Perpecahan Mendalam di Amerika
Oleh : Bilal Al-‘Ajili
Pada awalnya, Amerika adalah sebuah koloni Eropa yang berada di bawah kekuasaan Inggris hingga pecahnya revolusi pada tahun 1775 yang dipimpin oleh George Washington melawan penjajahan Inggris. Pada tahun 1776 di Philadelphia, koloni-koloni tersebut mendeklarasikan kemerdekaan dalam sebuah konferensi dan mendirikan negara merdeka bernama Amerika Serikat. Negara ini terus berkembang hingga menjadi kekuatan besar dunia.
Kebijakan Isolasi Awal Amerika
Amerika awalnya mengadopsi kebijakan mengisolasi diri dari belahan bumi timur dengan menerapkan Doktrin Monroe yang diumumkan oleh Presiden James Monroe pada 2 Desember 1823. Doktrin ini menyerukan perlindungan kemerdekaan negara-negara di belahan barat bumi dari campur tangan Eropa. Selain itu, doktrin ini menyatakan bahwa negara-negara Eropa tidak diperkenankan menganggap wilayah Amerika sebagai koloni mereka di masa depan. Kebijakan luar negeri Amerika pun berfokus pada menjaga belahan barat bumi dari pengaruh negara-negara lain dengan menjaga keseimbangan kekuatan di Eropa.
Amerika tetap mempertahankan kebijakan ini hingga pecahnya Perang Dunia Pertama, kecuali saat menguasai Filipina karena khawatir terhadap Jepang. Ketika Perang Dunia Pertama pecah, Amerika terpaksa bergabung dalam perang melawan Jerman pada tahun 1917 karena takut Jerman akan mendominasi Eropa. Setelah perang berakhir, Amerika kembali ke kebijakan isolasi hingga Perang Dunia Kedua.
Pascaperang Dunia Kedua
Setelah Perang Dunia Kedua, negara-negara Eropa Barat hancur, sementara Eropa Timur dikuasai oleh Rusia. Uni Soviet pun tumbuh sebagai kekuatan militer dengan ideologi komunisme, yang dianggap mengancam keseimbangan kekuatan di Eropa. Selain itu, muncul pula Cina sebagai negara komunis. Kedua faktor ini mendorong Amerika untuk terlibat lebih aktif dalam urusan dunia sejak tahun 1947.
Amerika mulai membangun aliansi militer seperti NATO untuk menghadapi Pakta Warsawa, membentuk aliansi bilateral dan multilateral untuk melindungi kepentingannya, serta menciptakan Kelompok Tujuh (G7) untuk mengontrol kebijakan ekonomi global.
Perpecahan Politik Amerika dan Munculnya Kaum Neokonservatif
Setelah runtuhnya Uni Soviet pada Desember 1991, Amerika menjadi satu-satunya negara adidaya tanpa pesaing hingga saat ini. Namun, perpecahan antara Partai Republik dan Demokrat mulai terlihat jelas pada tahun 2001 ketika George W. Bush menjadi presiden dan kaum neokonservatif seperti Paul Wolfowitz, Dick Cheney, dan Donald Rumsfeld berkuasa. Mereka memanfaatkan peristiwa 11 September 2001 untuk melancarkan perang melawan Islam dengan dalih memerangi terorisme serta mengadopsi gaya kolonial lama dengan menginvasi Afghanistan dan Irak.
George W. Bush mendeklarasikan kebijakan luar negeri Amerika di bawah kaum neokonservatif dengan pernyataan: "Anda bersama kami, atau bersama teroris." Ia meninggalkan kebijakan kooperatif yang diterapkan oleh Presiden Demokrat Bill Clinton dan memilih kebijakan unilateral, yang memicu perlawanan dari negara-negara Eropa dan Rusia.
Kebijakan neokonservatif ini menghadapi banyak rintangan, terutama di Irak, sehingga menyebabkan kekalahan mereka dalam pemilu dan terpilihnya Barack Obama sebagai presiden pada tahun 2008. Obama mengadopsi kembali kebijakan kooperatif dan berusaha memperbaiki citra buruk Amerika di dunia yang rusak oleh pemerintahan sebelumnya.
Era Trump dan Meningkatnya Perpecahan
Pada tahun 2016, Partai Republik kembali berkuasa melalui kemenangan Donald Trump yang mengusung slogan “America First”. Trump mengutamakan kepentingan nasional Amerika, mengurangi bantuan luar negeri, dan menuntut kontribusi lebih besar dari negara-negara lain dalam keamanan internasional.
Trump menarik Amerika dari delapan perjanjian internasional, termasuk:
- Kemitraan Trans-Pasifik pada Januari 2017.
- Perjanjian Paris pada Juni 2017.
- UNESCO pada Oktober 2017, dengan tuduhan bias terhadap entitas Zionis.
- Perjanjian Nuklir Iran pada Mei 2018, dengan memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran.
- Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada Juni 2018.
- Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah dengan Rusia pada Agustus 2019.
- Perjanjian Langit Terbuka pada Mei 2020.
- Organisasi Kesehatan Dunia pada Juli 2020.
Meningkatnya Ketegangan Internal
Meskipun Amerika dipimpin oleh institusi negara yang kuat seperti Pentagon, Departemen Luar Negeri, dan lobi-lobi besar, dua dekade terakhir menunjukkan adanya perpecahan tajam di masyarakat, yang memuncak saat Trump kalah dari Joe Biden dalam pemilu tahun 2020. Perpecahan ini mencapai puncaknya ketika pendukung Trump menyerbu gedung Kongres pada tahun 2021, serta saat FBI menggeledah rumah Trump dan menyita dokumen penting.
Krisis semakin dalam ketika Texas dan 25 negara bagian lainnya menentang keputusan Mahkamah Agung, dan muncul ancaman perang saudara jika Trump dilarang mencalonkan diri dalam pemilu 2024.
Kesimpulan
Perpecahan ini tidak asing dalam sejarah Amerika, yang pernah mengalami perang saudara dan berbagai konflik berdarah. Kapitalisme yang menciptakan kesenjangan ekonomi serta tidak mampu mengatasi perbedaan rasial semakin memperparah situasi ini. Walaupun demikian, perpecahan ini tidak akan serta-merta menjatuhkan Amerika dari posisinya sebagai negara adidaya, tetapi menunjukkan bahwa Amerika tidak layak memimpin dunia.
Oleh karena itu, umat Islam memiliki tanggung jawab besar untuk menawarkan alternatif peradaban yang mampu membawa keadilan dan kedamaian bagi dunia, sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiya: 107) []
Posting Komentar untuk "Perpecahan Mendalam di Amerika"