Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ini Bukan Perang, Tetapi Pembantaian Besar-Besaran


Oleh: Kholila Ulin Ni’ma
(Dosen Tetap di STAI al-Fattah Pacitan)

Kebrutalan yang tak masuk akal terus terjadi di bumi Myanmar. Kaum muslimin ditembaki, diusir dari negerinya sendiri, kesucian dinodai, tubuh dan rumah-rumah pun tak luput dibakar. Tangisan anak-anak, perempuan, tak terkecuali muslim laki-laki yang meminta pertolongan tak ada yang mengindahkan. Satu persatu tubuh muslim tak berdosa itu tumbang. Dalam sekejap ratusan muslim gugur dalam pembantaian besar-besaran. (liputan6.com, 25/11)

Kelompok Human Rights Watch (HRW) telah menggunakan citra satelit untuk mengidentifikasi 430 bangunan yang hancur. Sekitar 1,3 juta Muslim tinggal di Burma. Sementara pemerintah menolak untuk memberi mereka kewarganegaraan, dan memperlakukan mereka sebagai para imigran ilegal yang datang dari Bangladesh. Dengan didengar dan disaksikan dunia, kaum Muslim dibantai dan dijadikan obyek kejahatan yang paling keji, namun tidak seorang pun yang bergerak untuk menolongnya. Padahal rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: 

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Artinya: Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam. (HR. Muslim). 

Kebijakan keji pemerintah Myanmar menetapkan bahwa bayi-bayi Rohingya yang lahir di luar pernikahan resmi yang diakui pemerintah ditempatkan pada daftar hitam yang melarang mereka untuk masuk sekolah dan menikah. Muslim Rohingya harus membuat permohonan terlebih dulu sebelum mencoba untuk menikah; sering adanya penolakan oleh pemerintah, serta kebijakan yang ketat untuk memiliki hanya dua anak hanya diperuntukkan bagi Rohingya.

Hal yang membuat keprihatinan yang semakin mendalam adalah sikap diamnya para penguasa kaum Muslim di berbagai negeri. Seolah mereka mengikuti Amerika dan Barat sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta. Mereka diam saja tetap tidak bergerak sedikitpun. Ini adalah buah dari penerapan sistem nation state di Dunia Islam. Dengan paham kebangsaan, seolah kaum Muslim terlepas dari ikatan mereka yang satu, tauhid. Mereka merasa asing dengan saudara mereka yang Muslim.

Penguasa Bangladesh yang bertetangga dengan Birma sekalipun, tidak menolong saudara-saudara mereka yang menderita penyaringan dan penindasan bengis sejak ratusan tahun. Penguasa Bangladesh bukan hanya tidak menolong kaum Muslim, bahkan ‘mencekik leher’ orang yang mengungsi ke Bangladesh dengan menutup perbatasannya untuk kaum Muslim itu.

Apa Masalah Sebenarnya?

Akar pertama, kebencian yang luar biasa para biksu terhadap Muslim di sana. Mereka memang selalu mengungkit di Indonesia dulu itu adalah mayoritas Hindu-Budha tetapi setelah masuknya dakwah Islam berubah menjadi mayoritas Muslim, para biksu ini tidak mau hal yang sama terjadi di Burma/Myanmar.

Kedua, penolakan terhadap para pengungsi Muslim Rohingya menunjukkan bagaimana nasionalisme telah membuat negara-negara itu bertindak demi kepentingan yang sempit dari negara masing-masing tanpa melihat persoalan orang lain yang lebih besar.

Kalau Indonesia peduli kepada Palestina mengapa tidak kepada Rohingya? Ini patut dipertanyakan. Kalau dulu kita dapat menampung pengungsi dari Vietnam mengapa sekarang dari Rohingya tidak? Ini juga patut dipertanyakan. Ini juga termasuk aneh kalau dari Rohingya malah diusir-usir dari Indonesia

Ketiga, inilah cermin dari Muslim yang terpecah belah setelah tidak ada khilafah. Harkat, martabat dan kehormatan kaum Muslim itu begitu direndahkannya, dicabik-cabik nyawanya dengan sangat mudah.

Poin yang Harus Diperhatikan

Pertama, kekhawatiran umat Hindu Budha sebetulnya tak masuk akal. Apa yang pernah dialami oleh Indonesia adalah sejarah perubahan sosial yang berlangsung secara alamiah artinya ia merupakan perkembangan peradaban biasa. Dan tidak pernah juga orang Hindu atau Budha diusir dari Indonesia meski penduduknya sudah mayoritas Muslim. Jadi mereka tidak punya alasan mengusir Muslim Rohingya. Allah mengingatkan dalam Quran Surah An Nisa 141 tentang haramnya imperialisme yang dilakukan terhadap umat Islam.

وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلا

“dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.”

Kedua, nasionalisme telah merusak rasa persaudaraan antara umat Islam. Umat Islam di seluruh dunia wa bil khusus  negeri-negeri yang terdekat dengan Rohingya harus kembali mengingat firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ

“jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan” (QS Al Anfal 72)

Ketiga, menerapkan syariah akan dapat mewujudkan kemaslahatan bagi umat manusia. Kaidah fiqih :
 حيثما يكون الشرع تكون المصلحة

“Di mana ada penerapan syariat, di situ ada maslahat.”

Sebaliknya ketika syariat tidak diwujudkan maka yang terjadi adalah kesengsaraan. Dan syariat ini juga tidak bisa dilaksanakan secara total jika tanpa institusi daulah khilafah yang menaunginya. Umat Islam akan terus didiskriminasi selama khilafah belum terealisasi. [VM]

Posting Komentar untuk "Ini Bukan Perang, Tetapi Pembantaian Besar-Besaran"

close