Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kasus Pemerkosaan dan Perzinaan Anak Makin Gila, Pakar: Ini Masalah Sistemik

Ilustrasi

VisiMuslim - Banyaknya kasus perkosaan dan juga perzinaan pada anak-anak, menurut penilaian penulis buku The Model for Smart Parents Nopriadi Hermani, Ph.D. ada yang salah dalam sistem kehidupan yang diterapkan saat ini.

“Banyaknya kasus perkosaan dan juga perzinaan pada anak-anak menunjukkan ada yang salah dengan sistem kehidupan kita. Kalau kasusnya satu atau dua saja maka itu berarti kasus yang bersifat individual. Namun, bila kasus seperti ini sering terjadi dan semakin gila maka ini masalah sistemik,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Ahad (22/1/2023).

Menurutnya, sistem kehidupan saat ini terus menerus mencetak prilaku-prilaku ganjil manusia, bahkan pada anak-anak. Kasus terbaru tiga bocah 8 tahun perkosa siswi TK usia 6 tahun. Bahkan salah satu bocah 8 tahun sampai perkosa lima kali dan mengancam dua bocah lainnya agar mau ikut memperkosa. “Beberapa waktu lalu kita juga dengar judul berita, 37 Pasangan Anak SMP Diduga Pesta Seks di Hotel, Petugas Temukan Kondom, Obat Kuat dan Miras. Apa kurang gila berita seperti ini?” ungkapnya.

Kalau terus ditelusuri, menurutnya, sistem kehidupan saat ini bermasalah. “Sistem kehidupan apa? Tidak lain tidak bukan sistem kehidupan sekuleristik,” tegasnya.

Nopriadi mengatakan, manusia memarginalkan agama (Islam) dalam urusan kehidupan publik. Padahal, ajaran agama (Islam) dengan berbagai sistem-sistem turunannya akan membentuk manusia yang sehat, terhormat dan juga bertakwa.

“Negara yang sekuler tidak akan berorientasi mencetak manusia bertakwa. Itu urusan pribadi. Bertakwa silahkan tak bertakwa silahkan. Negara sekuler lebih berorientasi mencetak manusia kapitalis. Manusia yang mengejar kesenangan sendiri. Sistem sekuler yang akut ini tidak hanya mencetak manusia dewasa yang mengejar kesenangan tanpa peduli halal haram, tapi hari ini mencetak anak-anak yang mengejar kesenangan tanpa peduli Allah SWT ridha atau tidak ridha,” geramnya.

Selain peran keluarga, negara seharusnya meninggalkan sistem sekuler dan nilai-nilai sekuler beserta turunannya agar masalah pemerkosaan dan zina dapat ditekan semaksimal mungkin di semua usia

“Negara itu punya alat yang powerful untuk membentuk prilaku rakyatnya, yaitu undang-undang atau peraturan. Undang-undang yang dimiliki negara memiliki fungsi sebagai social engineering, yakni masyarakat dan warga negara akan dibentuk dengan undang-undang yang berlaku. Undang-undang ekonomi akan membentuk prilaku ekonomi. Undang-undang politik akan membentuk prilaku politik. Undang-undang bidang media akan mempengaruhi bagaimana prilaku media. Undang-undang terkait pendidikan akan membentuk prilaku anak didik. Dan kumpulan semua undang-undang ini pada ujungnya akan membentuk pribadi, individu-individu rakyatnya,” bebernya.

Sebagai sebuah sistem, lanjutnya, maka semua undang-undang ini punya tali temali untuk membentuk siapa warga negaranya. “Bila banyak masalah pada warga negaranya maka periksa saja setiap undang-undang yang diterapkan pada negara tersebut yang berkontribusi pada produksi manusia bermasalah,” ujarnya.

Sistem bernegara yang diterapkan saat ini, kata Nopriadi, diakui atau tidak adalah sekuler atau setengah sekuler maka kita akan sulit berharap masalah pemerkosaan dan perzinaan akan hilang atau berkurang. Yang ada malah bertambah banyak.

Bertakwa

Ia membayangkan sebuah negara yang sistemnya mampu mencetak pribadi-pribadi bertakwa, salah satunya melalui sistem pendidikan. “Pendidikan memiliki orientasi mencetak manusia hebat bertakwa melalui para guru yang juga bertakwa dan sejahtera. Sejahtera ini agar para guru mampu fokus menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh tanggungjawab. Kesejahteraan seperti ini tentu mensyaratkan sistem perekonomian yang mampu menjamin itu. Bukan sistem ekonomi sekarang yang menghasilkan kesenjangan dan pemerataan kemiskinan,” harapnya.

Pribadi bertakwa, katanya, juga dibentuk pertama kali oleh para orang tua yang dapat jadi teladan dalam ketaatannya dalam menjalankan agama. “Negara punya tidak instrumen agar para orang tua dari warga negaranya mampu  mendidik anak-anaknya agar bertakwa dan dapat menjadi teladan dalam hidup bagi anak-anaknya? Kalau ingin selesai maka negara harus berpikir keras menciptakan instrumen itu. Negara sekuler atau setengah sekuler mau?” tanyanya.

Di samping itu, menurutnya, lingkungan untuk anak-anak juga harus kondusif dalam membentuk ketakwaan pada anak-anak. “Salah satu kerusakan lingkungan yang amat dekat mempengaruhi anak-anak kita adalah gadget. Gadget hari ini alat yang setiap saat dipegang anak-anak kita. Gadget bahkan menjadi guru yang sangat efektif dalam membentuk prilaku anak-anak. Nah, negara mau dan mampu tidak menjamin konten dalam gadget menjadi bersahabat dan sehat untuk anak-anak?” terangnya.

Bila tak mampu, lanjutnya, maka jangan berharap anak-anak bisa selamat dari kerusakan perzinaan dan perkosaan yang semakin menggila. “Perlu dicatat di berbagai belahan dunia negara-negara sekuler punya masalah perzinaan dan perkosaan pada anak-anak yang juga semakin menggila. Ibarat mesin, maka sistem sekuler adalah mesin kehidupan yang produknya adalah manusia-manusia pencari kesenangan, salah satunya melalui pemerkosaan dan perzinaan,” pungkasnya.[]

Sumber : MU

Posting Komentar untuk "Kasus Pemerkosaan dan Perzinaan Anak Makin Gila, Pakar: Ini Masalah Sistemik"

close