Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masyarakat Diajak Ramaikan Pariwisata Demi Majukan Kota, Yang Untung Siapa?



Oleh: Yulida Hasanah (Aktivis Muslimah Brebes) 

Di petengahan bulan Januari 2024 kemrin, Kabupaten Brebes baru saja selesai menggelar acara hari ulang tahun (HUT) kelahirannya. Semarak hari jadi ke-346 kabupaten penghasil bawang merah tersebut disemarakkan di daerah tujuan wisata Waduk Malahayu, Kecamatan Banjarharjo.  Dalam kesempatan yang sama, Pj. Bupati Brebes,  Iwanuddin Iskandar mengajak masyarakat untuk meramaikan Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang sudah banyak dibangun di Brebes. 

Iwan mengatakan, Kabupaten Brebes memiliki potensi wisata eksotik yang menggairahkan, salah satunya Waduk Malahayu. Dia berharap, masyarakat juga meramaikan DTW lainnya yang ada di Brebes. 

Seperti diketahui, Brebes memiliki sejumlah Daerah Tujuan Wisata. Mulai dari wisata alam seperti Pasir Gibug di Kecamatan Banjarharjo, pegunungan Kaligua di Kecamatan Paguyangan, hingga wisata air atau laut seperti Pantai Randusanga Indah (Parin). Serta DTW lainnya. (www.radartegal.disway.id/20-01-2024)

Mengajak masyarakat meramaikan tempat wisata adalah sesuatu yang biasa saja. Namun, ini menjadi ironi jika yang mengajaknya adalah pejabat. Sebab, masyarakat yang berada dalam tanggungjawabnya sedang tidak baik-baik saja kondisi ekonomi, pendidikan dan kehidupan sosialnya. Brebes sebagai Kabupaten yang sangat luas, masih memiliki masalah besar yg belum tertuntaskan. Yakni kemiskinan ekstrem, tingginya kasus stunting, sampai kondisi generasi yang terpapar tawuran hingga angka anak putus sekolah masih jarang jadi perhatian.

Dari data Dinas terkait, angka stunting di Kabupaten Brebes mencapai 11.783 anak (10,53 persen) yang tersebar di 42 desa. Wajar jika menduduki peringkat ketiga tertinggi di Jawa Tengah. Sedangkan jumlah kemiskinan ekstrem terdapat 28.395 orang dari jumlah 290.000 orang masuk kategori miskin yang ada. (www.terkenal.co.id/6-8-2023)

Sedangkan yang tak kalah ruwetnya adalah jumlah anak putus sekolah yang mencapai 11.506 anak. Kondisi ekonomi keluarga menjadi penyebab utamanya. (cnnindonesia.com/31-10-2023)

Ramaikan Pariwisata Brebes Untuk Kepentingan Siapa? 

Melihat berbagai problem ekonomi yang masih menimpa masyarakat Brebes. Tentu saja menjadi pertanyaan besar, untuk apa pejabat daerah mengajak masyarakat untuk meramaikan tempat wisata? Jika memang untuk meningkatkan perekonomian. Maka perekonomian yang mana, dan kepentingan perekomian siapa? Benarkah untuk perekonomian masyarakatnya? 

Masyarakat sudah terlanjur berada dalam perekonomian yang begitu sulit. Munculnya kemiskinan hingga kemiskinan ekstrem, kasus stunting hingga masalah anak putus sekolah karena terhimpit biaya pendidikan. Jelas masalah ini tak bisa disolusi dengan peningkatan ekonomi di bidang pariwisata. Sebab yang ada bukannya ekonomi masyarakat yang melesat. Justru keuntungannya masuk ke kantong kaum elit pengusaha dan para pejabat. Sedangkan masyarakat hanya dapat ampasnya saja. 

Beginilah jika kehidupan ditata dengan aturan buatan manusia. Apalagi aturan manusia yang cenderung cinta dan gila harta. Menjadi sangat pas kecintaan mereka pada harta karena sokongan sistem politik dan ekonominya yang kapitalistik. Semua kebijakan dan aturan yang katanya jadi solusi, malah menuju kapitalisasi. 

Jadi, bukan perbaikan ekonomi masyarakat yang terjadi. Tetapi segala lini, semuanya dikapitalisasi. Termasuk dengan berkembangnya DTW di Brebes hari ini. Maka, sudah saatnya, 'itistime' bagi masyarakat di negeri ini pada umunya dan khususnya yang ada di Kabupaten Brebes. Kita melek politik, melek problem yang sedang kita hadapi dan melek sumber masalah sejatinya dari mana. Lalu bersama mencari memahami solusi hakiki dari semua masalah yang terjadi. 

Dengan Sistem Islam, Kesejahteraan Masyarakat Akan Tercapai

Pada dasarnya, masalah kemiskinan dan kesenahteraan yang menimpa masyarakat tidak hanya terjadi di Kabupaten Brebes saja. Secara nasionalpun, negeri ini sedang tak baik-baik saja. Termasuk masyarakat dunia, semuanya berada dalam masalah yang sama akibat penerapan sistem buatan manusia, sekuler kapitalisme. 

Sedangkan dalam Al qur'an, Allah Subhanahuwa ta'ala telah berfirman, "Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku (Al qur'an), maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit. Dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (TQS. Thaha: 124)

Dari firman Allah di atas, jelaslah penyebab dari kesempitan hidup masyarakat hari ini adalah karena berpaling dari aturan Allah Subhanahuwa ta'ala. Secara fakta, memang aturan yang dijadikan sumber rujukan bukanlah Al qur'an, melainkan sekulerisme yang memisahkan aturan Allah dari kehidupan bernegara dan bermasyarakat. 

Padahal, umat Islam yang menjadi mayoritas negeri ini termasuk di Brebes tidak benar-benar buta terhadap agama. Namun, mereka lupa bahwa umat sebelum mereka, yakni nenek moyang umat Islam pernah merasakan kehidupan yang super sejahtera. Dan tak ada satu buktipun yang mengatakan bahwa kesejahteraan mereka karena meramaikan tempat pariwisata. Atau menyelesaikan masalah dengan berwisata. 

Yang ada, umat Islam sebelum kita telah menjadikan Islam sebagaj satu-satunya sumber dari peraturan hidup manusia. Mulai dari urusan ibadah, akhlak, makanan, pakaian, ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, dan yang lainnya. Tidak heran jika selama kurang lebih 1300 tahun Islam menjadi dasar kepemimpinan umat di dunia, yakni Khilafah Islamiyah. Manusia hidup sejahtera, aman dan sentosa. Mak, jika kita tidak merindukan sejarah ini terulang kembali, mungkin memang kita sedang lupa atau pura-pura lupa!Wallahua'lam. []

Posting Komentar untuk "Masyarakat Diajak Ramaikan Pariwisata Demi Majukan Kota, Yang Untung Siapa?"

close