Momentum Rajab dan Isra Mi'raj: Seruan Tegaknya Khilafah Bebaskan Palestina
Oleh: Citra Dewi Astuti (Aktivis Muslimah Brebes)
Ratusan warga Jenin di Tepi Barat, Palestina, dipaksa harus mengungsi dari rumah mereka pada Kamis (23/1/2025) setelah pesan peringatan dari drone dengan pengeras suara menyuruh mereka untuk mengungsi. Mirisnya kejadian ini berlangsung di tengah operasi militer yang baru saja memasuki hari ketiga di kota tersebut. Kejadian ini mencakup penghancuran sejumlah rumah di kamp pengungsi Jenin. Dikutip dari laman berita CNBC Indonesia 24/01/25.
Perjuangan rakyat Palestina telah memasuki fase yang sangat panjang, dengan penderitaan dan pengorbanan yang tak terhitung banyaknya.
Sejak pertama kali dijajah oleh Zionis pada tahun 1948, Palestina telah berada di bawah kendali Israel dan para pendukungnya, terutama Amerika Serikat.
Selama beberapa dekade, berbagai upaya diplomatik telah dilakukan, mulai dari perundingan damai dan gencatan senjata hingga solusi internasional.
Namun, apakah ini solusi yang nyata?
Akankah gencatan senjata yang sering dilakukan benar-benar membawa perdamaian bagi Palestina?
Jawabannya adalah tidak.
Gencatan senjata hanya akan memperpanjang pendudukan dan penderitaan rakyat Palestina.
Gencatan Senjata:Solusi Palsu
Ketika gencatan senjata diumumkan, sejumlah umat Muslim di berbagai negara tercengang.
Mereka berharap bahwa di balik penderitaan yang tiada akhir ini, akan ada perbaikan nasib saudara-saudara Palestina mereka.
Namun ketika gencatan senjata berakhir, kenyataan menjadi pahit lagi.
Israel, bersama negara-negara yang mendukungnya, tidak akan pernah berhenti mengintensifkan agresinya terhadap Palestina.
Ketika gencatan senjata baru-baru ini diumumkan, Kita menyaksikan serangkaian pelanggaran, termasuk serangan udara Israel dan pembantaian warga sipil Palestina.
Gencatan senjata diperkenalkan atas nama perdamaian, tetapi itu hanyalah taktik untuk menenangkan situasi sementara dan memberi Israel kesempatan untuk memperkuat posisinya.
Jihad: Kewajiban dan Syariat Islam
Dalam ajaran Islam, jihad bukan hanya sekadar perang fisik.
Jihad adalah tekad untuk berperang di jalan Allah dengan tujuan menegakkan keadilan dan menghapuskan kezhaliman.
Dalam konteks Palestina, jihad merupakan kewajiban yang tidak dapat dihindari bagi umat Islam. Perjuangan rakyat Palestina adalah bagian dari jihad mempertahankan tempat suci, Al-Quds, dan hak asasi manusia, yang terus-menerus dilanggar oleh Israel.
Kewajiban ini berlaku bukan hanya bagi rakyat Palestina, tetapi bagi seluruh umat Muslim di seluruh dunia. Disaat darah saudara-saudara kita tertumpah dan kota suci Al-Quds terancam, jihad harus menjadi perjuangan kolektif.
Jihad yang dimaksud di sini bukan hanya tindakan fisik, tetapi juga kesadaran untuk melakukan segala hal yang mungkin dilakukan guna membebaskan Palestina dari kekuasaan kolonialis.
Dari sudut pandang diplomatik, komitmen umat Islam untuk memberikan dukungan yang tegas dan kuat kepada Palestina harus menjadi bagian dari jihad.
Mendukung perjuangan Palestina melalui cara yang sah merupakan bentuk jihad dalam konteks saat ini.
Tak ada lagi ruang untuk diam atau berpangku tangan.
Khilafah:
Solusi Sistemik yang Komprehensif
Namun, perjuangan untuk Palestina tidak dapat berakhir dengan seruan jihad.
