Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perjuangan Inggris-Amerika untuk Mendapatkan Pengaruh di Bangladesh





Oleh: Ustadz Okay Pala (Cendekiawan Muslim dari Belanda)


Perebutan Kekuasaan di Bangladesh: Dari Pemberontakan Rakyat hingga Kudeta Militer

Pada bulan Juli 2024, sebuah gerakan kerakyatan yang luas muncul di Bangladesh yang dimulai sebagai protes terhadap korupsi dan kronisme (sistem kuota untuk pekerjaan aparatur sipil negara), namun dengan cepat berkembang menjadi demonstrasi massal menentang pemerintahan otoriter Perdana Menteri Sheikh Hasina. Namun, apa yang digambarkan media sebagai pemberontakan mahasiswa adalah pengambilalihan yang direncanakan secara sembunyi-sembunyi oleh militer.

Sheikh Hasina, yang berkuasa sejak 2009, dikenal karena tindakan kerasnya terhadap kelompok Islam dan kebijakan sekularnya. Meskipun ada tuduhan kecurangan pemilu dan otoritarianisme, ia berhasil mempertahankan kekuasaannya selama bertahun-tahun. Namun protes tahun 2024 telah mengguncang rezimnya. Militer, yang dipimpin oleh Jenderal Waker-uz-Zaman, menolak campur tangan untuk mendukungnya, memaksanya meninggalkan negara tersebut dan meninggalkannya tanpa perlindungan.

Meskipun peran masyarakat dalam pemberontakan ini tidak boleh diremehkan, jatuhnya Hasina pada akhirnya terjadi karena tidak adanya tindakan dan persetujuan diam-diam dari pihak militer. Setelah kepergiannya, tentara mengambil alih kekuasaan dengan kedok memulihkan ketertiban. Penunjukan pemenang Hadiah Nobel berusia 84 tahun, Muhammad Yunus, sebagai pemimpin pemerintahan sementara tampaknya merupakan upaya rekonsiliasi, namun kenyataannya kekuasaan ada di tangan Jenderal Zaman dan rekan-rekan militernya.

Konteks Sejarah: Lingkup Pengaruh Geopolitik di Bangladesh

Perkembangan terkini di Bangladesh berakar pada sejarah panjang campur tangan asing dan perebutan kekuasaan militer. Sebagai bekas bagian dari British India, dan kemudian merdeka dari Pakistan, Bangladesh sejak awal menjadi arena persaingan negara adidaya internasional. Inggris, yang ingin mempertahankan pengaruhnya di kawasan, mendukung gerakan kemerdekaan yang dipimpin oleh Syekh Mujibur Rahman, ayah Syekh Hasina. Hal ini meletakkan dasar bagi pengaruh Inggris dalam jangka panjang di negara tersebut, yang masih dapat dirasakan hingga saat ini.

AS juga melihat Bangladesh sebagai mitra strategis dalam perjuangan melawan pengaruh Uni Soviet dan kemudian Tiongkok. Dengan membangun hubungan dengan militer dan tokoh oposisi pro-Amerika, seperti Khaleda Zia, pemimpin Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) yang sejak awal sangat pro-Amerika. Dengan cara ini, Washington berupaya memperkuat cengkeramannya di wilayah tersebut. “Pergantian kekuasaan” yang terjadi baru-baru ini sekali lagi menunjukkan persaingan geopolitik antara Inggris dan Amerika Serikat, dengan Bangladesh sebagai mainannya.

Peran Ganda Inggris dan Amerika Serikat

Karier politik Syekh Hasina penuh dengan kesetiaan kepada Inggris, warisan ayahnya yang bergandengan erat dengan Inggris selama perjuangan kemerdekaan. Selama pengasingannya di London setelah pembunuhan ayahnya, dia memperkuat ikatan ini. Ketika dia kembali ke Bangladesh pada tahun 1981, dia menjadi wajah pengaruh Inggris di wilayah tersebut.

Militer Bangladesh, tempat banyak perwira senior seperti Jenderal Zaman dilatih di Inggris, terus memainkan peran penting dalam strategi geopolitik London. Meskipun baru-baru ini mereka berperan dalam jatuhnya Hasina, mereka tetap setia pada kepentingan Inggris, memperkuat kendali Inggris atas militer dan pemerintahan sementara.

