Koalisi yang Ilusi ?
Hiruk pikuk pesta demokrasi dirayakan di
negeri yang mayoritas muslim ini. Semua berpesta pora. Semua
merayakannya dari Aceh hingga Papua,
dari Sabang hingga Merauke. Tak tanggung –tanggung dana yang dihabiskan
dalam pesta demokrasi ini mencapai puluhan triliyun. Biaya ini
dikeluarkan oleh negara dari pungutan pajak rakyat yang sebagian besar
dari umat Islam. Belum lagi dana yang harus dikeluarkan caleg –caleg
parpol yang ada di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat. Dalam yang
tidak lama akan diadakan pesta yang serupa yaitu pemilu capres dan
cawapres. Berapa triliyun lagi kah yang akan dihabiskan oleh negera atas
nama pesta rakyat? Dan apakah ini cara umat Islam mensyukuri nikmat
yang diberikan oleh Tuhannya?
Pesta demokrasi begitu mahal. Pesta lima tahun dengan tujuan mencari wakil-wakil rakyat dan pemimpin negeri yang mayoritas penduduknya adalah umat Islam. Ada banyak parpol yang berbasis massa Islam (PPP, PKB, PBB, PAN, dan PKS) yang ikut menyukseskan pesta demokrasi. Berdasar hitungan cepat yang beredar hampir tidak ada mencapai target suara, hanya PKB yang mendekati perolehan suara 10%. Muncul pertanyaan besar dan desakkan dari umat Islam ”apa yang akan dilakukan parpol Islam menghadapi kenyataan pahit ini ?”. Wajar pertanyaan ini muncul ditengah – tengah harapan besar umat Islam agar kehidupan menjadi lebih baik.
Koalisi yang Ilusi
Beberapa hari terakhir hampir semua media massa nasional menanyangkan sejumah parpol Islam akan membentuk koalisi baru. Tujuannya mengusung sendiri capres dan cawapres yang akan bertarung pada pilper. Hal itu dibuktikan dengan pertemuan di kediaman pengusaha Hasyim Ning, di Cikini, Jakpus. Selain dihadiri lima perwakilan parpol Islam yaitu PKS, PKB, PAN, PBB, dan PPP , juga dihadiri sejumlah tokoh ormas Islam yaitu NU, Muhammadiyah, MUI, Persis, Dewan Masjid Indonesia (DMII), Dewan Dakwah Indonesia, ICMI, dan Syariat Islam. Dari parpol Islam hadir Ketua MPP PAN Amien Rais, Bendum PKB Bachrudin Nasori, Presiden PKS Anis Matta, Wasekjen PKS Fahri Hamzah, bakal capres PKS Hidayat Nur Wahid, Ketua MUI Amidhan dan Wakil Ketum PPP Emron Pangkapi.(detik.news.Jumat, 18/04/2014 12:43 wib). Belum diketahui apa yang dihasilkan dari pertemuan tersebut, tetapi belakangan disebutkan pertemuan itu tidak dihadiri pentolan tokohnya yaitu Jusuf Kalla, Prof. Din Syamsudin dan Prof. Agil Siraj. Salah satu tokoh tersebut beralasan atas ketidakhadiranya dalam pertemuan. “Oh enggak datang. Ada acara,” kata Jusuf Kalla setelah mengisi kuliah umum di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tanggerang selatan. "Cita-cita itu kan (partai Islam). Tapi cita-cita juga kadang tidak mudah juga dilaksanakan. Karena masing-masing partai juga punya cara masing-masing yang tidak mudah," ujarnya. (detik.news.Jumat, 18/04/2014 12:43 wib).
