Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berharap Turki , Arab Saudi? Atau Tidak Kedua-duanya…


Oleh : Abu Zaid 
(Syabab Hizbut Tahrir Indonesia)

Setiap hari terungkap fakta para penguasa kaum Muslim yang telah menipu umat. Setiap hari kaum Muslim semakin banyak yang sadar bahwa para penguasa mereka yang ditempatkan oleh kaum kafir penjajah di atas kepala mereka sangat berbelas kasih kepada musuh-musuh umat, sebaliknya mereka bersikap keras dan kejam terhadap umat, bahkan mereka tidak menjaga kekerabatan dengan umat dan tidak pula perjanjian.

Mulusnya serangan Amerika terhadap negeri Islam tidak lain karena pengkhianatan penguasa-penguasa negeri Muslim.  Mereka dengan tergopoh-gopoh dan patuh di bawah komando Amerika, untuk menyerang negeri Islam dengan mengatasnamakan perang melawan ISIS. Di sisi lain, penguasa-penguasa Arab, nyaris tidak berbuat apa-apa ketika Gaza dibombardir oleh Zionis Israel.

Jika mengikut sunnah Nabi saw maka Erdogan dan Raja Salman punya militer dengan senjata canggih dan kekuatan besar di kawasan, mereka harusnya berperang membela darah muslimin di Suriah. di saat yang sama Inggris dan Amerika saling berebut pengaruh di dalam keluarga Kerajaan Saudi. Pengaruh riil di pemerintahan Saudi mengikuti Inggris atau Amerika. Dan kini Salman bin Abdul Aziz berjalan bersama Amerika. Konsekuensinya adalah menurunnya ketegangan antara Amerika dan Saudi. Arab Saudi berkoordinasi dengan Turki dan Qatar untuk mengumpulkan faksi-faksi di belakang antek tuan mereka untuk memperoleh kepercayaan kafir Barat dalam rangka merealisasikan kepentingan kafir Barat di atas pengorbanan kaum muslimin dan darah umat Islam.

Pangeran Saudi meminta agar memberikan hukuman yang berat kepada siapa saja memperdayai para pemuda dan menyeru mereka untuk pergi berjihad ke Suriah. Ketika para penguasa melihat bahwa anak-anak kaum Muslim dari berbagai negeri-negeri tetangga berbondong-bondong datang ke Suriah untuk menolong saudara-saudara mereka yang tertindas, maka peran penguasa Arab Saudi memuluskan proyek-proyek Amerika sekaligus menjadi batu besar umat Islam. Hakikatnya menginjak-injak tentara dan para ulama mereka.

Adalah Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, di mana revolusi Suriah menelanjangi semua skandalnya. berusaha mengulang kembali tragedi umat dengan penipun dan kemunafikan para penguasa. Dimana secara terbuka mereka menyatakan permusuhan terhadap penjajahan, sementara dalam kenyataannya mereka justru yang melaksanakan program-program penjajahan, dan yang mewujudkan setiap kepentingannya. Seharusnya umat tidak boleh terus tertipu oleh beragam intrik Erdogan dan partainya yang bertentangan dengan kepentingan umat.

Peran Turki terkait masalah intervensi Amerika Serikat di Suriah sangat penting dan signifikan. Sebab, tidak mungkin setiap tindakan militer apapun itu berhasil, sementara Turki tidak dilibatkan. Namun, untuk melibatkan Turki harus mempersiapkan opini umum Turki dari aspek hukum hingga Turki mampu melakukan operasi militer di Suriah.

Pemulihan Hubungan Turki-Iran dan Turki-Rusia penting bagi Amerika untuk menghadapi Revolusi Suriah yang makin mengancam kepentingannya. Perlu kesatuan kordinasi yang bersifat lebih terbuka dari kedua negara ini untuk menggagalkan Revolusi Suriah. Karena itu upaya perluasan mitra-mitra Turki menjadi bagian dari strategi Amerika saat ini untuk menyatukan koordinasi memberangus Revolusi Suriah. Turki bekerjasama dengan Rusia yang tidak berhenti membombardir Aleppo dan sekitarnya serta di beragam tempat di Suriah, ini wajib membuka mata mereka yang tersesatkan dan terpedaya oleh Erdogan dan rezimnya.

Amerika Serikat dan negara-negara Barat merasa sudah sangat dekat lahirnya Negara Khilafah, yang merupakan cara satu-satunya menuju penerapan Islam kaffah. Hal yang pasti adalah Amerika ingin ancaman Islam politik menghilang, atau benar-benar melemah, dan sepenuhnya negeri-negeri kaum muslimin menjadi sekuler. Amerika menyadari betul bahwa menundukkan kebangkitan Islam politik adalah sangat tidak mudah. Namun, Amerika yakin bahwa ada orang-orang dan kelompok kaum muslim itu siap untuk menjual agama mereka dengan kekuasaan. Mereka adalah orang-orang yang siap untuk memenuhi seruan Amerika guna menjadi bonekanya. Menjinakkan orang-orang seperti itu untuk merebut kekuasaan membutuhkan waktu.  Dengan ini, mereka benar-benar telah membeli kesesatan dengan petunjuk. Allah SWT berfirman: “Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!” (TQS. Al-Baqarah [2] : 175).

Jadi, satu-satunya penghalang kaum Muslim di Syam, dan penghalang kembalinya Islam adalah kepemimpinan antek. Sungguh, kepemimpinan antek ini telah melupakan Allah dan Rasul-Nya, sehingga mereka pun dilupakan. Dan sebaliknya, mereka lebih memilih untuk mempertahankan hegemoni Amerika dan keamanan negara Zionis. Mereka ini tidak melihat masa depan kecuali hanya segenggam keuntungan. Mereka melihat Amerika sebagai teman dan kekasih, sementara di saat yang sama mereka berusaha untuk menghinakan umat Islam. Sungguh, mereka sedang merangkul musuh-musuh Islam, padahal dengan ini mereka secara terbuka menentang firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin; sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (TQS. Al-Maidah [5] : 51). [VM] 

Posting Komentar untuk "Berharap Turki , Arab Saudi? Atau Tidak Kedua-duanya…"

close