Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Marak Anak Durhaka, Pertanda Apa?



Gambar hanya ilustrasi 


Oleh: Sherly Agustina, M.Ag. (Penulis dan Pemerhati Kebijakan Publik)


Makin ke sini, dunia diwarnai dengan peristiwa yang mengiris hati. Suami membunuh istri, pun sebaliknya. Lebih miris lagi, anak tega membunuh orang tua yang sudah membesarkannya dari kecil. Entah pertanda apakah ini? 

Viral di sosmed, ditemukan mayat seorang pedagang di sebuah toko perabot kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur. Korban ditusuk pisau, sempat melawan lalu ditusuk lagi sampai akhirnya tewas. Diketahui, ternyata pembunuhnya yaitu dua anak kandungnya sendiri. Kapolres Jakarta Timur Kombes Nicolas Ary Lilipaly mengatakan, anak berinisial K berusia 17 tahun, sementara P berusia 16 tahun. Kasus ini ditangani oleh Resmob Polda Metro Jaya. Adapun motifnya, tersangka merasa sakit hati karena korban sering memarahi, menuduh mencuri, dan menyebutnya anak haram. (Liputan6.com, 23-06-2024)

Sebelumya di bulan Mei, ditemukan mayat seorang perempuan bersimbah darah di rumahnya. Peristiwa ini mengejutkan warga Kampung Cilandak, Desa Sekarsari, Kecamatan Kalibunder, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pasalnya, leher dan kepala korban ditusuk garpu penggali tanah. Tak diduga, pelakunya adalah anak kandung korban. Motifnya, menurut warga sekitar sang anak ingin dibelikan sepeda motor. (Sindonews com, 14-05-2024)

Terkait pembunuhan anak kandung pada ayahnya yang terjadi di Duren Sawit, KPAI angkat bicara. KPAI menyesalkan aksi pembunuhan tersebut, Komisioner KPAI, Aris Adi Leksono, mengatakan salah satu faktor yang menjadi penyebab anak tega membunuh ayahnya yaitu berkaitan dengan pola asuh orang tua. Jika benar sang anak sering mendapat perlakuan kasar dari ayahnya, bisa jadi hal tersebut memicu untuk membalas dendam hingga tega membunuh ayahnya. (Kumparannews.com, 24-06-2024)

Faktor Penyebab

Ada beberapa penyebab mengapa peristiwa di atas bisa terjadi. Di antaranya:

Pertama, pola asuh dan penanaman akidah di keluarga. Bisa saja ada kelalaian orang tua dalam pola asuh, kurang ilmu dalam mendidik anak di rumah, kesibukan pekerjaan, dan semisalnya sehingga kurang mengetahui tumbuh kembang anak baik dari sisi fisik, psikis/emosional, mental, dan lain-lain. Keringnya kasih sayang orang tua ditambah keringnya akidah membuat anak tumbuh menjadi manusia yang kurang empati, dan mental illness

Sayangnya, tumbuh anak yang bermasalah dengan kesehatan mental dan terkikis akidahnya banyak sekali saat ini. Ditambah faktor lingkungan di mana mereka tinggal dan bergaul. Apabila lingkungan atau circle-nya baik tentu akan berpengaruh baik, tapi sebaliknya jika buruk akan berpengaruh buruk.

Kedua, sistem pendidikan yang diterapkan saat ini belum menyentuh aspek afektif yang mempengaruhi psikomotorik peserta didik. Sekularisme yang diterapkan cukup berpengaruh, karena agama bukan self control dan tolok ukur tiap individu dalam ucapan dan perbuatan. Agama terkesan hanya 'pemoles' an sich, bukan pondasi dalam sebuah sistem pendidikan. Sehingga tak heran banyak ucapan dan perbuatan yang lost control dari para peserta didik. Muncul peserta didik yang kurang hormat pada guru dan orang tuanya.

Ketiga, hukum yang belum memberi efek jera dari negara. Apabila hukuman yang ada memberi efek jera, siapa pun akan berpikir ulang ketika melakukan tindakan kriminal terlebih pada orang tua sendiri. Selain itu, liberalisme yang dianut saat ini memiliki pengaruh yang signifikan pada generasi muda. Mereka sering berdalih atas dasar kebebasan, bisa berbuat apa saja dan pada siapa saja. 

Pandangan Islam

Oleh karena itu, butuh solusi yang sistemik dan menyeluruh agar permasalahan yang terjadi bisa terselesaikan dengan baik. Islam memiliki mekanisme sendiri dalam menyelesaikan permasalahan, baik itu yang bersifat preventif maupun kuratif yaitu:

Pertama, pendidikan di keluarga bersinergi dengan sekolah sebagai tindakan preventif yang nyata. Di rumah, anak dibekali akidah yang kokoh dan habit yang baik, misalnya saling menyayangi dengan sesama anggota keluarga, hormat pada orang tua, birrul walidain (berbakti pada kedua orang tua). Sekolah membantu mempersiapkan generasi muda memiliki kepribadian Islam, di mana pola pikir dan pola sikap hanya berstandar pada Islam. 

Diharapkan lahir generasi yang sangat hati-hati dalam menjaga ucapan dan perbuatan, karena sadar akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Jangankan membunuh, menyakiti secara lisan saja mereka takut dan sangat menjaga. Para orang tua pun terus belajar bagaimana mendidik anak yang baik dalam Islam agar menghasilkan generasi emas nan cemerlang. Untuk melahirkan generasi cemerlang, tentu butuh proses yang tidak biasa, penanaman nilai-nilai keislaman menjadi penopang utama. 

Kedua, sistem sanksi yang diterapkan negara memberi efek jera. Kasus pembunuhan ada mekanisme sendiri dalam Islam yaitu qishash. Qishash masuk dalam pembahasan hudud, di mana hukumnya langsung Allah jelaskan di dalam Al Qur'an dan hadis Rasul. Sistem sanksi ini bisa menjadi preventif dan kuratif dalam menyelesaikan masalah kriminalitas.

Allah Swt. berfirman di dalam Al Qur'an surah Al-Baqarah ayat 178, "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian hukuman qishash terhadap orang-orang yang dibunuh: orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Oleh karena itu, barangsiapa yang mendapat pengampunan dari saudaranya, hendaklah dia (yang memberi maaf) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah yang mendapat pengampunan membayar (diyat) kepada yang memberi pengampunan dengan cara yang baik pula. Itu adalah kemudahan dari Tuhanmu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih."

Sistem sanksi ini mampu memberikan efek jera, karena pelaku kejahatan atau kemaksiatan akan berpikir ulang ketika tahu hukumannya qishash bagi pembunuh. Uniknya, sistem sanksi dalam Islam memiliki dua fungsi yaitu pencegah dan penebus dosa. Hal ini yang tidak dimiliki oleh sistem lain selain Islam. Sistem Islam yang dibangun berdasar akidah, memancarkan solusi di setiap cabang syariat. 

Khatimah 

Sungguh, hanya Islam yang mampu menjaga fitrah manusia yang cenderung pada kebaikan, di mana orang tua menyayangi anak tanpa batas dan balas jasa. Sang anak pun menyayangi dan menghormati orang tua, karena sadar rida Allah ada pada rida kedua orang tua. Banyaknya kerusakan anak saat ini hingga tega membunuh orang tuanya adalah pertanda umat sudah sangat jauh dari syariat, dari fitrahnya. Tak ada pilihan lain harus segera kembali pada fitrah, pada syariat. Allahua'lam bishawab. 

Posting Komentar untuk "Marak Anak Durhaka, Pertanda Apa?"

close