Kecurangan dalam Perdagangan, Bagaimana Solusi Islam?

Ilustrasi



Oleh : Yulia Ummu Zaky


Berbagai kasus kecurangan dalam perdagangan masih marak menghiasi pemberitaan. Tidak hanya pedagang kecil di pasar tapi juga pedagang besar dan para kapitalis oligarki. Komoditas yang dilirik juga beragam. Salah satunya adalah kasus penimbunan 25 ribu liter bahan bakar minyak (BBM) berjenis Bio Solar. Kasus ini diduga dilakukan di Tasikmalaya dan Indramayu untuk dijual ke industri dengan harga nonsubsidi ( SuaraJabar.id, April 2022). Mengapa hal ini bisa terjadi? Cukupkah sangsi yang diberikan akan memberi efek jera?

Miris memang, di tengah-tengah kesulitan hidup masyarakat akibat kenaikan harga berbagai produk bahan makanan dan juga BBM, ini malah mereka seenaknya menikmati keuntungan yang diperoleh secara ilegal alias kecurangan. Tapi, inilah kenyataan yang terjadi saat ini. Selalu saja ada pihak-pihak yang tidak mempedulikan halal haram dalam berbuat. Asal untung besar , segala cara dilakukan.

Lemahnya keimanan 

Setiap orang akan bertindak sesuai dengan apa yang ada dalam pola pikirnya. Jika yang ada dalam pikirannya hanya keuntungan yang menjadi asas dalam berdagang, maka apapun akan dilakukan meskipun bertentangan dengan akidahnya. Ini adalah iman yang lemah. Namun, jika yang menjadi asas dalam berdagang adalah keridhaan Allah, maka yang akan dilakukan adalah melakukan perdagangan dengan memperhatikan asas halal haram agar Allah ridla. Itulah wujud keimanan seorang muslim.

Kapitalisme adalah Penyebab Utama

Dinamika perkembangan perekonomian dalam masyarakat memang sangat bergantung pada aktivitas perdagangan. Keuntungan yang menjanjikan dapat menarik seseorang atau para kapitalis untuk berdagang. Apalagi, dalam sistem kapitalis sekarang ini, di mana asas manfaat menjadi landasan dalam setiap aktivitas perdagangan. Keuntungan sebesar-besarnya adalah hal yang utama. Selanjutnya, persaingan pasar akan terjadi di tengah-tengah masyarakat. Siapa yang kuat, maka dia yang akan menang. Maka kapitalis yang paling banyak modalnya, dialah yang akan menguasai pasar. 

Sementara, orang-orang yang lemah tentu akan kalah. Dengan modal yang kecil, mereka tidak bisa menguasai pasar. Akibatnya, segala cara dilakukan. Tak peduli dengan akibat yang akan ditimpakan kepada masyarakat, yang penting adalah keuntungan yang didapat.

Apalagi, jika kebijakan yang diambil hanya berpihak kepada yang kuat. Maka, rakyat kecil menjadi kian melarat. Pemenuhan kebutuhan rakyat semakin sulit didapat. 

Akibatnya, tindak kejahatan pun kian marak. Tidak sedikit, karena kebutuhan yang mendesak, rakyat tidak lagi memperhatikan asas halal haram. 

Islam Mempunyai Solusi 

Segala permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat ada solusinya dalam Islam, termasuk dalam hal kecurangan dalam perdagangan. Islam melarang aktivitas penimbunan barang, mencurangi timbangan, menipu konsumen, dan mempermainkan harga. 

Nabi saw. bersabda:

Siapa yang melakukan menimbun makanan terhadap kaum muslim, Allah akan menimpakan kepada dirinya kebangkrutan atas kusta (HR. Ahmad).

Tidak hanya melarang, tapi negara harus memberi sangsi kepada pelaku kecurangan. Terutama, kepada para pengusaha dan pedagang besar. Karena, merekalah yang berpotensi besar untuk curang dan zalim. 

Dengan penerapan Islam kaffah, kecurangan dan kezaliman dapat diselesaikan secara tuntas. 


Wallahu A'lam bis Showwab 

Posting Komentar untuk "Kecurangan dalam Perdagangan, Bagaimana Solusi Islam?"