Pada kesempatan lain, ketua umum PP Muhammadiyah Prof. Din syamsuddin menilai umat Islam sekarang sulit disatukan sudah terpecah belah berjalan sesuai masing-masing, "Setelah reformasi, partai-partai Islam tampil dengan jalan sendiri-sendiri," ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin."Dan juga belum bersifat substantif, misalnya merumuskan perekonomian dari perspektif Islam,". Dalam acara diskusi mengenai Perspektif Indonesia di Jakarta, (detik.news.Sabtu, 19/04/2014 13:37 wib). Pernyataan ketua umum Muhammadiyah Din Syamsuddin cukup beralasan. Pasalnya, semua parpol Islam punya kepentingan masing – masing dan jalan untuk mencapainya juga berbeda. Sehingga sulit untuk disatukan. PPP misalnya sudah dari awal memperlihatkan dukungannya ke pada partai Gerindra, dalam kampanye caleg beberapa waktu lalu ketua umum PPP Suryadharma Ali hadir dan mendukung penuh atas keputusan Gerindra untuk mencalonkan Prabowo sebagai calon presiden,bahkan sudah mendeklarasikan koalisi secara resmi yang langsung di sampaikan Suryadharma Ali di kantor DPP PPP, Jl. Diponegoro, Jakarta Pusat, Jum’at (18/4/2014). Walaupun belakangan terjadi pertentangan dari internalnya.
Adapun Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) masing bimbang, ini dibuktikan dengan belum ada satupun partai yang dianggap cocok sambil menunggu hasil keputusan perhitungan dari KPU, padahal capres PDI-P Jokowi sudah bertandang ke partai tersebut bahkan sudah bertemu dengan para petinggi partai. Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB Marwan Ja’far mengeluarkan pernyataan terkait rencana koalisi, "Apakah ini niatan tulus untuk membentuk negara lebih baik atau ini merupakan tendangan pisang untuk mendukung seorang capres tertentu," kata Marwan di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu 19 April 2014.(vivanews. Sabtu, 19 April 2014, 12:54 wib). Pernyatan ini seolah – olah memastikan bahwa PKB akan berkoalisi dengan partai yang berhaluan nasionalis. Sedangkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akhirnya menyerah dengan peraihan suara yang sangat jauh dari harapan (6,90%, Last Updated : Kamis, 10 April 2014 18:39, Sumber : Cyrus Network dan CSIS), semula diberbagai kesempatan sang ketua umum Anis Matta optimis partainya akan masuk tiga besar. Anggota Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid menyatakan bahwa partainya tidak pernah ragu-ragu dalam membentuk poros partai berbasis massa Islam. Ia menilai bahwa umat Islam mengharapkan ada capres dan cawapres dari partai Islam. "Kami di PKS tidak pernah ragu-ragu membuat poros itu (poros Islam). Bahwa nanti akan terselenggara atau tidak, nanti akan dilihat dan dibuktikan. Pertemuan-pertemuan sudah sejak lama," kata Hidayat dalam diskusi Polemik Sindo Trijaya 'Ragu-ragu Poros Baru' di Warung Daun, Cikini, Jakpus, Sabtu (19/4/2014), (detik.news.Sabtu, 19/04/2014 10:21 wib).
Partai Islam lainnya yaitu Partai Amanat Nasional (PAN) mempunyai pandangan yang berbeda sebagaimana yang disampaikan salah satu petinggi partai. Waketum PAN Drajad Wibowo mengaku bahwa saat ini adalah momentum yang tepat untuk pembentukan poros baru yang merupakan gabungan partai-partai berbasis umat Islam. Namun partainya tetap membuka peluang gabungan antara partai Islam dengan partai nasionalis. "Ada momentum yang bisa dikatakan, partai-partai Islam dan yang berbasis Islam suaranya lebih tinggi daripada sebelumnya. Momentum ini tidak akan kita sia-siakan atau manfaatkan? Banyak komunikasi sebelumnya, kenapa kita tidak kumpul-kumpul dulu bahas apa yang akan kita lakukan," kata Drajad dalam Diskusi Polemik Sindo Trijaya 'Ragu-ragu Poros Baru' di Warung Daun, Cikini, Jakpus, Sabtu (19/4/2014), (detik.news.Sabtu, 19/04/2014 10:55 wib).
