Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BRI, Apakah Betul Kepentingan NKRI atau Mengancam Kedaulatan?


Oleh: Hardianti Diman, S.Pd (Aktivis dakwah Islam dan Guru)

Mega proyek One belt and One Road yang menjadi mimpi presiden Cina Xi Jimping dengan meminjamkan kepada negara-negara berkembang dengan jumlah fantastik yaitu miliaran dolar. Ternyata hal ini bukan investasi yang hanya membangun kerja sama biasa antar beberapa negara. Akan tetapi Xi Jimping dalam pemerintahannya sudah punya target agar bisa menguasai negara-negara yang memiliki potensi SDA hubungan geostrategi. Hal ini sangatlah bahaya dan jelas bahwa ada kepentingan dibalik BRI ini. Maka pemerintahan khususnya Indonesia perlu memahami hal ini secara politik yang luas agar tidak teken dari tawaran Xi Jimping ini. BRI bukan kepentingan NKRI tapi kepentingan para investor dan oligarki global. Jadi ketika negara Asing dan Aseng semakin eksis maka dunia Islam sedang menghadapi multi tantangan dan serangan yang lebih besar lagi kedepannya. 

Waspada Mega Proyek BRI, Mengapa?

Baru-baru ini Presiden China Xi Jinping mengumumkan negaranya akan menyuntikkan dana lebih dari US$100 miliar atau sekitar Rp1.576,99 triliun (asumsi kurs Rp15.769 per dolar AS) ke program Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/ BRI). Negara-negara yang terlibat dalam BRI dapat mencairkan dana tersebut melalui pinjaman dari Cina Development Bank dan Bank Ekspor-Impor. (Jakarta, CNN Indonesia/19/10/2023).

Xi Jimping mengumumkan, pada Rabu (18/10), suntikan akan diberikan oleh pemberi pinjaman utama Belt and Road, China Development Bank dan Bbank Ekspor-Impor. Tidak hanya itu, kedua lembaga juga masih akan menyiapkan sejumlah peluang pembiayaan lain.

BRI merupakan pilar utama upaya Xi Jimping untuk memperluas pengaruh negaranya secara global. Melansir dari CNN, program yang diluncurkan pada 2013 itu telah menggelontorkan ratusan miliar dolar untuk mendukung pembangunan jembatan, pelabuhan, jalan raya, pembangkit listrik, dan proyek telekomunikasi di Asia, Amerika Latin, Afrika dan bagian Eropa.

China telah menekan 23 kesepakatan kerjasama di berbagai sektor usaha. Dari 23 proyek tersebut, nilai investasi dari 14 MoU bernilai total 14.2 miliar, yang dipastikan Luhut bukan merupakan utang yang harus ditanggung pemerintah. Hal ini dikarenakan bentuk kerjasama yang terjadi adalah buissness to bussiness, bukan goverment to goverment. Saat menghadiri konferensi OBOR pertama kali (2017), Jokowi mendapat komitmen investasi hingga US$ 28 miliar saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi One Belt One Road (OBOR) pertama di Beijing. Mentri Perenecanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan tiga provinsi tersebut adalah Sumatra Utara, Kalimantan Utara, dengan Sulawesi Utara. Profil area yang menguntungkan China dalam hal konektivitas. Secara geografis, Bambang beralasan tiga wilayah tersebut merupakan wilayah Indonesai yang dapat terhubung dengan Tiongkok melalui Laut Cina Selatan.” Terumatama dari konsep belt-nya yang terhubung (dengan Tiongkok) dengan laut,” (katadat.co.id,2017).

Dengan demikian, bisa kita lihat bahwa ini jelas merupakan kepentingan Cina, wajar saja karena tiga provinsi di atas dalah yang jalur strategis Indo-Pasifik yang menjadi nafas ekonomi Cina. Hal ini menambah kekhawatiran hegemoni atas nama infastruktur dan ini bukan sesutu yang baru terjadi, di era Sukarno pun sudah terjadi. Dalam buku yang ditulis Cindy Adams, Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Sukarno bercerita pembangunan irigasi dan jalan di Hindia-Belanda buka terutama untuk mengairi sawah rakyat, melainkan untuk pengairan perkebunan tebu dan tembakau milik kapitalis Belanda. Begitu juga dengan proyek jalan raya. Jalan raya tidak dibangun untuk menebus hutan atau antar pulau, sehingga melancarkan mobilitas penduduk dan barang-barang, melainkan untuk melayani investor dan jalur transportasi losgitik dan hasil produksi kapitalis. (Hartono, 2017). Alhasil, urusan infrastruktur tidak lepas dari keberpihakan. Jadi pemerintah hadir sebagai hiro dengan berjuang memenuhi cita-cita masyarakat dengan mewujudkan kesejahtraan namun jelas hanya memberikan akses rantai kepada para pemilik modal secara global. 

