Generasi Sekular, Generasi Rusak
Ilustrasi |
Oleh : Sri Endah lestari
Kejadian Kriminal Yang Terus Berulang
Sangat memprihatinkan dan menakutkan kondisi generasi sekarang. Salah satunya peristiwa pembunuhan ayah dan nenek oleh remaja usia 14 tahun, sungguh diluar bayangan kita, sepertinya tidak mungkin terjadi. Kejadian pembunuhan oleh remaja atau pelajar sudah sangat sering kita dengar dan lihat, dan peristiwa pembunuhan sepertinya terus berulang .
Akar Persoalan
Kehidupan sekular ( memisahkan agama dengan kehidupan ) menjadi sumber semua kerusakan di muka bumi ini. Ketika perbuatan tidak ada tolak ukur agama, maka mereka tidak bisa membedakan baik atau buruk, dosa atau pahala, merusak atau manfaat, berbahaya atau bermanfaat. Hal ini sering diabaikan, karena semata ukuran kebahagiaan dunia dunia. Contoh, ketika perzinaan tumbuh berkembang, maka penyakit HIV AIDS berkembang pesat, dan faktanya tidak menurunkan jumlah free sex. Mereka hanya ingin mendapatkan kesenangan sesaat tapi perduli dosa. Sebagaimana perbuatan membunuh, sudah sangat banyak kejadian pembunuhan hanya persoalan sepele. Inilah efek dari penerapan sistem sekular. Manusia menjadi abai alias tidak perduli kepada dosa dan pahala, bahkan kebahagiaan akhirat tidak menjadi orentasi hidup yang utama.
Pendidikan Islam dalam Keluarga
Seorang anak sebelum masuk sekolah formal, akan sangat dipengaruhi oleh pendidikan dasar orang tuanya. Ketika orang tuanya mendidik secara Islami, maka anak juga tumbuh berkembang secara Islami. Di mana dalam pendidikan Islam ditumbuhkan kembangkan cinta kepada Allah dan RasulNya, akhlaq yang mulia. Orang tua mendidik dengan ilmu agama, kesabaran, keikhlasan, rasa syukur, dan kasih sayang. Orang tua dalam Islam selalu berorentasi kesuksesan pada ukuran akhirat, bukan kebahagiaan dunia semata. Sehingga orang tua tidak akan membebani dengan tututan kesuksesan ukuran dunia, misalkan harus dapat juara, pinter matematika, bahasa Inggris, dan ukuran duniawi lainnya.
Kebahagian Dunia adalah Kebahagian Semu
Ketika orangtua mendidik anak dengan ukuran duniawi semata, dapat dipastikan susah mendapatkan kebahagiaan, Bahkan kalau tidak mampu meraih tuntutan orang tua bisa menyebabkan anak stress bahkan depresi. Misalkan orang tua menginginkan anaknya juara matematika, kemudian untuk mencapainya dikursuskan dimana-mana, berusaha sangat keras, kemudian ikut lomba tapi kalah. Hal ini akan menyebabkan merasa tidak sukses dan tidak bahagia, padahal setiap lomba apapun juara satu pasti hanya satu orang. Jadi kalau kebahagiaan ukurannya juara, maka sangat sulit setiap orang tua bahagia dan merasa sukses. Maka orientasi dunia akan sangat membahayakan mental generasi.
Kebahagian Akhirat Kebahagian Haqiqi
Imam al-Ghazali, menyebut bahwa kebahagiaan terbagi dua, yaitu kebahagiaan majazi dan kebahagia hakiki. Kebahagiaan majazi merupakan kebahagiaan duniawi yang hanya bersifat fana, sedangkan kebahagiaan hakiki adalah kebahagiaan rohani yang mengantarkan kita pada kebahagiaan akhirat. Kebahagiaan duniawi bisa diraih oleh semua orang baik yang beriman maupun tidak beriman, namun kebahagiaan rohani ( hakiki ) hanya didapatkan oleh orang yang beriman sedang berilmu dan berakal. Kebahagiaan rohani dapat diraih karena adanya kesadaran hubungannya dengan Allah SWT dengan membangun keimanan yang kuat.
Allah berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (Q.S. ar-Ra’du [13]: 28).
Bagaimana agar generasi meraih kebahagiaan hakiki sekarang ini?
1. Orang tua mendidik putra putrinya dengan asas keimanan dan ketaqwaan. Anak dididik taat syariah dan berakhlaq mulia. Biarkan anak tumbuh berkembang dunianya sesuai kemampuannya, tapi urusan akhirat harus diperjuangkan. Karena anak pasti akan mampu memahami agama Islam dan mengamalkannya, dengan catatan, orang tuanya benar cara mendidiknya.
2. Punya lingkungan yang baik, pergaulan sekitarnya islami, atau mampu mewarnai lingkungannya dengan pergaulan islami.
3. Mencari sekolah yang mampu mendidik dan mencetak generasi yang beriman kuat, senang beribadah dengan terikat aturan syariah Islam, dan berakhlaq mulia.
4. Negara juga sangat berperan dalam mewujudkan kurikulum berbasis aqidah islam, yang mencetak generasi bertaqwa. Dimana tsaqofah islam diajarkan dengan sungguh-sungguh oleh guru-guru berkualitas dunia akhirat. Dimana kurikulum Islam memuat mata pelajaran Al-Quran, Hadits, Sirah, Fiqh, Akhlaq, aqidah, Bahasa Arab, pengetahuan umum, dan saintek. Negara tidak boleh menerapkan sistem sekular karena akan menyebabkan generasi hanya berorentasi pada kebahagiaan dunia saja.
Khotimah
Islam agama yang sempurna, yang mengatur dan mensolusi semua sistem kehidupan. Salah satunya sistem pendidikan islam mampu mewujudkan generasi yang bertaqwa, ahli agama dan saintek, dan generasi pemimpin peradapan. Pendidikan islam ini sudah pernah diterapkan selama 1300 tahun dari masa Rasulullah, khulafaur Rasyidin, kekhilafahan bani Umayah, kekhilafahan bani Abbasiyah, dan Kekhilafan Bani Utsmaniyah. Sejarah membuktikan bahwa Sistem pendidikan Islam di masa kekhilafahan Islam adalah sistem terbaik pencetak generasi bertaqwa jauh dari kerusakkan mental. []
Posting Komentar untuk "Generasi Sekular, Generasi Rusak"