Akankah koalisi memberikan dampak bagi umat ini ? Sementara pasca pileg mereka seolah meninggalkan umat. Umat tidak pernah di didik dengan politik yang benar. Malahan disuguhi sikap pragmatis dan perpecahan di antara mereka. Jika Parpol Islam berkoalisi hanya untuk mendapat jatah kursi. Maka siap-siaplah ini menjadi koalisi yang ilusi. Karena hanya mencari jabatan dan sensasi.
Padahal makna politik dalam Islam sesungguhnya adalah mengurusi urusan umat. Pengurusan itu dengan syariah Islam. Bukan malah parpol Islam hanya fokus pada koalisi. Sementara hakikat keberadaan parpol Islam adalah mendidik umat dan mengajak mereka untuk menerapkan Syariah. Apa guna mereka dipilih? Sementara mereka tidak lagi berjuang untuk Islam dan umatnya? Penyebab pengabaian umat oleh parpol Islam ini akibat dari mereka meninggalkan Islam sebagai ideologi. Islam tidak lagi dijadikan visi-misi perjuangan. Demokrasi menjebak parpol Islam dalam ilusi perjuangan. Maka dibutuhkan Parpol ideologis yang betul-betul fokus pada perjuangan umat.
Mendudukan Parpol Islam
Munculnya keinginan adanya koalisi parpol Islam, sebenarnya tidak lepas dari hasil suara kecil yang mereka peroleh berdasarkan hitung cepat. Walaupun hasil resmi menunggu pengumuman dari KPU, tetapi berdasarkan pengalaman- pengalaman sebelumnya tidak jauh berbeda. Hal ini sangat berpengaruh dengan posisi mereka di kabinet yang akan terbentuk pasca pemilu capres/ cawapres di gelar. Karena kalau memilih posisi oposisi tentu tidak dapat jatah kursi di kabinet ditambah lagi perwakilan di Senayan yang minim. Maka partaipun akan sulit menjalani hari-harinya. Mau tidak mau pilihan yang sulit ini harus mereka nikmati. Sebenarnya dari rangkaian peristiwa itu sudah cukup membuktikan bahwa sistem demokrasi yang sudah dijalankan dan dikuti selama ini adalah sebuah sistem yang rusak dan merusak yang tidak akan melahirkan kesejahteraan dan keadilan.
Parpol Islam ada hakikatnya adalah terbentuk dalam rangka melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar sebagaimana dalam firman- Nya :
﴿وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104).
Imam ath-Thabari dalam tafsirnya Jâmi’ al-Bayân fî Ta’wîl al-Qur’ân menjelaskan, “Yakni Allah SWT berfirman, hendaklah ada di antara kamu, hai kaum Mukminin, segolongan umat yakni jamaah yang menyeru manusia kepada kebajikan (al-khayr) yakni kepada Islam dan syariahnya.” Untuk itu parpol Islam mesti menjadikan akidah Islam sebagai asas. Bukan hanya formalistik tercantum dalam Anggaran Dasar, tetapi juga secara riil tercermin dalam visi dan misinya; tujuan dan target yang disusun; ide, gagasan dan konsepnya; seruan dan slogan; sikap dan kebijakan; ikatan antar anggota dan kadernya; perilaku para pejabat, politisi dan kadernya; serta semua hal yang berkaitan dan keluar dari parpol tersebut.
Selain itu, kejelasan pemikiran dan peta jalan untuk melakukan perubahanpun sudah seharusnya dimiliki oleh partai Islam. Kemudian disosialisasikan ke tengah masyarakat. Partai Islam seharusnya beraktivitas ditengah umat untuk menjadi mata dan telinga umat, hadir di tengah umat untuk memperjuangkan hak-hak umat, bukan partai pragmatis yang hanya memikirkan banyaknya perolehan suara, berapa banyak kursi legislatif yang dikuasai namun nihil dalam perubahan perbaikan kondisi masyarakat.
