Bencana Terus Melanda, Apa yang Salah Sebenarnya?
Oleh: Thaifah Zhahirah (Pendidik dan Pegiat Literasi)
Berbagai bencana alam kembali melanda Indonesia. Mulai dari banjir besar, tanah longsor, hingga jalan yang terputus. Salah satu wilayah yang terdampak parah adalah Sukabumi. Berdasarkan laporan, banjir di wilayah ini diperparah oleh pendangkalan sungai, sehingga pemerintah harus mengerahkan 12 alat berat untuk pengerukan. Bahkan pemerintah daerah telah menetapkan status tanggap darurat selama sepekan akibat kerusakan yang meluas (tirto.id, 5/12/2024).
Selain Sukabumi, wilayah lain seperti Pandeglang dan Cianjur juga menghadapi bencana besar. Banjir setinggi dua meter di Pandeglang membuat akses jalan terputus, sementara pergerakan tanah di Cianjur mengakibatkan kerusakan parah di berbagai Lokasi (kumparan.com, 5/12/2024).
Mengapa bencana terus terjadi dan berulang? Apakah semuanya semata-mata karena faktor alam, atau ada hal lain yang jauh lebih besar?
Faktor Alam dan Campur Tangan Manusia
Indonesia secara geografis memang rentan terhadap berbagai bencana alam. Sebagai negara kepulauan yang terletak di cincin api Pasifik, gempa bumi, letusan gunung berapi, hingga banjir dan tanah longsor menjadi ancaman rutin. Namun, ulah manusia sering kali memperburuk situasi ini. Pengelolaan lingkungan yang buruk, pembangunan yang tidak terencana, dan eksploitasi sumber daya alam tanpa batas menjadi penyebab utama kerusakan ekosistem.
Pendangkalan sungai, misalnya, banyak disebabkan oleh deforestasi dan penumpukan limbah. Hutan yang seharusnya menjadi penyerap air kini terus berkurang akibat pembukaan lahan. Sementara itu, pembangunan infrastruktur sering mengabaikan dampak ekologis jangka panjang. Semua ini menunjukkan bahwa manusia memegang peran besar dalam mempercepat terjadinya bencana.
Namun, permasalahan ini tidak hanya terbatas pada aspek lingkungan. Lebih dalam lagi, masalahnya terletak pada cara manusia menjalani kehidupannya. Berbagai ketetapan syariat diabaikan, termasuk dalam hal pengelolaan alam. Ketamakan untuk mengeksploitasi kekayaan alam demi keuntungan materi sering kali mengesampingkan aturan Ilahi. Padahal, Allah telah mengingatkan,
"Jika sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A’raf: 96).
Ayat ini menjadi peringatan bahwa keberkahan hidup hanya dapat diraih jika manusia hidup sesuai dengan aturan Allah. Ketika manusia melanggar syariat, bukan hanya kerusakan moral yang terjadi, tetapi juga kerusakan alam yang menyebabkan berbagai bencana.
Waktunya Muhasabah dan Bertobat
Bencana yang terus melanda adalah tanda bahwa manusia harus segera melakukan muhasabah, introspeksi diri, dan bertobat. Muhasabah berarti mengkaji kembali apa yang telah dilakukan, baik dalam skala individu maupun kolektif. Langkah ini penting untuk menyadari kesalahan dan mengambil langkah perbaikan.
Tidak cukup hanya mengandalkan penanganan teknis seperti pengerukan sungai atau status tanggap darurat. Perlu ada perubahan mendasar dalam sistem kehidupan. Penegakan syariat Islam adalah Solusi tuntas, karena hanya dengan syariat, pengelolaan alam dapat berjalan dengan adil dan berkelanjutan. Dalam sistem Islam, negara memiliki peran sebagai raa'in (pengurus) dan junnah (pelindung) bagi rakyat. Negara bertanggung jawab memastikan pembangunan tidak merusak lingkungan, mengelola sumber daya alam secara bijak, dan menegakkan hukum yang adil.
Dengan sistem Islam, tidak hanya keseimbangan ekosistem yang terjaga, tetapi keberkahan hidup juga tercapai. Pembangunan pun berjalan tanpa merusak, sehingga bencana dapat diminimalisir. Rakyat akan hidup dalam kesejahteraan yang penuh berkah.
Bencana yang terus terjadi adalah adalah salah satu pengingat dari Allah. Bukan hanya untuk memperbaiki hubungan manusia dengan alam, tetapi juga untuk kembali kepada aturan-Nya. Inilah saatnya kita bertobat, memperbaiki diri, dan berupaya menegakkan syariat Islam dalam kehidupan. Hingga keberkahan akan tercurah dari langit dan terpancar dari bumi. Sejatinya, penerapan aturan Allah dalam kehidupan bukan hanya agar bencana teratasi, tetapi bagian dari konsekuensi keimanan yang hakiki.
Posting Komentar untuk "Bencana Terus Melanda, Apa yang Salah Sebenarnya?"