Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Liberalisasi: Problem Negeri +62




Jakarta, Visi Muslim- PKAD- Agung Wisnuwardana sebagai aktivis 98 mengungkapkan bahwasanya problem negeri ini liberalisasi, liberalisasi energi hingga terlibatnya Indonesia dalam pasar bebas. Hal itu diungkapkan ketika [LIVE] Prespektif Pusat Kajian Dan Data bertajuk "Gelombang Tolak Rencana Kenaikan BBM, TDL dan LPG." (Jum'at, 29/4/2022)

"Problem kita ini memang liberalisasi. Liberalisasi energi ditambah masih terlibat komoditas pasar berjangka ini yang karenanya terikat dollar," ungkap Agung Wisnuwardana.

Lanjut beliau mengajak,"Stop liberalisasi. Stop penggunaan dollar. Stop bermain-main dengan komunitas pasar berjangka ini."

Agung Wisnuwardana juga menegaskan meski dimulai dari nol karena memahami akar masalah dan penggunaan solusinya, maka negeri ini memungkinkan ganti sistem yang bagus. Sistem ini bisa mencegah timbulnya masalah-masalah baru.

"Saya yakin kita akan mulai dari nol. Tetapi dengan bagus. Oleh karena itu momentum juga negeri ini menseriusi ganti sistem bukan hanya ganti rezim. Jika liberalisasi hulu-hilir tidak diberesi, main dengan dollar maupun komoditas berjangka tidak dibatasi dan stop itu semua. Kita akan kembali mengukir masalah-masalah baru," tutur beliau.

Beliau memberikan uraian kaitannya masalah energi dengan masalah lainnya di negeri ini beserta solusinya. Beliau juga mengajak para intelektual untuk mendiskusikan dan memahami solusi permasalahan energi dan lainnya sesuai syariat Islam. Adapun pelaksanaan syariat Islam tentu karena ketaqwaan kepada Allah SWT.

"Hukum syara' harus dijalankan sebagai bagian ketaqwaan kepada Allah SWT. Impact dari ketaqwaan itu kemaslahatan buat rakyat. Saya betul-betul menawarkan pada seluruh intelektual muslim hari ini. Kapan waktu kita diskusi panjang. Ini domain teman-teman intelektual menurut saya yang harus mendetailkan itu sebagai sebuah blue print . Bagaimana syariat menjawab semua tantangan tadi," pungkas Agung Wisnuwardana.[] 

Posting Komentar untuk "Liberalisasi: Problem Negeri +62"

close