Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jadikan Dakwah Sebagai Poros Hidup


Oleh : Hafshah Nurul Nisa

Seorang muslim yang memahami betapa kehidupan dunia hanya sementara pasti akan dengan sukarela menukar kesenangan apapun untuk kehidupan setelahnya. Menjadi yang terdepan dalam ketaatan adalah pilihan yang tiada duanya. Berusaha sekuat kemampuan untuk terjaga dalam taqwa menjadi harga mati dalam hidupnya. 

Tidak masalah jika akhirat meminta segalanya. Dia tidak hanya akan memberikan apa yang dimilikinya. Sesuatu yang tidak dimiliki pun akan dia upayakan segenap tenaga agar dimiliki dan mampu diberikan saat hal itu memang dibutuhkan. Baginya, hidup hanya punya satu tujuan. Mulia dalam keridhoan. 

Saat ia mengetahui bahwa dakwah adalah semulia-mulianya aktivitas. Dan ketika dia mengetahui bahwa dakwah adalah amalan yang serupa dengan amalan para nabi dan rosul. Maka, dia akan menjadi sosok yang gigih dalam menyampaikan kebenaran. Dia akan menjadikan dakwah sebagai poros hidupnya. Apapun aktivitas yang dia lakukan dakwahlah yang menjadi pertimbangan.

Membincangkan dakwah tentu penting bagi setiap Muslim. Pasalnya, selain kewajiban, dakwah adalah pilar utama Islam. Tanpa dakwah, Islam tak akan tegak. Tanpa dakwah Islam tak akan tersebar luas. Tanpa dakwah tak akan tercipta ‘izzul Islam wal Muslimin. Tanpa dakwah manusia seluruhnya tak akan bisa terselamatkan dari azab Allah SWT. 

Masalahnya, saat ini dakwah cenderung dipahami oleh kebanyakan Muslim sebagai tugas dan kewajiban para ulama, kiai, ustadz dan mubalig saja. Masih sedikit yang memahami bahwa dakwah adalah juga tugas dan kewajiban setiap individu Muslim. Bahkan sejatinya, setiap Muslim menjadikan dakwah sebagai fokus utama sekaligus poros hidupnya. Sebab, hanya dengan itulah akan tercipta ‘izzul Islam wal Muslimin.

Ketika dakwah menjadi poros, dia akan berusaha kaya agar bisa berinfak lebih banyak. Dia akan berusaha menjadi yang terbaik dalam segala hal semata agar semakin kuat kepercayaan umat pada apa yang disampaikannya. Dia akan berusaha untuk pintar agar dakwahnya didengar. Lagi-lagi semua yang dia lakukan dan tinggalkan semata dakwahlah sebagai pertimbangan. 

Namun sungguh sangat disayangkan, jika kenyataan arus kehidupan yang keras terhadap Islam harus menggerus semangat ketaqwaan. Meski tantangan sistemik dari sistem kapitalis yang tengah diterapkan hari ini telah berdampak serius pada kehidupan, bukan berarti pembenaran saat diri akhirnya memilih untuk mundur dengan alasan sebagai korban.

Sungguh tidak ada yang menafikkan bahwa kerasnya hidup dan besarnya tantangan adalah sebuah kenyataan. Tapi jelas tidak bisa dibenarkan jika semua menjadi alasan hilangnya ketaatan dan lemahnya perjuangan. Jangan sampai kita menjadi generasi yang sibuk beralasan dengan sesuatu yang oleh generasi terdahulu berhasil dipatahkan.

Saat diri berselimut kejumudan. Tanyalah, apakah benar akhirat masih menjadi dambaan? Apakah benar dakwah masih menjadi poros kehidupan? Apakah benar bahwa ridho Allah masih menjadi tujuan? Jika memang demikian, layakkah jika semua aktivitas yang mengarah pada terwujudnya semua jawaban kita tinggalkan?

Tanyakan pada diri, jika kekayaanmu adalah untuk dakwah, maka layakkan engkau meninggalkan dakwah demi mencari kekayaan? Jika engkau berupaya segenap tenaga menjadi yang tebaik dalam segala hal adalah untuk dakwah, maka layakkah engkau meninggalkan dakwa untuk mengejar semua predikat baik itu? Dan jika benar kepintaranmu adalah untuk dakwah, maka layakkah engkau meninggalkan dakwah untuk mencari kepintaran?

Maka wahai diri, sebagai apapun engkau kini dan nanti, tetaplah fokus dengan tujuan awal yang telah engkau sematkan dalam dada. Jangan pernah sedikitpun menggeser dakwah dari posisinya sebagai poros dalam hidupmu. Jangan kau ganti cita-cita mulia menjadi penghuni syurga dengan kehinaan karena mengemis pada dunia.

Jadilah sosok yang siap mengambil peran memimpin perubahan. Perubahan yang hanya bisa dilakukan dengan wacana politik, penyadaran umat dan dakwah tanpa kekerasan. Perubahan yang tidak tersekat oleh garis-garis nasionalisme, melainkan perubahan secara ideologis yang mendunia.

Wujudkan semua itu dengan menjadi bagian dari jamaah dakwah yang diikat oleh ikatan akidah yang kokoh dan menjadikan Islam sebagai satu-satunya solusi tuntas permasalahan umat hari ini. Bergeraklah secara massif dan konsisten mengopinikan syari’ah dan khilafah meski berbagai resiko harus dihadapi. Dan jadilah sosok yang dekat dengan Allah yang tidak pernah lupa berdoa agar kemenangan Islam dan kaum muslimin segera diberikan. 

Sungguh, dakwahlah yang membuat kita mulia. Bukan segenap predikat dunia yang banyak membuat orang buta. 

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidpan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” (TQS. An-Nahl: 97) [VM]

Posting Komentar untuk "Jadikan Dakwah Sebagai Poros Hidup"

close