Khilafah Rosyidah Tinggal Selangkah


Umar Syarifudin 
(Lajnah Siyasiyah DPD HTI Kota Kediri)

Berbagai kajian terhadap kondisi masyarakat di negara-negara demokrasi mengungkapkan adanya masyarakat yang dijerat berbagai masalah, yang didominasi oleh ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah. Di titik yang sama, segelintir pendukung demokrasi sangat bangga dengan menyatakan bahwa dalam demokrasi setiap keputusan yang diambil adalah suara mayoritas rakyat. Namun, kenyataannya tidaklah begitu. Tetap saja keputusan diambil oleh selompok orang yang berkuasa, yang memiliki modal besar, kelompok berpengaruh dari keluarga bangsawan, atau dari militer.

Dalam sistem kapitalis, kekuatan pemilik modal menjadi faktor yang sangat penting dalam pengambilan keputusan, bukan rakyat secara keseluruhan. Merekalah yang banyak mempengaruhi pengambilan keputusan di parlemen atau pemerintahan. Ini tidak aneh, karena dalam sistem kapitalis, calon anggota parlemen haruslah memiliki modal yang besar untuk mencalonkan diri. Karena itu, kalau dia sendiri bukan pengusaha kaya, dia akan dicalonkan atau disponsori oleh para pengusaha kaya, sehingga politik uang sangat sering terjadi. Bisa disebut hampir mustahil, kalau ada orang bisa mencalonkan diri menjadi presiden atau anggota parlemen kalau tidak memiliki modal.

Banyak penganut sekularisme memandang bahwa demokrasi akan membawa kesejahteraan bagi dunia. Hal ini sering dipropagandakan oleh negara-negara Barat kepada Dunia Ketiga supaya mereka mau dan setia menerapkan sistem demokrasi. Namun, apa kenyataannya? Sistem demokrasi yang dipraktekkan oleh negara-negara kapitalis hanyalah memakmurkan dunia Barat saja atau negara-negara boneka Barat yang menjadi agen kapitalisme Barat seperti Jepang dan Singapura. Sebaliknya, Dunia Ketiga tetap saja menderita. Lihat saja, saat dunia dipimpin dan dikendalikan oleh negara-negara kapitalis penjajah, Dunia Ketiga semakin tidak sejahtera. Badan pangan dunia (FAO), dalam World Food Summit pada 2002, menyatakan bahwa 817 juta penduduk dunia terancam kelaparan, dan setiap 2 detik satu orang meninggal dunia akibat kelaparan. 

Para tiran demokrasi lupa bahwa kezaliman dan penindasan akan melahirkan perlawanan, masyarakat muslim (khususnya) makin sadar bahwa tiran itu pasti akan berakhir dan dilindas zaman. Tunisia meletus oleh gerakan rakyat yang cepat. Diikuti oleh Yaman dan Yordania. Selanjutnya Mesir, disusul Suriah. Indonesia seolah tenang, sebenarnya memendam kemarahan terhadap demokrasi jauh lebih dahsyat. Tampak bahwa perjuangan umat pasti datang. Semua itu terjadi sementara itu penguasa dan tuan-tuan Barat tidak memperhatikan, tidak mengambil pelajaran, bahkan tidak berpikir. Mereka mencari solusi dengan semakin mengebiri hak-hak umat.

Para penguasa demokrasi dimanapun, memiliki mata tetapi tidak digunakan untuk melihat. Mereka memiliki telinga tetapi tidak digunakan untuk mendengar. Mereka memiliki hati tetapi tidak digunakan untuk memikirkan. Bagaimana mereka merampas hak-hak dan kemuliaan masyarakat dan mengelabuhi masyarakat diam saja. Sebagaimana mereka mendesakralisasi Islam, dan memplokamirkan bahwa penerapan syariah melalui institusi syar’i khilafah sebagai ancaman, sementara mereka menginginkan kaum muslim diam. Mereka loyal kepada kaum kafir imperialis dan menginginkan umat Rasulullah Saw. tidak protes.

Para pemimpin rezim demokrasi di negeri manapun ingin mengelabuhi rakyatnya. Mereka menggambarkan masalahnya ada di oknum pemerintahan, padahal mereka mengetahuinya – sumber masalahnya justru pada penerapan demokrasi itu sendiri. Semua rejim demokrasi menggambarkan bahwa masalahnya ada di partai berkuasa. Padahal mereka sangat paham bahwa partai tersebut menjadi pusaran yang kuat berkumpulnya orang-orang bayaran yang melihat bahwa di dalam partai berkuasa ada peluang besar untuk memakan harta masyarakat dengan cara yang batil, dan terdapat lahan subur bagi korupsi dan suap. Mereka berlomba-lomba mengerubuti kekuasaan untuk memburu manfaat yang haram. Dan rakyat melihat saat mereka sudah di seputar kekuasaan, mereka bercerai berai tidak memperhatikan nasib rakyat. Kini kita juga mencermati pemerintah, partai dan  para aktivisnya, tidak berpengaruh ketika masyarakat berteriak atas kezaliman akibat penerapan UU liberal.

