Remaja Sadis, Potret Kegagalan Pendidikan dalam Sistim Kapitalisme


Oleh:Ummu Saibah (Penggiat Literasi)

Pemuda adalah ruh dari sebuah bangsa. Keadaan mereka saat ini merupakan cerminan apa yang akan terjadi pada sebuah negara dimasa depan. Bila mereka beradab maka berjayalah masa depan negara itu, bila mereka rusak maka bersiaplah menyongsong kehancuran.

Lalu bagaimana dengan pemuda dinegeri ini. Ternyata belum bisa dibanggakan, karena baru-baru ini media online dihebohkan dengan kebrutalan yang dilakukan oleh seorang remaja berinisial J, yang masih berstatus sebagai pelajar, pada usianya yang baru menginjak 16 tahun dia berani melakukan tindak kejahatan berupa pembunuhan, tidak hanya satu tetapi lima orang sekaligus. Dan lebih mirisnya lagi perbuatan keji tersebut dilakukan dalam keadaan mabuk usai pesta miras, dan motifnya hanya karena perasaan cinta tak berbalas, maka dia tega membunuh keluarga perempuan tersebut, setelah itu diperkosa pula jasad korban dan jasad sang ibu korban (Republika.co.id 8/2/2024).

Gagalnya pendidikan sekuler mencetak pribadi beradab.

Sungguh kekejian yang luar biasa, yang bahkan tidak bisa dianulir oleh akal sehat. Jika salah satu dari pemuda di negeri ini saja mampu melakukan kejahatan sedemikian rupa, apakah kita masih yakin bahwa generasi kita baik-baik saja?

Kejahatan yang dilakukan oleh seseorang tentu saja dilatarbelakangi oleh banyak hal, tidak hanya keadaan psikologis si pelaku, latar belakang kehidupan keluarga, keadaan ekonomi, lingkungan dan pendidikan juga pasti berpengaruh.

Misalnya dari segi pendidikan, karena ini adalah negara yang menganut sistem kapitalisme, tentu saja kurikulum pendidikannya berasaskan sekuler yaitu pendidikan yang dasar kurikulumnya dipisahkan dari agama. Sehingga individu yang dihasilkan dari pendidikan semacam ini tidak beradab dan jauh dari agama.

Mereka hanya difokuskan untuk menjadi individu-individu yang cerdas secara intelektual saja, tetapi tidak memiliki kesadaran penghambaan kepada sang penciptanya.Mereka hanya diprioritaskan untuk mendapatkan kesuksesan secara materil saja, mengejar dunia tanpa memikirkan akhiratnya.

Wajar kalau tujuan hidup mereka tidak jelas, mereka hanya ingin sukses, meraih banyak harta, populer lalu hidup bersenang-senang dan menabrak semua aturan agama demi kepuasan tersebut. Mental merekapun lemah sehingga tidak sanggup menerima keadaan dan kenyataan, bersifat pesimistis, cenderung membabi-buta dalam segala hal, anarkis dan tidak terkontrol.

Keadaan ini semakin diperparah dengan tidak diterapkannya syariat Islam oleh negara.

Sehingga negara menghalalkan beredarnya khamr, perjudian, memfasilitasi perzinahan yang berkedok lokalisasi, masih banyak lagi kebijakan-kebijakan yang sebenarnya merugikan rakyat tetapi tetap diterapkan. Kurangnya kontrol negara juga berakibat suburnya gaya hidup hedonis, konsumtif dan pergaulan bebas menyasar pada kehidupan pemuda.

Belum lagi keadaan peradilan yang carut marut. Hukum-hukumnya tidak memberikan efek jera sehingga sangat mungkin kejahatan yang sama terulang lagi, bahkan hukumnya bisa pesan oleh mereka yang berkepentingan baik si empunya kekuasaan ataupun si empunya kekayaan. Keberadaan aparat peradilan pun bisa dibeli sehingga putusan yang dihasilkan bisa tumpul keatas dan tajam kebawah.

Dengan kondisi yang seperti ini, apakah kita masih berharap melahirkan generasi yang akan membawa kemajuan pada negeri ini.

 Sistem Islam mencetak generasi gemilang

Islam, selain sebuah agama, juga sebuah sistem kehidupan. Karena Islam memancarkan peraturan-peraturan yang berasal dari sang pengatur yaitu Allah Swt untuk mengatur kehidupan.

Sehingga kita bisa menemukan solusi setiap permasalahan dalam kehidupan ini didalam Islam. Sayangnya hal ini tidak banyak disadari oleh masyarakat, yang terdoktrin bahwa Islam hanya berisi ritual ibadah saja.

Padahal Islam telah menghasilkan sebuah peradaban besar, megah dan luar biasa dalam kurun waktu yang lama yaitu hampir 1400 tahun. Hal itu terjadi karena pada masa itu syariat Islam diterapkan oleh negara sebagai pengatur dan pengontrolan kehidupan rakyatnya.

Tidak hanya mengatur bagaimana hubungan manusia dengan sang penciptanya, begitu pula dalam sistim pendidikan, kurikulumnya berdasarkan atas tsaqofah Islam. Sehingga menghasilkan individu-individu yang bertaqwa kepada Allah Swt, yang memiliki kecerdasan yang luar biasa, sehingga pada masa itu banyak terlahir para penemu dan peletak dasar ilmu pengetahuan seperti contohnya Ibnu Khaldun di bidang sejarah, sosiologi dan ekonomi, Ibnu khaitham dibidang optik, astronomi dan matematika, Ibnu Sina di bidang kedokteran, Al Khawarijmi di bidang matematika, konsep aljabar dan algoritma, Jabir Ibnu Hayyan di bidang kimia, penemu asam sulfat, klorida dan nitrat dan masih banyak lagi.

Pendidikan Islam juga mencetak individu-individu yang tangguh, tidak mudah putus asa dan menghargai kehidupan. Seperti contohnya sang pedang Allah Kholid bin Walid, sang pembebas Palestina Sholahudin Al Ayubi, juga penakluk konstantinopel Sultan Muhammad Al Fatih dan masih banyak lagi figur- figur yang sosoknya benar-benar mengagumkan. Yang hampir tidak kita jumpai di zaman ini.

Tentu saja agar bisa menghasilkan generasi yang seperti itu tidak cukup hanya dengan kurikulum Islam saja, tetapi juga harus didukung oleh negara yang menerapkan syariat Islam. Karena hukum-hukum yang akan diterapkan sangat berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh negara dalam menriayah rakyatnya, seperti pelarangan khamr baik memproduksi maupun mengedarkannya. Pelarangan zina, riba dll sebagai wujud kontrol negara atas lingkungan dimana rakyat tinggal, juga bentuk perlindungan kepada rakyat, baik akidah, nyawa ataupun harta mereka.

Didalam sistem Islam sanksi yang diberlakukan adalah sanksi yang memberikan efek jera, sehingga mencegah kejahatan yang sama dilakukan oleh orang lain. 

Dengan penerapan Islam secara menyeluruh dalam setiap lini kehidupan akan mewujudkan terciptanya generasi yang akan mencetak peradaban gemilang, bertekad kuat, bermental baja. Dan mampu membawa negeri ini memasuki era kejayaan Islam .Wallahu a'lam bishowab. []

Posting Komentar untuk "Remaja Sadis, Potret Kegagalan Pendidikan dalam Sistim Kapitalisme"