Proyek MBS: Pembangunan yang Mengancam Lingkungan
Riyadh, Visi Muslim- Proyek besar di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS), seperti NEOM dan Qiddya, mendapat sorotan atas dampaknya terhadap lingkungan. Proyek ini berpotensi memperburuk degradasi lahan dan penggurunan, yang dapat memicu kekurangan pangan dan memaksa migrasi massal. Laporan dari Global Witness, yang diterbitkan pada 3 Desember 2024, menyatakan bahwa meskipun Arab Saudi tidak secara langsung menyebabkan penggurunan, negara ini berkontribusi pada perubahan iklim global.
Pembangunan besar-besaran di Arab Saudi, yang meliputi berbagai megaproyek seperti kota futuristik NEOM, bertujuan mengubah lanskap padang pasir menjadi pusat metropolitan. Namun, banyak yang khawatir proyek-proyek ini akan merusak ekosistem lokal, menghancurkan lahan subur, dan meningkatkan ketergantungan pada sumber daya alam yang semakin terbatas. Salah satu isu utama adalah bahwa tanah yang terdegradasi akan kehilangan kemampuannya untuk mendukung pertanian, yang memengaruhi ketahanan pangan.
PBB telah mengingatkan bahwa degradasi lahan di Timur Tengah, termasuk di Arab Saudi, akan memperburuk krisis iklim yang sudah memburuk akibat pemanasan global. Degradasi lahan dapat mengarah pada penggurunan, sebuah fenomena ekstrem yang mengancam seluruh ekosistem dan kemampuan manusia untuk bertahan hidup di wilayah tersebut. UNCCD, yang berfokus pada upaya pemulihan lahan, telah menekankan pentingnya peran setiap negara dalam menangani masalah ini.
Seiring dengan pengembangan megaproyek seperti NEOM, MBS juga mendorong berbagai inisiatif untuk memulihkan lahan yang terdegradasi. Arab Saudi berencana untuk memulihkan 40 juta hektar lahan pada 2030, meskipun pencapaian ini dipandang skeptis oleh banyak pihak. Sementara itu, 240.000 hektar telah berhasil dipulihkan melalui berbagai upaya, termasuk pelarangan penebangan liar dan ekspansi taman nasional.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dalam sambutannya menjelang COP16, menegaskan bahwa pertemuan tersebut adalah kesempatan penting untuk melindungi dan memulihkan lahan serta mengatasi kekeringan. PBB menyarankan agar negara-negara anggota fokus pada pendekatan proaktif untuk mencegah degradasi lebih lanjut. Menurut Ibrahim Thiaw, Sekretaris Eksekutif UNCCD, tantangan untuk memulihkan lahan semakin mendesak, mengingat 40% lahan global telah terdegradasi.
Di sisi lain, para ahli seperti Patrick Galey dari Global Witness mengingatkan bahwa pengaruh besar proyek-proyek besar ini terhadap lingkungan dapat memperburuk dampak perubahan iklim. Walaupun Arab Saudi berusaha berkontribusi pada pemulihan lahan, ekspansi yang cepat dalam pembangunan infrastruktur dan kota futuristik seperti NEOM berpotensi menjadi ancaman serius bagi stabilitas ekosistem di wilayah tersebut.
Selain itu, meskipun Arab Saudi memiliki tujuan ambisius untuk memulihkan lahan, dampak jangka panjang dari megaproyek yang sedang berlangsung tetap menjadi pertanyaan besar. Kebijakan yang lebih tegas dalam hal perlindungan alam dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan sangat dibutuhkan agar pemulihan lahan tidak hanya menjadi janji kosong.
Arab Saudi juga harus memperhitungkan efek jangka panjang dari urbanisasi dan pembangunan infrastruktur terhadap masyarakat setempat. Proyek-proyek besar ini bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi juga dampaknya terhadap kehidupan sosial dan ekonomi warga negara. Pemulihan lahan dan keberlanjutan lingkungan harus menjadi prioritas utama dalam setiap keputusan pembangunan.
Dalam menghadapi tantangan global yang semakin mendalam terkait dengan perubahan iklim dan degradasi lahan, peran Arab Saudi menjadi sangat penting. Pemerintah perlu menyeimbangkan antara ambisi pembangunan dan perlindungan lingkungan agar dapat menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Pada akhirnya, kesuksesan pemulihan lahan dan pengendalian penggurunan akan bergantung pada upaya bersama dari semua negara, baik dalam hal kebijakan maupun tindakan konkret. Dalam konteks ini, Arab Saudi harus mengambil langkah lebih lanjut dalam menerapkan kebijakan yang ramah lingkungan, tidak hanya untuk mendukung pembangunan, tetapi juga untuk melindungi masa depan bumi. [] Banu Ngadiran
Posting Komentar untuk "Proyek MBS: Pembangunan yang Mengancam Lingkungan"