Evaluasi Pendidikan Selesaikan Kasus Tawuran

Ilustrasi



Oleh : Naila Dhofarina Noor, S.Pd 


Menurut data KPAI, sepanjang tahun 2021 banyak ditemukan tawuran usia pelajar. Wilayah kasus-kasus yang terjadi meliputi 11 provinsi, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Banten, Kepulauan Riau, Sulawesi tenggara, Kalimantan Utara, NTT, NTB dan Sumatera Selatan.  

Sedangkan kabupaten/kota  meliputi Bekasi, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Bandung, Karawang (Jawa Barat); Kulonprogo dan Bantul (D.I. Yogajakarta); Malang (Jawa Timur); Jakarta Selatan (DKI Jakarta); Tanggerang Selatan (Banten); Kota Batam (Kepri); Bau Bau (Sulawesi tenggara); Kota Tarakan (Kalimantan Utara); Alor (NTT); Dompu (NTB); Musi Rawas (Sumatera Selatan).  

Baru-baru ini, Tim Patroli Perintis Presisi Polres Metro Depok menangkap tujuh anak muda yang hendak tawuran. Para ABG itu diketahui tengah siaran langsung diakun instagramnya untuk mencari lawan tawuran.

"Tim perintis memantau akun live geng Lapendos Junior karena merasa curiga. Terlihat senjata tajam saat kelompok tersebut live sambil berkeliling menggunakan kendaraan roda dua," kata Iptu Winam saat dihubungi, Minggu (news.detik.com/27/2/2022)

Selain itu, di Semarang diamankan delapan siswa SMP berikut sejumlah peralatan yang diduga akan digunakan sebagai senjata dalam aksi tawuran. Beberapa di antaranya adalah senjata tajam (sajam) jenis sabit dan sabuk gir sepeda motor. (Republika.co.id, 14/2/2022)

Terus berulangnya kasus tawuran beserta senjata tajam, mestinya mendorong evaluasi mendasar sistem pembangunan generasi. Pendidikan generasi menjadi hal yang utama perlu dievaluasi. Tidak sekedar dari aspek literasi dan numerasi. Ada hal lain juga terkait materi pembelajaran akhlak butuh diperbaiki. Lebih dari itu, tujuan dari pendidikan sangat butuh untuk didalami kembali.

Dalam Islam, pendidikan diharapkan mampu menjadikan peserta didik sebagai kholifah fil ardl.

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah (pemimpin) di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”(QS. albaqoroh ayat 30).

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَ كُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ 

Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang yang kalian pimpin. [Muttafaqun ‘alaih].

Untuk menjadi khalifah (pemimpin) , dibutuhkan pendidikan yang mampu membekali manusia dengan pemahaman kebaikan yang bisa bermanfaat bagi semua yang ada di bumi. Sebagaimana manusia pertama , nabi Adam, pun melewati proses pendidikan yang baik.

وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!” (QS. Albaqoroh ayat 31).

Dalam Islam juga memiliki metode khusus didalam pembelajarannya, yakni metode talaqiyan fikriyan. Semua ilmu yang diajarkan pada anak didik diarahkan untuk membangun pemahamannya tentang kehidupan sekaligus menjadi landasan sikap dan perilaku. Semua ilmu diajarkan juga untuk mencerdaskan akal dan meningkatkan taraf berpikir anak, sehingga anak mampu menggunakan ilmu tersebut untuk menyelesaikan masalah kehidupan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ 


Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya [HR at-Tirmidzi].

Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari bagaimana kebaikan dan ketaatannya . Kebaikan anak menjadi penyebab manfaat khususnya bagi orang tua, keluarganya, dan secara umum untuk lingkungannya.

Dahulu pada masa Khilafah dengan pendidikan yang demikian, generasi tumbuh menjadi para pakar dari berbagai disiplin pengetahuan disamping mereka memiliki kepekaan dengan kondisi sekitar. Dengan ilmu yang dimiliki, mereka memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi dunia termasuk Eropa. Cendekiawan Barat, Montgomery Watt, menyatakan, “ _Cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi ‘dinamo’-nya, Barat bukanlah apa-apa_. ”

Dengan demikian, pendidikan Islam sejatinya mampu menjadi mercusuar peradaban dan rujukan dunia, jauh dari tabiat tawuran antar pelajar yang meresahkan. 

Semoga ke depan tidak ada lagi kasus tawuran dengan perbaikan mendasar dalam sistem pendidikan. [] 

Posting Komentar untuk "Evaluasi Pendidikan Selesaikan Kasus Tawuran"