Di Bawah Kalimat Syahadat, Runtulah Tembok Takut


Oleh : Umar Syarifudin 
(Lajnah Siyasiyah DPD HTI Kota Kediri)

Apakah yang telah diperbuat rejim demokrasi terhadap kita? Allah memberikan karunia yang melimpah ruah kepada kita dalam bentuk sumber daya, kekuatan materi dan umat Islam yang mulia dan gagah berani. Tidakkah kita melihat bagaimana para penguasa berkolusi dengan tuan mereka (Amerika) dalam koordinasi untuk mengambil harta kaum Muslimin di seluruh penjuru negeri melalui UU liberal, serta menjauhkan umat dari kebangkitan Islam dan umat Islam.

Sampai ke – 71 tahun kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, demokrasi liberal-lah yang jelas-jelas menggerogoti negeri, sebagian kalangan malah menuding kebangkitan Islam sebagai biang keladi. Umat mengalirkan sungai darah dari luka-luka menganga yang disebabkan oleh para penguasa itu dan tuan-tuannya. Pada saat yang sama, para penguasa menciptakan solusi-solusi : pendidikan, ekonomi, aturan militer, kedaulatan hukum dan lain-lain. Padahal masalahnya adalah para penguasa itu sendiri dan tuan-tuan Barat dengan mengadopsi cara-cara sekuler.

Demokrasi harus kita campakkan. Kita wajib mengambil kitabullah dan sunnah rasul-Nya serta apa yang ditunjukkan oleh keduanya sebagai sistem pemerintahan menggantikan demokrasi. Sebab Islam tegak di atas akidah yang sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan memenuhi hati dengan ketenteraman, serta sesuai dengan realita manusia sebab Islam itu berasal dari Sang Pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan.

Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Jika mereka melakukan hal itu maka mereka telah memelihara darah dan harta mereka dariku kecuali (mereka melakukan kesalahan yang boleh dihukum) menurut ketentuan Islam dan perhitungan amal mereka terserah pada Allah (HR al-Bukhari dan Muslim).

Jika seseorang sudah bersyahadat maka darah dan hartanya terpelihara, tidak boleh dilanggar oleh siapapun; illâ bihaqqi al-islâm atau illâ bihaqqihâ, yaitu kecuali karena orang itu melakukan perbuatan yang menurut ketentuan Islam harus dikenai sanksi. Ini pula yang dijadikan argumentasi oleh Abu Bakar ketika memutuskan memerangi kaum yang tidak mau membayar zakat seperti dijelaskan di dalam Shahihayn, yaitu karena zakat itu adalah haq al-islâm dalam bentuk haq al-mâl. Karena itu, ketika mereka menolak kewajiban zakat itu dan mereka sudah dinasihati, diperingatkan dan diminta tobat, namun mereka justru membangkang dengan kekuatan, maka Abu Bakar ra. memutuskan mereka harus diperangi.

Jika manusia diseru kepada Allah dan rasul-Nya agar memutuskan perkara diantara mereka, maka mestinya niscaya tidak seorang mukminpun yang tertinggal darinya dan tidak menyambutnya sebab Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan.” “Kami mendengar dan kami patuh.” (TQS an-Nur [24]: 31)

Kita akan terus menyaksikan penghancuran oleh tangan-tangan rejim kapitalis selama kita tetap hidup tanpa Khilafah, siapapun penguasa di dalam sistem sekarang ini. Kita akan terus menyaksikan penghancuran negeri kita sebab sistem ini adalah sistem penjajah. 

Harus diyakini bahwa menerapkan Islam secara praktis para tataran realitas bukanlah perkara mustahil dan bukan merupakan suatu bentuk khayalan. Sebab Allah SWT telah memerintahkan hal itu dan Allah SWT tidak akan memerintahkan sesuatu yang kita tidak mampu dan Allah tidak membebankan sesuatu yang tidak sanggup kita usung.

Sehingga bagi siapapun yang telah memutuskan diri untuk menjadi pengemban dakwah, yang menyerukan tegaknya agama Allah, maka ia harus mengerti dasar-dasar dakwah, dan dasar-dasar amar makruf nahi munkar. Dasar-dasar tersebut haruslah diambil dari al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Dalam berdakwah harus konsisten mengikuti thariqah (metode) Rasulullah dalam mengemban dakwah, dan sedikit pun jangan sampai menyimpang darinya, karena metode itu wahyu dari Allah SWT. Metode itu telah menuntut untuk terus mendalami akidah Islam dan hukumnya; berinteraksi bersama masyarakat dengan melakukan pergolakan pemikiran, perjuangan politik, mencari dukungan untuk mendapatkan mandat kekuasaan, dan menegakkan hukum Allah dengan terlebih dahulu mendirikan Daulah Islam.

Marilah kita senantiasa menyampaikan dan berjalan di dalam kebenaran, tidak takut sedikitpun di jalan Allah terhadap fitnah dari para pendengki.  Terus beraktivitas tanpa kenal lelah dan tidak pernah bersikap lemah di jalan dakwah. Sabaran dan kuat di jalan dakwah,  menentang orang-orang zalim hingga Allah SWT mewafatkan kita.

“Perumpamaan orang mukmin adalah seperti tanaman yang selalu digoyang oleh angin. Dan orang mukmin senantiasa ditimpa ujian dan cobaan. Sementara, perumpamaan orang munafik adalah seperti pohon Arzi yang tidak digoyang sampai dipanen.” (HR. Muslim) [VM]

Posting Komentar untuk "Di Bawah Kalimat Syahadat, Runtulah Tembok Takut"