Hubungan Gelap Indonesia-Israel


Oleh : Umar Syarifudin 
(Syabab Hizbut Tahrir Indonesia)

Skenario untuk menceraiberaikan Papua dari bumi Islam, bumi nusantara tensinya meninggi. Kehebohan terjadi lagi Sabtu (14/05/2016) saat ribuan warga di sana pawai jalan kaki sambil mengibarkan bendera Negara zionis Israel di jalanan tepatnya depan Mako Brimob Abepura, Papua. Selain AS, Israel juga bermain dalam proses disintegrasi Papua, serta ingin menunjukkan eksistensi intervensinya di Papua.

Secara kilas balik, pada Maret lalu Presiden Joko Widodo dihadapan KTT Organisasai Konferensi Islam di Jakarta menyerukan pemboikotan barang-barang Israel tetapi kemudian dikoreksi juru bicara Istana bahwa presiden menyerukan pemboikotan kebijakan Israel bukan barang-barang Israel Kemudian Deputi Menlu Israel Tzipi Hotovely pada 15 Maret 2015 menyatakan ada diplomasi rahasia antara Indonesia dan Israel.

Israel selama ini menggunakan “diplomasi media”, budaya dan pariwisata. Israel banyak mengundang wartawan dan tokoh-tokoh Indonesia ke Israel dengan kedok jurnalisme, budaya dan promosi pariwisata. Tanggal 28 Maret 2016, PM Israel Benyamin Netanyahu menerima kunjungan delegasi wartawan Indonesia. Mereka adalah Heri Trianto (Bisnis Indonesia), Abdul Rokhim (Jawa Pos), Yustinus Tomi Aryanto (Tempo), James Luhulima (Kompas) dan Margareta (MetroTV). Kunjungan itu atas undangan dan inisiatif dari Kementerian Luar Negeri Israel.

Israel secara cerdik memanfaatkan wartawan dari negara Muslim terbesar sebagai alat diplomasi. Pertemuan itu memang tak bisa lantas membuka hubungan diplomatik Indonesia-Israel. Namun bagi Israel, kehadiran wartawan Indonesia di Israel merupakan sebuah kemenangan diplomasi.

Menegaskan kembali, meski tidak punya hubungan diplomatik, Israel dan Indonesia menjalin kontak rahasia. Hal itu diungkap Wakil Menteri Luar Negeri Israel, Tzipi Hotovely. Wakil Menlu Israel itu bahkan membeberkan, ada kunjungan rahasia oleh pejabat Israel baru-baru ini ke Indonesia yang merupakan negara dengan mayoritas berpenduduk Muslim. Kunjungan rahasia itu, kata Hotovely, sebagai upaya untuk mengatur kunjungan Menlu Indonesia, Retno LP Marsudi Maret lalu ke Israel. 

”Ada kontak rahasia dengan Indonesia, meski kita tidak memiliki hubungan diplomatik, dan ada pemahaman yang kasar dan rusak, jadi kami menutup jalan masuk,” kata Hotovely, seperti dikutip Times of Israel, Rabu (16/3/2016). Berikut latar belakang hubungan Israel- Indonesia :

a. Tahun 1993 PM Israel Yitzhak Rabin beremu Presiden Soeharto dengan difasilitasi Jendral TNI Benny Murdani.
b. Tahun 1994 Ketua Umum PB NU Abdulrrahman Wahid mengunjungi Israel.
c. Tahun 2000 Ditandatangani Kerjasama asuransi kredit ekspor antara PT Auransi Jassindo dengan Assure Limited Of Israel untuk memberi asurasi kredit ekspor baik kepada perusahaan Israel maupun Indonesia, di antaranya Bakrie Group.
d. Perdagangan antara Indonesia-Israel saat ini bernilai sekitar USD 400-500 juta per tahun. Indonesia mengekspor komoditas dan mengimpor barang2 teknologi tinggi dari Isarel.
e. Tahun 2002 didirikan Indonesia-Israel Public Affairs Committee (IIPAC) dan sudah memiliki 4,450 anggota serta telah membentuk business lobby.Pembentukan IIPAC dibantu seorang Indonesia keturunan Yahudi, Benyamin Ketang yang belajar di Israel dengan beasiswa dari Presiden Abdurahman Wahid,Benyamin pada saat itu adalah warga Nahdatul Ulama (NU) dan adalah anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesoia (PMII).
f. Kunjungan Menteri Ekonomi Israel Naftalli Bennett ke Konferensi World Trade Organization (WTO) di Balit Tahun 2013 dan telah membuat kesepakatan perdagangan dengan pejabat-pejabat Indonesia.
g. Kunjungan rahasia (secret visit) para pejabat Indonesia ke Knesset (Parlemen Israel) di tahun 2014. Saatnya pemerintah menjelaskan perbedaan antara sikap Kementerian Luar Negeri RI yang tegas menyatakan bahwa pidato Presiden memang menyerukan "memboikot Produk Israel" bukan "memboikot kebijakan Israel" yang disampaikan Juru Bicara Presiden, yang membingungkan. 

Menegaskan bahwa status Israel adalah muhariban fi’lan, yang nyata-nyata memerangi kaum Muslim. Bahasa yang dapat diterima Israel bukanlah perdamaian namun peperangan. Karena itu haru s ada kekuatan untuk menghancurkan Israel, yakni Khilafah.”Membuka hubungan diplomatik dengan Israel adalah haram, karena hal itu berarti melegitimasi keberadaan Israel sebagai penjajah.

Hubungan dagang Indonesia-Israel ini harus diwaspadai. Pasalnya, hubungan dagang antarnegara adalah hubungan yang paling tradisional dalam interaksi antarnegara. Hubungan dagang ini bisa saja ditingkatkan formalitasnya dengan membuka perwakilan dagang atau konsulat. Dalam hukum diplomatik internasional, keberadaan konsulat atau konsuler lebih dulu ada dibandingkan dengan keberadaan perwakilan diplomatik atau kedutaan.

Dalam konteks Islam, ketika entitas penjajah eksis di atas wilayah Islami yang diduduki, maka tidak boleh mengikat perjanjian damai dengannya baik permanen atau temporer. Terhadapnya tidak diberlakukan hubungan diplomatik semisal perjanjian Hudaibiyah dengan Quraisy, sebab faktanya berbeda. Quraisy itu entitasnya tegak di wilayah milik Quraisy yang belum ditaklukkan oleh kaum Muslimin. 

Sedangkan negara Yahudi, Negara yang berdiri di atas bumi Islam bumi kaumk muslim, yakni Palestina faktanya berbeda, sehingga tidak diterapkan atas entitas ini perjanjian Hudaibiyah. Wajib atasnya diteruskan kondisi perang riil, baik di sana ada gencatan senjata yang dibuat oleh para penguasa yang tidak syar’iy di negeri-negeri kaum Muslimin ataukah tidak. Hal itu hingga entitas perampas itu dilenyapkan dan wilayah yang dirampasnya dikembalikan kepada pemiliknya.

...dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (TQS al-Baqarah [2]: 191)

Terhadap negara-negara yang melakukan gencatan senjata dengan entitas Yahudi perampas, berarti pengakuan terhadapnya, yaitu pemberian konsesi kepadanya atas wilayah yang dirampasnya. Ini secara syar’iy tidak boleh, dan merupakan kejahatan besar yang dosanya akan memberatkan orang yang melakukannya. [VM]

Posting Komentar untuk "Hubungan Gelap Indonesia-Israel"