Maka saatnya partai Islam segera mengambil Islam sebagai ideologi perjuangan. Dalam rangka memperjuangkan syariah dan khilafah. Buang jauh-jauh demokrasi yang menjadikan perjuangan ilusi. Insya Allah datangnya kemenangan tinggal masalah waktu dan proses, sebab Allah telah berjanji, Islam akan dimenangkan atas semua agama, sistem dan ideologi. Wallâh a’lam bi ash-shawâb. [Rudini (Lajnah Siyasiyah HTI Surabaya)]
Pesta demokrasi begitu mahal. Pesta lima tahun dengan tujuan mencari wakil-wakil rakyat dan pemimpin negeri yang mayoritas penduduknya adalah umat Islam. Ada banyak parpol yang berbasis massa Islam (PPP, PKB, PBB, PAN, dan PKS) yang ikut menyukseskan pesta demokrasi. Berdasar hitungan cepat yang beredar hampir tidak ada mencapai target suara, hanya PKB yang mendekati perolehan suara 10%. Muncul pertanyaan besar dan desakkan dari umat Islam ”apa yang akan dilakukan parpol Islam menghadapi kenyataan pahit ini ?”. Wajar pertanyaan ini muncul ditengah – tengah harapan besar umat Islam agar kehidupan menjadi lebih baik.
Koalisi yang Ilusi
Beberapa hari terakhir hampir semua media massa nasional menanyangkan sejumah parpol Islam akan membentuk koalisi baru. Tujuannya mengusung sendiri capres dan cawapres yang akan bertarung pada pilper. Hal itu dibuktikan dengan pertemuan di kediaman pengusaha Hasyim Ning, di Cikini, Jakpus. Selain dihadiri lima perwakilan parpol Islam yaitu PKS, PKB, PAN, PBB, dan PPP , juga dihadiri sejumlah tokoh ormas Islam yaitu NU, Muhammadiyah, MUI, Persis, Dewan Masjid Indonesia (DMII), Dewan Dakwah Indonesia, ICMI, dan Syariat Islam. Dari parpol Islam hadir Ketua MPP PAN Amien Rais, Bendum PKB Bachrudin Nasori, Presiden PKS Anis Matta, Wasekjen PKS Fahri Hamzah, bakal capres PKS Hidayat Nur Wahid, Ketua MUI Amidhan dan Wakil Ketum PPP Emron Pangkapi.(detik.news.Jumat, 18/04/2014 12:43 wib). Belum diketahui apa yang dihasilkan dari pertemuan tersebut, tetapi belakangan disebutkan pertemuan itu tidak dihadiri pentolan tokohnya yaitu Jusuf Kalla, Prof. Din Syamsudin dan Prof. Agil Siraj. Salah satu tokoh tersebut beralasan atas ketidakhadiranya dalam pertemuan. “Oh enggak datang. Ada acara,” kata Jusuf Kalla setelah mengisi kuliah umum di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tanggerang selatan. "Cita-cita itu kan (partai Islam). Tapi cita-cita juga kadang tidak mudah juga dilaksanakan. Karena masing-masing partai juga punya cara masing-masing yang tidak mudah," ujarnya. (detik.news.Jumat, 18/04/2014 12:43 wib).
Pada kesempatan lain, ketua umum PP Muhammadiyah Prof. Din syamsuddin menilai umat Islam sekarang sulit disatukan sudah terpecah belah berjalan sesuai masing-masing, "Setelah reformasi, partai-partai Islam tampil dengan jalan sendiri-sendiri," ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin."Dan juga belum bersifat substantif, misalnya merumuskan perekonomian dari perspektif Islam,". Dalam acara diskusi mengenai Perspektif Indonesia di Jakarta, (detik.news.Sabtu, 19/04/2014 13:37 wib). Pernyataan ketua umum Muhammadiyah Din Syamsuddin cukup beralasan. Pasalnya, semua parpol Islam punya kepentingan masing – masing dan jalan untuk mencapainya juga berbeda. Sehingga sulit untuk disatukan. PPP misalnya sudah dari awal memperlihatkan dukungannya ke pada partai Gerindra, dalam kampanye caleg beberapa waktu lalu ketua umum PPP Suryadharma Ali hadir dan mendukung penuh atas keputusan Gerindra untuk mencalonkan Prabowo sebagai calon presiden,bahkan sudah mendeklarasikan koalisi secara resmi yang langsung di sampaikan Suryadharma Ali di kantor DPP PPP, Jl. Diponegoro, Jakarta Pusat, Jum’at (18/4/2014). Walaupun belakangan terjadi pertentangan dari internalnya.
