Seruan Genosida dan Perpecahan Internal: Potret Gelap Agresi Israel di Gaza

 



Moshe Feiglin, mantan anggota Knesset dari Israel, memicu kecaman internasional usai mengeluarkan pernyataan ekstrem yang menyasar anak-anak Palestina di Gaza. Ia menyebut bahwa setiap bayi dan anak di wilayah tersebut adalah musuh yang sah.

Pernyataan itu disampaikan Feiglin dalam wawancara yang dilaporkan Quds Network pada 20 Mei 2025. Ia menekankan bahwa Israel harus merebut penuh wilayah Palestina dan tidak boleh menyisakan satu pun anak Palestina.

"Musuh kita bukan Hamas, melainkan setiap anak dan bayi di Gaza," ucapnya. Seruan ini memperlihatkan sikap yang tidak hanya rasis, tetapi juga mengarah pada justifikasi tindakan genosida.

Feiglin bukan kali pertama melontarkan pandangan semacam ini. Pada tahun 2023, ia juga menyatakan bahwa Gaza sebaiknya dihancurkan total seperti Hiroshima, Nagasaki, dan Dresden saat Perang Dunia II. Ia menegaskan bahwa kehancuran menyeluruh harus terjadi sebelum invasi.

"Solusi satu-satunya adalah menghancurkan Gaza secara total, layaknya Dresden dan Hiroshima, tapi tanpa senjata nuklir," ungkap Feiglin dalam pidato sebelumnya yang juga menuai kontroversi global.

Ia menambahkan bahwa tidak pernah ada jalur aman yang disediakan bagi warga sipil Hiroshima dan Nagasaki, sebagai bentuk kritik terhadap seruan internasional untuk gencatan senjata di Gaza. "Saya tidak ingat ada jalur aman bagi warga sipil di sana," katanya sinis.

Pernyataan kejam tersebut muncul di tengah perdebatan internal di Israel sendiri. Yair Golan, mantan jenderal dan tokoh oposisi, menyebut Israel sebagai negara yang tengah berubah menjadi paria di mata dunia.

Dalam wawancara dengan penyiar publik Kan, Golan menyatakan bahwa pemerintahan Israel telah kehilangan moralitasnya dan menjadikan pembunuhan anak-anak sebagai sebuah kebiasaan yang mengerikan.

Menurutnya, sebuah negara yang waras tidak menargetkan warga sipil, tidak menjadikan pembunuhan anak-anak sebagai kebijakan, dan tidak mengusir penduduk sipil dari tanah mereka.

Golan juga mengkritik keras struktur pemerintahan saat ini yang menurutnya dikuasai oleh kelompok pendendam dan tidak berkompeten dalam menghadapi krisis. Ia menilai pemerintahan Netanyahu telah membahayakan eksistensi negara.

Menanggapi kritik tersebut, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut pernyataan Golan sebagai “fitnah berdarah” dan “hasutan berbahaya”. Ia membela tentara Israel sebagai “pasukan paling bermoral di dunia.”

Namun, fakta di lapangan berkata lain. Sejak Oktober 2023, lebih dari 53.500 warga Palestina dilaporkan tewas dalam agresi militer Israel di Gaza. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.

Situasi ini membuat dunia internasional mengambil langkah hukum. Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Selain itu, Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), sebagai buntut dari aksi brutalnya terhadap warga sipil Palestina di Jalur Gaza.

Pernyataan Feiglin dan respons pemerintah Israel menunjukkan jurang yang dalam antara kekuatan militer dan tanggung jawab moral. Di tengah kehancuran Gaza, suara-suara perlawanan moral pun bermunculan dari dalam Israel sendiri. [] Nu1

Posting Komentar untuk "Seruan Genosida dan Perpecahan Internal: Potret Gelap Agresi Israel di Gaza"