Visi dari OBOR itu sendiri adalah meningkatkan kesejahtraan dan perwujudan medernisasi China di tahun 2020 dengan meningkatkan intensitas perdagangan dengan penyedian fasilitas infrastruktur, baik darat maupun laut yang memadai dari seluruh kawasan yang sudah ditargetkan. Hal ini membuka kran sebebas-bebasnnya untuk konektivitas dagang antarnegara di Eropa dan Asia melalui jalur maritim. 

BRI merupakan mimpi besar China, untuk menjadi negara adidaya. Hingga saat ini China telah meluncurkan dana untuk pembangunan infrasturktur hampir 150 negara melaui proyek ini. Pada Semester 1-2023, investasi China di Indonesia sudah menebus US$ 3.8 miliar. Salah satu fokus investasi China adalah pengembangan infrastrutur di Maluku Utara dan Sulawesi Tengah.

Belt and Road Initiatives (BRI) Cina tidak lebih dari proyek palsu, karena meminjamkan miliaran dolar ke beberapa negara untuk proyek infastruktur, yang sebenarnya digunakan untuk membayar konstruksi. Uang itu kemudian dikembalikan ke kantong orang Cina, selain itu negara yang meminjam tidak menerima satu sen pun, seperti misalnya CPEC di mana Pakistan masih belum mendapatkan keuntungan dari investasi Cina di negara itu.

Proyek BRI Mengancam Kedaulatan?

 Investasi China di Indonesai hanya dengan berada di angka S$280 juta. Bahkan pemerintah menilai bahwa kerja sama ini akan meguntungkan dua negara baik dari segi ekonomi, sosial maupun politik. Sebagaimana diketahui BRI menjadi proyek besar China untuk masuk ke negara berkembang kaya sumber daya alam dan mudah di ajak kerjasama seperti negara-negara berkembang yang di pimpim oleh sistem sekuler hari ini yang tidak memiliki kemandirian. Proyek ini seharusnya penguasa dari setiap negara jangan hanya menilai dari janji-janji manis negara yang berinisiasi bekerjasama dan memberi suntikan investasi. Namun sekarng negara Indonesai adalah negara yang telah menyatakan diri terlibat dalam proyek BRI China ini justru akan mendapatkan kerugian yang banyak. 

 Kita bisa mengetahui bahwa China sudah punya tujuan dari negara yang sudah ditargetkan, yang terus mencengkram tujuan atas kerja sama BRI. Kerena itu, kita ketahui bahwa dana yang diberikan pinjaman kepada negara-negara berkembang itu berbentuk utang yang berbunga. Proyek infrastuktur yang di danai investasi China mensyaratkan seluruh barang-barang produksi berasal dari China. Tidak hanya itu tenaga kerja yang dilibatkan berasal dari China. Tak heran tenaga kerja asal China di Indonesia terus membanjiri. Bahkan hal ini juga berpotensi menimbulkan konflik pekerja lokal dan tenaga kerja asal China tak terhindarkan dibeberapa daerah. Proyek ini juga bagian dari upaya China jebakan berulang, utang China negara-negara yang tidak mampu membayar.

Alhasil, sebagaimana yang terjadi di tahun 2022 lalu di Sri Langka sulit bayar hutang. Karena Investasi dengan negara asing termasuk China mengundang bahaya dan mengancam kedaulatan negara. Sehingga pemerintah harus melepas pelabuhannya ke China. Karena tidak menyanggupi membayar hutang pokon dan bunga. Jelas, ini merupakan penjajahan dan kolonialisasi.

Hilangnya Kekuaatan Negara pada Dunia Islam

Sungguh kepemimpinan beraasakan sekularisme-kapitalisme terus membawa kepada kesengsaraan. Dan malapetaka bagi negri. Berebeda halnya dalam negara Islam. Islam menetapkan negara sebagai pihak yang mengelola proyek Pembangunan dengan dana sendiri. Dampak Politik dari Mega proyek BRI ini jelas menjadi kepentingan ekonomi politik China, dan ini membutuhkan kesetabilan politik melalui pembungkaman banyak gerakan Islam di Asia Tengah. 

