Akhir Buruk Pecinta Sejenis di Zaman Ibnul Qayyim Al-Jauziyah


Belakangan ini isu lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) di Indonesia cukup mengkhawatirkan. Para pelaku dan pendukung LGBT semakin terbuka menunjukkan identitasnya di ruang publik. Kini, melalui media sosial mereka tak lagi malu untuk mengkampanyekan tentang aktivitas dan kegiatan mereka.

Fenomena ini tentu sangat berpengaruh pada perkembangan kejiwaan generasi muda. Pengaruh ini sngat rawan menyasar para remaja yang sedang menganjak dewasa. Lebih-lebih ketika anak-anak saat ini yang jauh dari pengawasan orang tua. Ditambah lagi dengan banyaknya media televisi saat ini menampilkan figur-figur yang mengekspresikan dirinya seperti kalangan LGBT

Bahkan baru-baru ini, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Seksi Religi, Spritualitas dan Psikiatri (RSP) PDSKJI, merilis pernyataan sikap yang mengatakan, para pelaku lesbian, homoseksual, biseksual dan transgender (LGBT), masuk orang yang memiliki masalah kejiwaan (ODMK).

Besarnya dampak kejiwaan dalam masalah ini, tidak hanya terjadi pada masa sekarang ini. Bahkan pada masa ulama terdahulu fenomena seperti ini telah melanda pada sebagian generasi muda saat itu. Walaupun mereka tidak berani menunjukkan jati dirinya di hadapan umum.

Dalam kitab Al-Jawab Al-Kaafi pada halaman 191, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menukil sebuah kisah yang cukup memprihatinkan yang menimpa generasi muda pada masa itu, dahsyatnya pengaruh LGBT bagi kejiwaan manusia bisa kita rasakan lewat penuturan beliau.

Secara lengkap beliau berkisah, “Dahulu ada seorang lelaki yang terpikat dengan seorang pemuda yang bernama Aslam. Ia menyimpan kecintaan kepadanya dalam lubuk hatinya. Adapun Aslam menolak dan lari dari lelaki itu sehingga lelaki itu sakit dan terus berada di atas tempat tidur.

Lalu, datanglah orang-orang yang menjadi perantara dan mereka berjanji bahwa pemuda yang bernama Aslam akan datang menjenguknya, kemudian lelaki itu merasa sangat senang dan hilanglah kesedihan serta rasa sakitnya.

Ketika ia berada dalam keadaan senang menunggu (kedatangan) Aslam, datanglah kepadanya perantara yang kedua untuk mengabarkan bahwa Aslam datang dan pulang melalui jalan lain sehingga tidak mungkin ia datang untuk menemuimu.

Maka saat lelaki itu mendengar hal yang menyakitkan tersebut, kesedihan menyelimutinya dan sakitnya menjadi parah. Maka, tampaklah tanda-tanda kematian dalam dirinya. Kemudian ia menyanyi memanggil pemuda yang bernama Aslam,

أَسْلَمُ يَارَاحَةَ الْعَلِيْلِ

وَيَا شِفَاءَ الْمُدْنِفِ النَّحِيْلِ

رِضَاكَ أَشْهَى إِلَى فُؤَادِيْ

مِنْ رَحْمَةِ الْخَالِقِ الْجَلِيْلِ

Wahai Aslam, engkaulah sang pelipur lara

Wahai engkau obat bagi orang yang menderita sakit keras yang lagi kurus…

Keridhaanmu lebih diinginkan oleh hatiku…

Daripada rahmat Sang Pencipta yang Mahamulia….

Setelah itu ada orang yang berkata kepada lelaki tersebut, “Bertakwalah Engkau kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala!” Ia menjawab, “Sungguh (keinginanku pada Aslam) masih ada.” Kemudian ia pun mati.

Kita berlindung kepada Allah SWT dari su’ul khatimah (akhir kematian yang buruk) seperti ini. Dan kita pun memohon semoga keluarga kita dapat terhidar dari pengaruh kejiwaan seperti ini.

Jika pada masa Ibnul Qayyim saja—dimana belum ada teknologi secanggih sekarang—bisa mempengaruhi jiwa manusia setingkat itu, lantas bagaimana dampak LGBT pada kondisi sekarang ini? Na’udzubilah min dzalik! Semoga Allah melindungi kita semua dari pengaruh tersebut.

Penulis: Fahrudin
Sumber : Kiblat.Net

Posting Komentar untuk "Akhir Buruk Pecinta Sejenis di Zaman Ibnul Qayyim Al-Jauziyah"