Mari kita sadar atas tipu muslihat rezim sehingga menyibukan kita dengan masalah-masalah kecil dan melupakan bahwa sumber penyakitnya adalah sistem demokrasi itu sendiri dan bahwa loyalitas penguasa kepada Amerika berarti membawa kehancuran. 

Dua dekade terakhir, jalan-jalan di berbagai Ibukota di seluruh dunia akrab dengan protes masif masyarakat terhadap kezaliman dan tirani penguasa Kapitalis. Para Penguasa demokrasi telah mengurusi masyarakat menggunakan paksaan dan kekangan, membungkam mulut-mulut, memasukkan kengerian di hati masyarakat melalui aksi penangkapan dan penyiksaan di dalam penjara yang menyebabkan kebinasaan dan kematian. Para penguasa zalim telah mengkhianati berbagai permasalahan rakyatnya. 

Tidak dipungkiri indikator makin dekatnya fajar Khilafah. Pertama, bangkitnya kesadaran umat secara menyeluruh, bukan hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia; bahwa mereka miskin, lemah dan tidak berdaya, karena mereka tidak bersatu dan terjajah, atau belum merdeka. Karena itu, kesadaran untuk bangkit dan merdeka pun menyeruak di mana-mana. Kapitalisme global telah menjadi musuh bersama umat, bahkan bukan saja umat Islam, tetapi juga seluruh umat manusia. 

Kedua, bangkitnya kesadaran umat Islam untuk kembali kepada agamanya. Ini bisa dilihat dari tingginya survei-survei yang dilakukan di negeri kaum Muslim, yang menggambarkan tingginya keinginan mereka untuk menerapkan syariah. Bahkan, mereka juga mendambakan kesatuan dunia Islam dalam satu negara Khilafah. Bukan hanya itu, maraknya syiar dan kegiatan keislaman yang dilakukan oleh seluruh kelompok umat Islam, bukan saja kalangan santri, tetapi juga berbagai kalangan lainnya. 

Ketiga, bangkitnya sentimen umat anti penjajah, juga membawa kesadaran baru mereka terhadap para antek dan komprador penjajah yang selama ini menjadi kakitangan mereka. Lebih jauh, juga ditunjukkan dengan ketidakpercayaan umat untuk tidak memilih mereka dalam proses pemilu, yang ditunjukkan dengan tingginya angka golput di hampir seluruh dunia.

Saatnya kita berjuang dan membela kemaslahatan umat Islam siang dan malam untuk menegakkan kewajiban agung yang akan mengusung kebaikan Islam ke seuruh penjuru bumi, melantangkan kebenaran sebagai seruan kepadanya meski banyak rencana disusun menentangnya dalam bentuk tuduhan palsu, penyesatan, ancaman dan penyerangan. Pilihan terbaik adalah menyambut al-haq dan kebenaran yang dilantangkan. Mari kita penuhi panggilan Allah atas seruan yang akan menyelamatkan kita, niscaya Allah merahmati kita.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.(QS al-Anfal [8]: 24)

Penegakan kembali Khilafah berarti kelahiran negara terbesar di dunia dari sisi kemakmuran, kesejahteraan, keharmonisan hubungan manusiawi dan sosial diantara individu-individu rakyatnya yang bernaung di bawah suasana Islam yang dipenuhi keimanan dan jauh dari amoralitas dan keterpurukan. Penegakan kembali Khilafah berarti penghentian hegemoni imperialisme kapitalisme global yang rakus dan membuangnya ke keranjang sampah sejarah. Penegakan kembali Khilafah berarti perluasan keadilan Islam dan hukumnya sehingga orang zalim tidak lagi memiliki kemampuan berlaku zalim sesukanya dan orang kaya tidak akan bertambah kaya di atas penderitaan orang-orang miskin. Penegakan kembali Khilafah berarti manusia hidup dalam kehidupan yang dipenuhi keutamaan, keberkahan dan petunjuk Islam dengan suasana yang didominasi oleh keamanan dan ketenteraman. Sehingga kehidupan mereka secara keseluruhan terbentuk dengan potret yang diridhai oleh Allah Rabbul ‘alamin. [VM]

Posting Komentar untuk "Khilafah Rosyidah Tinggal Selangkah"