Kisah Secangkir Kopi dan Islam




Oleh: Citra Dewi Anita 

Halo sahabat, apa kabarnya hari ini ? Mungkin rasanya ingin melepas penat setelah mencari minyak yang kian langka ditambah harga tahu tempe yang sedang meroket. Secangkir kopi hangat bisa menjadi pilihan untuk diri melepas penat.

Tahukah sahabat bahwa kopi menjadi komoditas terbesar ke 2 setelah minyak? 

Sekitar 1,6 milyar cangkir kopi di komsumsi setiap hari di seluruh dunia. Kopi ini berawal dari seorang pengembala kambing ketika menemukannya pada abad ke 9 masehi. 

Sang penggembala merasakan kambing-kambingnya menjadi bersemangat dan berenergi setelah memakan biji bijian tertentu. Seiring gembalaannya merumput di dataran Ethiopia, sang penggembala akhirnya menemukan biji tersebut. Biji itu dinamakan Al qahwa atau sekarang lebih populer dengan nama kopi. Masya Allah. 

Kehadiran kopi disambut oleh kaum muslim dan menyebar ke dunia melalui tangan para pedagang, ulama dan orang yang kala itu menunaikan ibadah haji ke Baitullah. 

Kopi menjadi minuman populer dalam kekhilafahan abad 16 masehi. Kaum muslim meminum kopi untuk membuatnya terjaga ketika melaksanakan solat malam, belajar dan menulis kitab-kitab. 

Bahkan, pada jaman dahulu pun kedai-kedai kopi sudah ramai namun dijadikan tempat untuk berdiskusi dan belajar. Lain halnya dengan masa kini yang dijadikan life style suatu kaum demi mencapai gengsinya. 

Kedai kopi saat ini menjadi tempat pamer kekayaan bahkan tak jarang hanya demi prestise mengunjungi suatu kedai kopi. Belum lagi campur baur antara laki-laki dan perempuan yang mungkin saja membuka peluang bagi pintu kemaksiatan. Berbeda ketika masa Utsmani, kedai kopi kala itu menjadi tempat yang bisa mencerdaskan umat. 

Pemerintah Utsmani pun menjalin hubungan dagang kopi dengan Venezia yang saat ini adalah Italia. Hingga kopi mulai terkenal di Eropa dan menyebar ke seluruh dunia. 

Masya Allah luar biasanya kisah awal mula kopi ini. Membuat saya merindukan masa islam dalam kejayaannya. Ciptaan Allah seperti biji kopi dijadikan alat pendukung untuk berbuat kebaikan. Inilah potret buah dari dekatnya diri, lingkungan, juga negara dengan iman dan islam. Semuanya berorientasi pada amal sholeh. 

Semoga akan segera kembali datang masa itu. Aamiin. 


Wallahua a'lam bishowab 

Posting Komentar untuk "Kisah Secangkir Kopi dan Islam"