Di sisi lain, Amerika Serikat berupaya memperluas pengaruhnya di Bangladesh sejak berakhirnya Perang Dingin. Washington mengkritik rezim Hasina dan secara halus mendukung gerakan protes yang pada akhirnya menyebabkan kejatuhannya. Penunjukan Muhammad Yunus, yang memiliki kedekatan dengan AS, sebagai kepala pemerintahan sementara adalah contoh nyata upaya AS untuk meningkatkan pengaruhnya di tengah kekosongan kekuasaan yang terjadi.

Implikasinya bagi Bangladesh dan Asia Selatan

Perebutan pengaruh di Bangladesh antara Inggris dan Amerika Serikat menciptakan situasi ketidakstabilan politik yang semakin meningkat. Masa depan negara ini kini bergantung pada hasil persaingan geopolitik ini. Jika Inggris berhasil mempertahankan kendalinya atas militer dan pemerintahan sementara, pengaruh Inggris di wilayah tersebut kemungkinan besar tidak akan berkurang. Namun, jika AS dapat memperkuat sekutu-sekutunya dan memperluas pengaruhnya, Bangladesh dapat mengambil arah baru, dengan konsekuensi yang sama besarnya terhadap politik dalam negeri dan regional.

Perebutan Kekuasaan dengan Konsekuensi yang Luas

Kudeta militer sembunyi-sembunyi di Bangladesh bukan sekadar perubahan politik internal; hal ini mencerminkan pergulatan yang sedang berlangsung antara Inggris dan Amerika Serikat untuk mendapatkan pengaruh demi kepentingan strategis negara. Kesetiaan Sheikh Hasina dan militer terhadap Inggris, serta upaya Amerika untuk mematahkan status quo ini, akan menentukan masa depan politik Bangladesh. Hasil dari perebutan kekuasaan ini tidak hanya akan menentukan jalannya negara, namun juga mempengaruhi perimbangan kekuatan di Asia Selatan. Penting bagi umat Islam di Belanda dan di seluruh dunia untuk memahami perkembangan ini dan menanggapinya secara sadar dan bersatu.

Kesimpulan

Kudeta militer sembunyi-sembunyi di Bangladesh dan pertikaian geopolitik yang diakibatkannya antara Inggris dan Amerika Serikat lebih dari sekadar gejala kerusuhan politik dalam negeri. Ini adalah arena bermain bagi negara-negara adidaya internasional yang berniat melanjutkan proyek kolonial mereka di negara-negara Muslim, dengan tujuan memaksakan hegemoni mereka, memperkuat dominasi dan memperluas lingkup pengaruh mereka, dengan tujuan akhir mengeksploitasi negara-negara tersebut. Sistem sekuler dan kapitalis yang diterapkan oleh kolonial Barat terhadap negara-negara Muslim telah berkali-kali menunjukkan bahwa mereka tidak mampu memberikan keadilan, kesejahteraan, dan stabilitas.

Peristiwa-peristiwa ini menyoroti kebutuhan mendesak akan sebuah alternatif yang lebih dari sekedar melindungi kepentingan sejumlah negara Barat dan sebaliknya berupaya untuk memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi semua orang, terutama umat Islam yang menghadapi konsekuensi langsung dari dinamika kekuatan geopolitik ini.

Bagi umat, komunitas Muslim global, solusi nyatanya terletak pada kembalinya prinsip-prinsip Islam sebagai prinsip panduan tidak hanya dalam kehidupan pribadi, tetapi juga dalam pemerintahan dan masyarakat. Ketidakstabilan, ketidakadilan, dan gejolak yang terus-menerus di arena politik, seperti yang kita lihat di Bangladesh, merupakan wujud betapa jauhnya dunia Islam telah menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma yang diajarkan Islam. Islam menawarkan sistem holistik, di mana tidak hanya dimensi spiritual, tetapi juga dimensi kehidupan sosial, ekonomi dan politik diatur sedemikian rupa sehingga membawa kesejahteraan, keseimbangan dan stabilitas.