Adapun Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) masing bimbang, ini dibuktikan dengan belum ada satupun partai yang dianggap cocok sambil menunggu hasil keputusan perhitungan dari KPU, padahal capres PDI-P Jokowi sudah bertandang ke partai tersebut bahkan sudah bertemu dengan para petinggi partai. Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB Marwan Ja’far mengeluarkan pernyataan terkait rencana koalisi, "Apakah ini niatan tulus untuk membentuk negara lebih baik atau ini merupakan tendangan pisang untuk mendukung seorang capres tertentu," kata Marwan di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu 19 April 2014.(vivanews. Sabtu, 19 April 2014, 12:54 wib). Pernyatan ini seolah – olah memastikan bahwa PKB akan berkoalisi dengan partai yang berhaluan nasionalis. Sedangkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akhirnya menyerah dengan peraihan suara yang sangat jauh dari harapan (6,90%, Last Updated : Kamis, 10 April 2014 18:39, Sumber : Cyrus Network dan CSIS), semula diberbagai kesempatan sang ketua umum Anis Matta optimis partainya akan masuk tiga besar. Anggota Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid menyatakan bahwa partainya tidak pernah ragu-ragu dalam membentuk poros partai berbasis massa Islam. Ia menilai bahwa umat Islam mengharapkan ada capres dan cawapres dari partai Islam. "Kami di PKS tidak pernah ragu-ragu membuat poros itu (poros Islam). Bahwa nanti akan terselenggara atau tidak, nanti akan dilihat dan dibuktikan. Pertemuan-pertemuan sudah sejak lama," kata Hidayat dalam diskusi Polemik Sindo Trijaya 'Ragu-ragu Poros Baru' di Warung Daun, Cikini, Jakpus, Sabtu (19/4/2014), (detik.news.Sabtu, 19/04/2014 10:21 wib).
Partai Islam lainnya yaitu Partai Amanat Nasional (PAN) mempunyai pandangan yang berbeda sebagaimana yang disampaikan salah satu petinggi partai. Waketum PAN Drajad Wibowo mengaku bahwa saat ini adalah momentum yang tepat untuk pembentukan poros baru yang merupakan gabungan partai-partai berbasis umat Islam. Namun partainya tetap membuka peluang gabungan antara partai Islam dengan partai nasionalis. "Ada momentum yang bisa dikatakan, partai-partai Islam dan yang berbasis Islam suaranya lebih tinggi daripada sebelumnya. Momentum ini tidak akan kita sia-siakan atau manfaatkan? Banyak komunikasi sebelumnya, kenapa kita tidak kumpul-kumpul dulu bahas apa yang akan kita lakukan," kata Drajad dalam Diskusi Polemik Sindo Trijaya 'Ragu-ragu Poros Baru' di Warung Daun, Cikini, Jakpus, Sabtu (19/4/2014), (detik.news.Sabtu, 19/04/2014 10:55 wib).
Akankah koalisi memberikan dampak bagi umat ini ? Sementara pasca pileg mereka seolah meninggalkan umat. Umat tidak pernah di didik dengan politik yang benar. Malahan disuguhi sikap pragmatis dan perpecahan di antara mereka. Jika Parpol Islam berkoalisi hanya untuk mendapat jatah kursi. Maka siap-siaplah ini menjadi koalisi yang ilusi. Karena hanya mencari jabatan dan sensasi.