Solusi nyata untuk mengakhiri kolonialisme adalah pembentukan sistem politik Islam, kekhalifahan.
Khilafah merupakan sebuah lembaga yang pernah berdiri dalam sejarah peradaban Islam dan terbukti mampu menghadirkan keadilan dan keamanan bagi umat Islam dan seluruh umat manusia.
Khilafah bukan sekadar bentuk politik, tetapi suatu sistem pengaturan kehidupan umat Islam, meliputi politik, sosial, ekonomi, dan diplomatik, yang berdasarkan hukum Islam yang komprehensif.
Khilafah adalah solusi sistematis dan komprehensif untuk masalah Palestina.
Di bawah kekhalifahan, Palestina akan menjadi bagian dari negara Islam yang bersatu dan tidak lagi menjadi masalah yang terisolasi.
Di bawah Khilafah, semua umat Islam di seluruh dunia akan berkewajiban membela Palestina, dan negara mana pun yang melakukan tindakan agresi terhadap Palestina akan menghadapi kekuatan yang lebih besar daripada umat Islam yang bersatu.
Kekuatan politik dan militer yang terorganisasi dalam kekhalifahan akan mampu menghadapi hegemoni kekuatan besar seperti Amerika Serikat yang selalu mendukung Israel.
Aksi Bela Palestina:
kesadaran kolektif yang harus terus berlanjut.
Aksi Bela Palestina yang berlangsung di Indonesia pada 26 Januari 2025 merupakan langkah penting dalam memperkuat solidaritas umat Islam terhadap perjuangan Palestina.
Tindakan ini berfungsi sebagai pengingat bagi umat Islam tentang pentingnya terus bekerja untuk nasib Palestina melalui pembentukan opini publik, bantuan kemanusiaan, serta doa dan dukungan moral.
Namun lebih dari itu, langkah ini hendaknya menjadi titik awal untuk menumbuhkan kesadaran di kalangan umat Islam tentang urgensi pendirian negara kekhalifahan.
Mengingat momentum Rajab dan peringatan Isra Miraj, umat Islam harus menyadari bahwa masalah Palestina bukan hanya sengketa wilayah, tetapi masalah sistemik yang melibatkan penguasa yang menindas dan terjebak dalam sistem yang tidak adil. Kita perlu lebih memahami itu. Pembelaan terhadap Palestina harus mendorong kembalinya prinsip-prinsip utama Islam dan pengalihan perjuangan untuk mencapai kejayaan sejati.
Pentingnya Membangun Kesadaran Umum
Kesadaran publik terhadap pentingnya Jihad dan tegaknya Khilafah tidak akan mungkin terwujud tanpa adanya dakwah ideologis yang konsisten.
Dakwah ini harus mampu menggugah masyarakat dari sekadar euforia gencatan senjata menuju jalan yang lebih realistis, yakni gerakan memperjuangkan kemerdekaan Palestina di atas jalan jihad dan kekhalifahan.
Rakyat membutuhkan pemimpin yang visioner, yang tidak hanya menuntut keadilan bagi Palestina, tetapi juga memperjuangkan tegaknya sistem Islam yang akan mengakhiri penjajahan dan penindasan negara-negara adidaya.
Tanpa adanya kesadaran ideologis yang tepat, umat Islam akan selalu terjebak dalam perdebatan semu yang tidak akan pernah menyelesaikan persoalan pokok kolonialisme.
Gencatan senjata yang seharusnya mendatangkan perdamaian ternyata tak lebih dari sekadar jebakan yang memperpanjang penderitaan.
Oleh karena itu, perjuangan umat Islam tidak hanya terdiri dari merayakan momen gencatan senjata dan menyerukan perdamaian.
Melainkan harus dicapai melalui jalan jihad yang dipandu oleh khilafah.
Wallahu a'lam bisshowab
Posting Komentar untuk "Momentum Rajab dan Isra Mi'raj: Seruan Tegaknya Khilafah Bebaskan Palestina"