Peristiwa di Bangladesh mengingatkan kita bahwa rezim sekuler, terlepas dari asal usul atau dukungan mereka, pada akhirnya gagal memberikan stabilitas dan keadilan jangka panjang. Hal ini tidak dapat memberikan stabilitas yang langgeng karena didasarkan pada kompromi dan kepentingan negara-negara Barat dan bukan pada sistem yang adil secara fundamental. Kegagalan ini tidak hanya terjadi di Bangladesh; Ini adalah pola yang kita lihat di seluruh dunia, di mana sistem kapitalis dan sekular mengutamakan kekuasaan dan kepentingan pribadi dibandingkan martabat dan keadilan manusia.

Dalam konteks inilah kembalinya cara hidup Islami, yang mengutamakan wahyu Islam dan keadilan berdasarkan ajaran Islam, merupakan langkah yang perlu dan logis. Islam tidak hanya menawarkan pemenuhan spiritual, tetapi juga sistem kehidupan yang lengkap dan terintegrasi yang dirancang untuk menjamin kesejahteraan seluruh umat manusia. Berakar pada wahyu ilahi dan bimbingan kenabian, sistem ini menawarkan alternatif yang unik dan kuat terhadap model sekuler yang cacat dan gagal yang mendominasi dunia saat ini.

Bagi kaum Muslim, baik di Belanda maupun di seluruh dunia, ini berarti ada tanggung jawab mendesak di pundak kita untuk menyadari kenyataan ini dan berpartisipasi aktif dalam kebangkitan Islam sebagai sebuah prinsip dan sistem yang komprehensif. Ini berarti tidak hanya mengikuti aturan-aturan Islam dalam kehidupan pribadi kita, tetapi juga berjuang untuk sebuah dunia di mana nilai-nilai Islam menjadi dasar bagi pemerintahan, perekonomian dan seluruh struktur masyarakat lainnya. Umat harus bersatu untuk mewujudkan visi bersama yang bertujuan tidak hanya untuk melindungi umat Islam, tetapi juga untuk memajukan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.

Perebutan kekuasaan antara Inggris dan Amerika Serikat di Bangladesh hanyalah sebuah gejala dari kelesuan yang lebih luas dan mendalam dalam sistem dunia. Berlanjutnya dominasi kepentingan kapitalis dan sekuler atas kepentingan keadilan dan martabat manusia tentu akan berujung pada ketidakstabilan dan ketidakadilan. Adalah tugas kita sebagai umat Islam untuk berupaya mewujudkan sebuah dunia di mana struktur-struktur ini digantikan oleh sistem Islam sejati yang mampu mencapai keadilan sejati.

Nabi Muhammad (صلى الله عليه وسلم) mengajarkan kita bahwa kaum Muslim bagaikan satu tubuh; ketika satu bagian sakit, seluruh tubuh harus merespons. Metafora ini menekankan tanggung jawab kita bersama untuk membela kepentingan dan kesejahteraan saudara dan saudari kita di seluruh dunia. Kita tidak bisa lagi mengabaikan atau menunda tanggung jawab ini. Peristiwa di Bangladesh merupakan pengingat yang jelas bahwa jika kita tidak kembali pada prinsip-prinsip Islam dan menempatkannya sebagai pusat kehidupan dan pemerintahan kita, umat Islam akan terus menderita akibat sistem dunia yang tidak adil.

Solusinya terletak pada penerapan Islam sebagai sistem keadilan dan kesejahteraan yang komprehensif. Ini adalah jalan menuju masa depan yang lebih baik tidak hanya bagi Bangladesh, namun juga bagi seluruh dunia. Hanya dengan bertindak bersama, sebagai satu kesatuan, kita dapat mewujudkan perubahan yang sangat dibutuhkan dunia. Sudah saatnya umat bangkit, bersatu dan bekerja demi kebangkitan Islam sebagai jalan sejati menuju keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh umat. []

Posting Komentar untuk "Perjuangan Inggris-Amerika untuk Mendapatkan Pengaruh di Bangladesh"

close