Padahal makna politik dalam Islam sesungguhnya adalah mengurusi urusan umat. Pengurusan itu dengan syariah Islam. Bukan malah parpol Islam hanya fokus pada koalisi. Sementara hakikat keberadaan parpol Islam adalah mendidik umat dan mengajak mereka untuk menerapkan Syariah. Apa guna mereka dipilih? Sementara mereka tidak lagi berjuang untuk Islam dan umatnya? Penyebab pengabaian umat oleh parpol Islam ini akibat dari mereka meninggalkan Islam sebagai ideologi. Islam tidak lagi dijadikan visi-misi perjuangan. Demokrasi menjebak parpol Islam dalam ilusi perjuangan. Maka dibutuhkan Parpol ideologis yang betul-betul fokus pada perjuangan umat.
Mendudukan Parpol Islam
Munculnya keinginan adanya koalisi parpol Islam, sebenarnya tidak lepas dari hasil suara kecil yang mereka peroleh berdasarkan hitung cepat. Walaupun hasil resmi menunggu pengumuman dari KPU, tetapi berdasarkan pengalaman- pengalaman sebelumnya tidak jauh berbeda. Hal ini sangat berpengaruh dengan posisi mereka di kabinet yang akan terbentuk pasca pemilu capres/ cawapres di gelar. Karena kalau memilih posisi oposisi tentu tidak dapat jatah kursi di kabinet ditambah lagi perwakilan di Senayan yang minim. Maka partaipun akan sulit menjalani hari-harinya. Mau tidak mau pilihan yang sulit ini harus mereka nikmati. Sebenarnya dari rangkaian peristiwa itu sudah cukup membuktikan bahwa sistem demokrasi yang sudah dijalankan dan dikuti selama ini adalah sebuah sistem yang rusak dan merusak yang tidak akan melahirkan kesejahteraan dan keadilan.
Parpol Islam ada hakikatnya adalah terbentuk dalam rangka melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar sebagaimana dalam firman- Nya :
﴿وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104).
Imam ath-Thabari dalam tafsirnya Jâmi’ al-Bayân fî Ta’wîl al-Qur’ân menjelaskan, “Yakni Allah SWT berfirman, hendaklah ada di antara kamu, hai kaum Mukminin, segolongan umat yakni jamaah yang menyeru manusia kepada kebajikan (al-khayr) yakni kepada Islam dan syariahnya.” Untuk itu parpol Islam mesti menjadikan akidah Islam sebagai asas. Bukan hanya formalistik tercantum dalam Anggaran Dasar, tetapi juga secara riil tercermin dalam visi dan misinya; tujuan dan target yang disusun; ide, gagasan dan konsepnya; seruan dan slogan; sikap dan kebijakan; ikatan antar anggota dan kadernya; perilaku para pejabat, politisi dan kadernya; serta semua hal yang berkaitan dan keluar dari parpol tersebut.
Selain itu, kejelasan pemikiran dan peta jalan untuk melakukan perubahanpun sudah seharusnya dimiliki oleh partai Islam. Kemudian disosialisasikan ke tengah masyarakat. Partai Islam seharusnya beraktivitas ditengah umat untuk menjadi mata dan telinga umat, hadir di tengah umat untuk memperjuangkan hak-hak umat, bukan partai pragmatis yang hanya memikirkan banyaknya perolehan suara, berapa banyak kursi legislatif yang dikuasai namun nihil dalam perubahan perbaikan kondisi masyarakat.
Maka saatnya partai Islam segera mengambil Islam sebagai ideologi perjuangan. Dalam rangka memperjuangkan syariah dan khilafah. Buang jauh-jauh demokrasi yang menjadikan perjuangan ilusi. Insya Allah datangnya kemenangan tinggal masalah waktu dan proses, sebab Allah telah berjanji, Islam akan dimenangkan atas semua agama, sistem dan ideologi. Wallâh a’lam bi ash-shawâb. [Rudini (Lajnah Siyasiyah HTI Surabaya)]
Posting Komentar untuk "Koalisi yang Ilusi ?"