Ironi Hari Guru: Kompleksitas Persoalan Guru vs Kualitas Siswa
Oleh : Mimin Mintarsih
Pada tanggal 25 November, Indonesia memperingati Hari Guru Nasional, sebuah momen untuk menghormati peran guru sebagai pendidik bangsa. Namun, di balik perayaan ini, terdapat ironi besar: kompleksitas persoalan yang dihadapi guru sering kali bertolak belakang dengan harapan peningkatan kualitas siswa.
Guru menghadapi tantangan berat, mulai dari beban administratif yang membebani, distribusi tenaga pengajar yang tidak merata, hingga minimnya penghargaan finansial dan sosial. Data dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menunjukkan bahwa masih banyak guru honorer dengan pendapatan di bawah standar layak, sementara akses pelatihan untuk meningkatkan kompetensi masih terbatas. Di sisi lain, kualitas siswa Indonesia, berdasarkan survei PISA (Programme for International Student Assessment) 2018, menunjukkan hasil yang memprihatinkan, terutama dalam literasi, matematika, dan sains.
Persoalan ini membutuhkan solusi yang komprehensif. Islam, sebagai sistem yang sempurna, memberikan penghormatan tinggi terhadap ilmu dan pembawanya, yakni para guru. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim).
Islam memandang guru sebagai salah satu pihak yang sangat berjasa dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, Islam memastikan adanya mekanisme yang tertib dan teratur dalam memperlakukan guru, di antaranya:
Jaminan Kesejahteraan Guru
Dalam sistem Islam, negara bertanggung jawab memenuhi kebutuhan guru secara layak. Penghasilan guru tidak hanya mencukupi untuk kehidupan sehari-hari, tetapi juga untuk mendukung aktivitas mereka dalam mendidik.
Peningkatan Kualitas Guru
Islam memprioritaskan peningkatan ilmu dan kompetensi guru melalui pendidikan berkelanjutan, pelatihan, dan pembinaan. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat."(QS. Al-Mujadalah: 11).
Penghormatan Terhadap Guru
Guru adalah aset berharga dalam masyarakat. Dalam sejarah Islam, banyak ulama yang mendapat penghormatan tinggi karena peran mereka dalam menyebarkan ilmu. Imam Syafi’i, misalnya, mengajarkan pentingnya memuliakan guru, bahkan dengan cara sederhana seperti menjaga adab dalam berbicara.
Sistem Pendidikan Terpadu
Islam menerapkan sistem pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada keterampilan duniawi, tetapi juga membentuk kepribadian dan moral siswa berdasarkan nilai-nilai agama.
Solusi ini menegaskan bahwa perbaikan kualitas pendidikan tidak mungkin terwujud tanpa memperbaiki kondisi guru terlebih dahulu. Momentum Hari Guru ini hendaknya menjadi refleksi bagi semua pihak untuk mendukung guru, bukan hanya secara simbolis, tetapi melalui kebijakan nyata.
Sumber:
= Federasi serikat guru indonesa (FSGI)
=Survei PISA (programme for internasional student Assessment)2018
=Al-Qur'an dan hadis
=Literatur islam
Posting Komentar untuk "Ironi Hari Guru: Kompleksitas Persoalan Guru vs Kualitas Siswa"