muslimin dari penjajahan seperti pada masa emas Kekhilafahan Islam dulu. []
Bumi Allah SWT, 26 Oktober 2021
#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan
Posting Komentar untuk "Syarikat Islam Perindu Kemerdekaan Pecinta Khilafah"