KH. Muhammad Shiddiq al-Jawi: Peluang Tegaknya Khilafah di Suriah Pasca-Tumbangnya Rezim Assad
Jakarta, Visi Muslim- Pakar fikih kontemporer, KH. Muhammad Shiddiq al-Jawi, menilai bahwa ada peluang bagi tegaknya khilafah di Suriah setelah tumbangnya rezim Bashar al-Assad. Pendapat ini beliau sampaikan dalam kajian bertajuk Soal Jawab Fiqih Siyasah: Empat Syarat Pembaiatan Kh4l1fah untuk Kasus Suri4h Dewasa Ini yang disiarkan melalui kanal YouTube Ngaji Subuh, Kamis (12/12/2024).
Menurut KH. Shiddiq, terdapat faktor-faktor yang mendukung peluang tersebut, salah satunya adalah melemahnya keterlibatan negara-negara pendukung rezim Assad, seperti Iran dan Rusia, yang kini tengah disibukkan oleh urusan domestik masing-masing. Situasi ini, kata beliau, memberikan celah bagi umat Islam untuk mendorong perubahan yang lebih mendasar di Suriah.
“Umat Islam tidak hanya harus bersyukur atas tumbangnya rezim Assad, tetapi juga perlu terus mengawal arah perubahan agar tidak berhenti sebatas pergantian rezim, melainkan sampai pada perubahan sistem menjadi khilafah Islam,” jelasnya.
Lebih lanjut, KH. Shiddiq menggarisbawahi pentingnya umat Islam di Suriah dan dunia secara umum untuk tetap waspada terhadap campur tangan Amerika Serikat (AS) dan proksinya. Ia mengingatkan bahwa AS cenderung membatasi perubahan politik di Suriah agar tetap dalam koridor sistem sekuler demi melindungi kepentingan strategis mereka, termasuk melindungi entitas penjajah Israel.
Tantangan Tegaknya Khilafah
Meski peluang itu ada, KH. Shiddiq juga mengakui bahwa terdapat tantangan besar yang dapat melemahkan kemungkinan tegaknya khilafah di Suriah. Salah satunya adalah ketergantungan sebagian pihak di Suriah pada pengaruh negara seperti Turki, yang disebutnya sebagai proksi Amerika Serikat.
“Masih ada kelemahan dalam keinginan untuk benar-benar menyingkirkan sistem sekuler dan pengaruh negara-negara pendukung, terutama Turki,” ujarnya.
Selain itu, beliau mengungkapkan kekhawatiran bahwa AS dapat memainkan skenario kompromi jika khilafah berhasil ditegakkan. “Bisa saja AS mengizinkan khilafah berdiri, tetapi dengan syarat-syarat tertentu, misalnya tidak boleh menyerang Israel,” jelasnya.
Beliau juga menyinggung pengalaman Arab Spring pada 2012, di mana meskipun terjadi pergantian rezim di beberapa negara, seperti Tunisia, Libya, dan Mesir, namun sistem yang berlaku tetap sekuler. Oleh karena itu, ia memperingatkan agar umat Islam tidak kembali terperangkap dalam skenario serupa.
Pelajaran dan Harapan
KH. Shiddiq menekankan pentingnya umat Islam mengambil pelajaran dari sejarah agar tidak kembali tertipu oleh skenario perubahan palsu. “Jangan sampai umat Islam tertipu dua kali,” tegasnya, sambil mengutip hadis Rasulullah SAW, “Seorang mukmin tidak akan disengat oleh ular dari lubang yang sama dua kali” (HR. Bukhari No. 6133).
Beliau berharap para pejuang di Suriah dapat menyambut peluang besar ini dengan menerima cita-cita suci menegakkan khilafah. Dengan begitu, tumbangnya rezim Assad bukan sekadar pergantian pemimpin, tetapi menjadi awal dari perubahan sistem menuju penerapan syariat Islam secara menyeluruh.
“Ini adalah momentum besar. Jika umat Islam bersatu, peluang ini dapat diwujudkan menjadi kenyataan,” pungkasnya. [] Banu Ngadiran
Posting Komentar untuk "KH. Muhammad Shiddiq al-Jawi: Peluang Tegaknya Khilafah di Suriah Pasca-Tumbangnya Rezim Assad"