Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sistem Sekuler Merusak Fitrah Keibuan


Oleh: Meina Yi
(Aktivis Dakwah)

Akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan berita viral tentang seorang wanita (YS) pemilik rental playstation yang berusia 25 tahun di Jambi, yang melakukan aksi pelecehan seksual kepada 11 orang anak berusia 8-15 tahun. Anak-anak perempuan dipaksa menonton live adegan ranjangnya bersama suami sedangkan anak laki-laki diminta memegang payudaranya dan dicekoki film porno. Hal ini dilakukan di tempat rental miliknya. (tvOnenews.com, 5/2/2023) 

Dilansir dari akun instagram vivacoid (9/2/2023), suami pelaku (AF) menuturkan bahwa istrinya kerap mengancam jika hasrat seksualnya tidak terpenuhi. AF bersaksi bahwa ia pernah melihat istrinya  melukai dirinya sendiri dengan cara menyilet lengan tangannya, dan kerap mengancam akan membunuh anaknya yang masih berusia sekitar satu tahun. Innalillah.

Penyebab Rusaknya Fitrah Keibuan

“Sejahat-jahatnya harimau, tak akan memakan anaknya sendiri.” Peribahasa ini sudah tak bisa dipakai saat ini karena kasus ibu membuang bayi, menelantarkan, menyiksa, dan membunuh anaknya sendiri sudah seringkali kita temukan. Masih belum hilang dari ingatan kasus yang terjadi di Brebes, Jawa Tengah, seorang ibu muda (KU), 35 tahun, dengan sadis menggorok anak kandungnya sendiri berusia 6 tahun dan melukai 2 anak kandungnya sendiri (republika.co.id). Hal ini semakin membuktikan bahwa perempuan yang selama ini dianggap sebagai korban, kini ternyata bisa menjadi pelaku, bahkan dalam perbuatan yang sangat keji dan sadis. Fitrah keibuan seorang wanita kini sudah semakin rusak. 

Wanita sebagai seorang ibu seharusnya mampu memberikan perlindungan, kasih sayang, dan panutan bagi anak-anaknya. Namun di sistem sekuler seperti sekarang, dimana agama itu dipisahkan dari kehidupan, fitrah keibuan wanita sudah menjadi barang yang langka. Saat ini, sulit ditemukan sosok ibu yang bangga dengan statusnya sebagai ibu rumah tangga. Seringkali mereka malu mengakui bahwa statusnya adalah ibu rumah tangga, yang tidak memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Hal ini terjadi karena kesuksesan di sistem kapitalisme hanya dipandang dari sisi materi.

Belum lagi serangan ide pemikiran Barat yang makin merajalela, seperti feminisme, kesetaraan gender, childfree, pornografi, dan yang lainnya, ditambah kurangnya ilmu aqidah Islam, dan terkikisnya iman membuat wanita yang berstatus ibu rumah tangga ini semakin merasa insecure dalam mejalani hidupnya. Akhirnya di puncak stresnya, ia memilih mengikuti hawa nafsu, dan meninggalkan fitrah keibuan yang dimilikinya hanya untuk melampiaskan hawa nafsunya, menunjukkan eksistensi dengan semaunya, hanya untuk mendapatkan pengakuan di masyarakat sekuler.

Islam Solusi Tuntas Menjaga Fitrah Ibu

“If you educate a woman, you educate a nation” (African Proverb). Begitu pentingnya mendidik seorang wanita, karena wanita adalah tonggak peradaban. Rusaknya wanita maka rusak pula sebuah peradaban. Fitrahnya sebagai ummun warabbatul bait (ibu dan pengatur rumahtangga), membutuhkan ilmu dalam menjalaninya. Bahkan Islam telah memberikan kedudukan yang tinggi bagi orang yang berilmu, baik laki-laki maupun wanita. Oleh karena itu, perbaikan individu dari seorang wanita harus dilakukan. Ilmu yang dimaksud adalah penguatan aqidah yang dapat merubah pandangan hidup manusia, dan menjaga fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi. Aqidah Islam hanya memandang kebahagiaan tertuju pada ridha Allah Ta’ala, bukan yang lain. Aqidah Islam juga menuntun kita untuk senantiasa menundukkan hawa nafsunya untuk selalu terikat dengan hukum syara, yakni al-Qur’an dan sunnah.

Berikutnya adalah perbaikan dalam keluarga dan masyarakat. Adanya support sistem dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, menjadi tempat saling mengingatkan (amar makruf nahi munkar), dan mengontrol perilaku masyarakat itu sendiri. Islam memandang masyarakat diibaratkan sebagai sekelompok orang yang mengarungi lautan dalam sebuah kapal, apabila ada seseorang yang hendak mengambil air dengan melubangi kapal, dan tidak ada orang lain yang mencegahnya, niscaya yang tenggelam adalah seluruh penumpang kapal. Hal ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh masyarakat secara umum. 

Selain dari individu dan masyarakat yang bertakwa, menjaga fitrah keibuan wanita sebagai pengasih, pengasuh, dan pengasah anak-anaknya tidak bisa didapatkan hanya dengan memperbaiki individu wanita itu sendiri, dan juga menciptakan masyarakat yang islami. Jika ingin menyelesaikan permasalahan ini secara tuntas maka setidaknya harus dilakukan oleh sebuah negara. Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kamu semuanya adalah penanggungjawab atas gembalanya. Maka, pemimpin adalah pengembala, dan dialah yang harus  bertanggungjawab terhadap gembalaannya.” (HR. Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi dari Ibn Umar).

Alhasil, negara harus ikut turun tangan mengatasi permasalahan fitrah keibuan seorang wanita dengan cara menerapkan sistem Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah. Sistem sekulerisme yang tidak sesuai fitrah manusia harus ditinggalkan agar kejadian serupa tidak berulang, sehingga fitrah keibuan wanita dapat senantiasa terjaga, dan seluruh permasalahan tuntas diselesaikan. Wallahu’alam bishshowab. []

Posting Komentar untuk "Sistem Sekuler Merusak Fitrah Keibuan"

close