Allah SWT. telah memberikan kepada kita umat Islam-suatu kehormatan besar dan status yang agung. Tetapi posisi yang luar biasa dan juga berkah yang berlimpah dari Allah (swt) ini, sekaligus datang dengan tanggung jawab besar seperti yang Allah sebutkan dalam ayat di atas – untuk menjadi “saksi atas umat manusia”. Peran agung umat Islam ini juga di sebutkan dalam Surah Al-Baqarah, di mana Allah (swt) berfirman: “Demikian pula kami telah menjadikan kalian (umat Islam) umat yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kailian” (QS Al-Baqarah[2]:143). Ibnu Katsir, ulama besar Islam, dalam tafsirnya pada ayat ini menyatakan bahwa ‘UMMATAN WASATHAN’ bermakna sebagai umat pilihan dan yang terbaik, ia menjelaskan posisi ini adalah karena: pertama, umat islam akan bersaksi pada hari pembaalasan atas semua bangsa lain atas dunia -masa lalu, sekarang dan masadepan; yang kedua adalah karena Allah swt. telah mengkhusukannya dengan syariat yang paling sempurna dan tuntunan yang paling lurus serta manhaj yang paling jelas.

Ideologi Kapitalisme yang dilayani oleh banyak negara, sehingga hari ini ideologi islam miskin bahkan absen negara yang melayani. Pada abad ke-21 ini, tidak banyak aktor negara (state actor) dari dunia islam yang memiliki independensi sikap politik, melainkan hanya segelintir saja. Ketidakadaan negara islam saat ini menjadi faktor utama sebab terjandinya konflik-konflik internal maupun eksternal masyarakat islam.   

Membendung Hegemoni China, Hanya Dengan Menerapkan Islam Kafah

Sungguh kepemimpinan berasakan sekularisme-kapitalisme terus membawa kepada kesengsaraan. Dan malapetaka bagi negri. Berebeda hal dalam kepemimpianan dalam Islam. Proyek BRI ini merupaka kerjasama yang menyimpan bahaya besar, merugikan dan mengancam negri-negri muslim. Ancaman terbesar dari sisi ekonomi adalah tergadainya negri dalam jebakan hutang dan hegemoni asing penjajah. Sangat merasa berat adalah umat islam banyak yang belum menyadari, karena melihat uslub penjajahan yang bersifat halus, seperti bantuan, sekama hutang an kerjasama dll.

Padahal Allah mengaramkan jalan apapun penguasaan umat islam dan negrinya oleh orang-orang kafir, sebagaimana firman Allah yang artinya “Dan sekali-kali Allah tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir jalan untuk memusahkan orang-orang beriman” (An-Nisa;141). Oleh sebab itu, umat muslim harus menyadari bahwa ketidakberdayaan negri-negri muslim diakibatkan ketergantungan besar pada China dalam proyek BRI ini. Karena proyek ini merupakan ambisius China dalam penguasaan kepentingan ekonomi dan politik. Sehingga muslim tidak boleh berdiam diri atas kerjasama yang sudah di ambl oleh pemerintah Indonesia sendiri.  

Negara islam mampu membiayai berbagai proyek karena memiliki sumber dana yang kuat. Berkaitan dengan pemebangunan, sejatinya islam memiliki dana yang cukup untuk membangun infrastruktur. Baitulmal sebagai mendapatkan dan dari berbagai post, pertama, SDA yang dikelola oleh negara hasilnya akan disimpan di Baitulmal. Kedua, kharaj, fai, ghanimah. dst. Jadi, negara khilafah tidak pernah mengalami kesultian dalam pembanguan insfrasturktur.

Dalam sisitem ekonomi islam, Infrasturktur adalah hal penting dalam membangun dan meneratkan ekonomi sebuah negara demi kesejahtraan bagi rakyatnya. Karena itu Khilafah wajib membangun infrastruktur yang baik, bagus dan mereta ke pelosok negri. Dasarnya adalah kaidah, “Ma la yatim al-wajib illa bihi fahuwa wajib (Suatu kewajiban yang tidak terlakasana dengan baik, maka sesuatu tersebut hukumnya menjadi wajib). Infrasturktur yang masuk kategori umu harus dikelola oleh negara, tetapi negara tidak boleh mengambil keuntungan dari pengelolaanya. Meskipun ada pungutan hasilnya tetap kembali kepada rakyat sebagai pemilik dalam bentuk yang lain.

Ini termasuk juga membangun infrastruktur atau sarana lain yang menjadi kewajiban negara untuk masyrakat seperti sekolah-sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, jalan jalan umum dan sarana-sarana yang lain yang laizim diperuntukan untuk masyarakat sebagai bentuk pengataruan dan pemeliharaan urusan mereka.

Oleh karena itu, pada level lanjut, harapan ini hanya bisa tertambat pada gerakan islam. Jika aktor non-negara ini berhasil menyadarkan secara intensif, membangun basis dukungan dari umat dan memunculkan kesadaran penguasa-penguasa negri muslim, maka terwujudnya kesatuan dunia islam di bawah naungan Khilafah Islam, menjadi sangat niscaya.

 Allah swt. berfirman: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebijkan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekahlah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran:104).

Wallahu ‘alam biswwab. 

Posting Komentar untuk "BRI, Apakah Betul Kepentingan NKRI atau Mengancam Kedaulatan?"

close