Kerusuhan Pemukim Yahudi di Tepi Barat, Menolak Gencatan Senjata

 



Tepi Barat, Visi Muslim- Sejumlah pemukim Yahudi di wilayah Tepi Barat melancarkan kerusuhan pada hari Minggu (19/01/2024), menentang kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Para pemukim ini berusaha mengganggu upaya pembebasan warga Palestina yang ditahan oleh Israel, di mana mereka sering mengalami penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi.

Dengan kawalan tentara Israel, kelompok pemukim menyerang kendaraan-kendaraan milik warga Palestina dan menutup beberapa jalan utama di beberapa daerah seperti Turmus Ayy, Atara, Ein Siniya, Ein Ayoub, Qalqilya, dan Jaba. Di Sinjil, dua rumah dan empat kendaraan dibakar dalam aksi tersebut.

Rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan pemukim Yahudi melemparkan batu dan bom molotov dalam serangan mereka terhadap warga Palestina. Aksi ini semakin memperparah ketegangan di wilayah tersebut.

Beberapa anggota gerakan pemukim dan pemimpin mereka, termasuk Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, menolak kesepakatan gencatan senjata. Mereka berpendapat bahwa perang di Gaza, yang telah merenggut lebih dari 46.000 nyawa warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, harus terus dilanjutkan.

Di sisi lain, Menteri Urusan Militer Israel, Israel Katz, mengambil langkah kontroversial dengan membebaskan 16 pemukim yang sebelumnya ditahan karena terlibat dalam serangan terhadap warga Palestina. Pembebasan ini dimaksudkan untuk memperkuat gerakan pemukiman di wilayah tersebut.

Sementara itu, pada malam yang sama, Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa seorang remaja Palestina berusia 14 tahun, Ahmad Rashid Rushdi Jazar, ditembak mati oleh tentara Israel di kota Sebastia, dekat Nablus, Tepi Barat utara yang diduduki.

Di tengah ketegangan yang semakin memuncak, serangan bom pinggir jalan juga terjadi di Tepi Barat. Seorang tentara cadangan Israel tewas dan dua lainnya terluka, termasuk seorang perwira senior, saat kendaraan lapis baja ringan yang mereka tumpangi dihantam bom saat berpatroli di kota Tamun, bagian utara Tepi Barat.

Serangan bom tersebut menjadi bagian dari eskalasi kekerasan yang terus terjadi di wilayah ini, dengan militer Israel dan pasukan Palestina saling melancarkan serangan. Ketegangan semakin tinggi setelah pembantaian massal di Gaza, yang memicu perlawanan dari berbagai kelompok di Palestina.

Sementara itu, Israel terus menanggapi serangan-serangan tersebut dengan operasi militer besar-besaran yang semakin memperburuk kondisi di Gaza dan Tepi Barat. Pembebasan pemukim dan serangan terhadap warga Palestina semakin menambah ketegangan di kawasan yang sudah sangat terbebani ini.

Dalam konteks ini, kesepakatan gencatan senjata yang diupayakan tidak memberikan jalan keluar yang jelas, dengan masing-masing pihak tetap mempertahankan posisi mereka. Sementara Israel berfokus pada melanjutkan perang, kelompok-kelompok di Palestina terus melakukan perlawanan terhadap kebijakan agresi yang diterapkan oleh negara tersebut.

Kekerasan ini telah menyebabkan ribuan korban jiwa, baik di pihak Palestina maupun Israel, dan membawa dampak besar terhadap stabilitas kawasan. Banyak pihak yang berharap agar gencatan senjata yang baru-baru ini dicapai dapat mengurangi eskalasi lebih lanjut, meskipun ada kekhawatiran akan keteguhan pemukim Israel yang terus menentang kesepakatan tersebut.

Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan bahwa gencatan senjata yang rapuh mungkin sulit untuk diterapkan dengan berbagai tantangan yang ada di lapangan, termasuk ketegangan antar kelompok pemukim dan kebijakan Israel yang tetap keras terhadap Palestina. [] Nazafarin Hatun 

Posting Komentar untuk "Kerusuhan Pemukim Yahudi di Tepi Barat, Menolak Gencatan Senjata"