Marak Masalah Kesehatan Mental, Bukti Kapitalisme Gagal





Oleh: Thaifah Zhahirah (Pendidik dan Pegiat Literasi)


Kasus bunuh diri masih menempati angka yang cukup tinggi. Selama kurun waktu 11 tahun yaitu 2012-2023 tercatat ada 2.112 kasus bunuh diri di Indonesia dengan 46,63 persen diantaranya yaitu 985 kasus diakukan oleh remaja (lestari.kompas.com, 17/12/2023). Sementara itu Data Pusat Informasi Kriminal Indonesia (Pusiknas) Polri menunjukkan di sepanjang tahun 2023 tercatat angka suicide rate terbesar di Indonesia adalah daerah Bali sebesar 3,07 yaitu 136 kasus, disusul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 1,58, dan Bengkulu 1,53. Dokter spesialis kejiwaan atau psikiater RSUP Prof Ngoerah, Anak Ayu Sri Wahyuni mengatakan penyebab tingkat bunuh diri di Bali menempati posisi paling tinggi disebabkan dua faktor, yaitu faktor biologis dan psikososial (cnnindonesia.com, 02/07/2024). 

Dalam jurnal terbaru yang diterbitkan di The Lance Regional Health Southeast Asia pada 26 Februari 2024 tercatat sebanyak 859,10 persen kasus bunuh diri di Indonesia tidak terlaporkan (underreporting). Menurut Peneliti Kedokteran Komunitas yang juga merupakan inisiator Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa, Ray Wagiu Basrowi, tingginya kasus bunuh diri yang tidak terlaporkan paling besar disebabkan besarnya stigma dan diskriminasi di masyarakat sehingga tidak dilaporkan oleh anggota keluarga (kompas.id, 28/02/2024).

Maraknya kasus bunuh diri menunjukkan lemahnya mental masyarakat di samping kenyataan hidup yang memang semakin berat. Berbagai persoalan muncul tanpa solusi yang mampu menyelesaikannya dengan tuntas. Sistem kapitalisme yang saat ini diterapkan adalah sumber seluruh kerusakan yang terjadi. Standar kebahagiaan dalam sistem ini diukur hanya dengan kepemilikan materi, harta, kedudukan, dan kemewahan. Sehingga masyarakat berlomba untuk meraihnya bahkan dengan cara apa pun. Tidak ada lagi perhatian pada status perbuatan tersebut apakah halal atau haram. Di sisi lain, negara juga tidak mewajibkan atas dirinya untuk menjalankan peran sebagai ra’in (pengurus) bagi urusan umat yang akan memastikan seluruh rakyatnya hidup dalam keadaan yang layak dan sejahtera. Hingga dengan berbagai tekanan itu, jalan pintas banyak menjadi pilihan.

Inilah fakta yang akan terus terjadi dan terulang kembali. Sulitnya mencukupi kebutuhan hidup, rasa lelah memenuhi standar kebahagiaan, dan berlepas tangannya negara dari tanggung jawab pengurusan, bukanlah persoalan individu semata, melainkan perkara sistemik. Sehingga tidak akan pernah bisa berakhir selama sistem yang diterapkan adalah sistem kapitalisme.

Butuh sistem alternatif yang akan menggantikan sistem kapitalisme yang gagal, yaitu sistem Islam. Selama berabad-abad sistem Islam yang diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan telah menuliskan sejarah dengan tinta emas. Tanggung jawab dan peran negara dilaksanakan sesuai dengan tuntunan syariat. Sehingga negara akan memastikan tidak ada satu pun tugas yang terabaikan dan tidak ada satu pun rakyat yang terzalimi. Pendidikan yang menggunakan standar Islam mewujudkan generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Sehingga segala pilihan dan langkah yang ditempuh akan dipertimbangkan dengan matang dan setiap keadaan akan dihadapi dengan rasa optimis karena yakin bahwa Allah SWT. akan senantiasa menolong dan memberikan jalan keluar pada setiap kesulitan.

Dari sisi ekonomi sebagai aspek yang sangat krusial dan menjadi faktor penting penyebab angka bunuh diri yang sangat tinggi saat ini, maka sistem Islam memiliki mekanisme khusus. Kebutuhan sandang, pangan, dan papan akan dipastikan pemenuhannya pada individu per individu. Bahan pangan akan dijual dengan harga yang murah dan terjangkau oleh seluruh kalangan, kesehatan akan difasilitasi dengan baik dan gratis, lapangan pekerjaan akan dibuka dengan seluas-luasnya. Semua itu dibiayai dari kas negara yang diperoleh dari pengelolaan berbagai sumber daya yang dimiliki.

Begitulah sistem Islam saat diterapkan dalam kehidupan. Seluruh persoalan akan diselesaikan dengan tuntas tanpa menimbulkan persoalan yang baru. Sehingga jika negara benar-benar serius ingin menyelesaikan masalah kesehatan mental ini, maka tidak ada solusi lain selain mengganti sistem kapitalisme yang berlaku saat ini dengan sistem Islam yang rahmatan lil alamin. 

Posting Komentar untuk "Marak Masalah Kesehatan Mental, Bukti Kapitalisme Gagal"