Jangan Berhenti Pada Kasus AHOK
Oleh : Nining Tri Satria, S.Si
(Ko. Media Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Dewan Pimpinan Daerah I Provinsi Bengkulu)
Derap langkah para mujahid bergema memenuhi jagad, hati umat islam mana yang tidak terluka dikala Al-Quran yang sangat dicintai begitu ringannya dilecehkan dan dinistakan. Bagi umat Islam Al-Quran merupakan kitab yang mampu menghidupkan jiwa dan menentramkan hati. Al-Quran bisa mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, yaitu jalan Dzat yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. Siapa saja yang berkata dengan menggunakan Al-Quran, pasti akan dipercaya. Siapa saja yang mengamalkannya, pasti beruntung. Siapa saja yang memutuskan hukum dengannya, pasti akan adil. Dan siapa saja yang mendakwahkannya, pasti akan mendapatkan hidayah ke jalan yang lurus.
Lagi hangat-hangatnya berita tentang Aksi Bela Islam II ataupun Aksi Bela Islam III yang berlangsung pada tanggal 4 November 2016 dan 2 Desember 2016 baik di media sosial, elektronik maupun surat kabar banyak menyisakan dan merupakan momen yang spesial di hati kaum muslimin. Hal ini terutama setalah ada kesepakatan Mabes Polri dengan GNPF-MUI (Republika.co.id) . Jutaan umat islam bersatu untuk menuntut keadilan atas penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Seperti kita ketahui sebelumnya, para mujahid dari Ciamis berjalan kaki menuju ibu kota (Jakarta) karena sebelumnya sejumlah PO Bus dilarang mengangkut mereka oleh pihak Kepolisian. Larangan ini diberlakukan oleh Kepolisian di berbagai daerah. Akibatnya, sejumlah PO Bus takut menyewakan busnya setelah didatangi aparat (Republika.co.id).
Kendaraan bisa dihambat perjalananpun bisa dipersulit, alasan demi alasan memperlambat, angkutan bisa dibatalkan, tapi keimanan takkan pernah redup sedikitpun. Tuduhanpun berhamburan datang, mulai dari hanya urusan perut sampai dibayar ratusan ribu, mereka tidak peduli, jumlah dan tekad yang luar biasa menjadi jawaban tak terbantahkan. Yang kita perjuangkan lebih dari sekedar harta dan jiwa, lebih dari sekedar komitmen kebangsaan, lebih dari sekedar dunia, akan tetapi ini tentang Islam, tentang akhirat. Lautan manusia yang hadir tak meminta banyak, hanya keadilan yang ditegakkan, sebab keadilan inilah yang ditegakkan kalimat thayyiban, Laa ilaaha illah Allah. Sholat Jumat ketika Aksi bela Islam III beberapa hari yang lalu mungkin shalat Jumat berjamaah yang paling banyak yang pernah terjadi di bumi Nusantara Indonesia.
Tak ada yang menafikkan kehebatan mujahidin dari Ciamis yang menunjukkan pada dunia kecintaannya pada Islam. Umat islam yang datang karena dorongan Ruhiyah ini tanpa dibayar, malah saling tolong-menolong dan sayang antar peserta aksi, tiap sudut membagi bekal karena sejatinya membelanjakan harta di jalan Allah diatas segalanya. Sekali-kali Aksi #BelaQuran ini bukan urusan ras, suku, golongan, tapi perkara berat dan seriusnya dalam agama Islam.
Apa yang dilakukan oleh umat islam di Kota Jakarta berbanding lurus dengan Kota Bengkulu. Aksi Bela Islam III umat muslim Bengkulu di Mesjid Raya Baitul Izzah berjalan super damai. Ribuan jamaah memadati lokasi acara sejak pukul 07.30 WIB. Jamaahpun meluber hingga keluar Mesjid. Tepatnya di dalam tenda yang sudah disediakan. (Harian RB)
Baik aksi “411” maupun “Aksi 212” setidaknya membuktikan dua hal: Pertama, umat Islam sesungguhnya bisa bersatu. Mereka yang tentu berasal dari berbagai latar belakang mazhab, organisasi, kelompok, profesi, dll. Faktanya bisa dipersatukan oleh Al-Quran. Penistaan Al-Quran oleh Ahok telah membuat kemarahan yang sama pada diri setiap Muslim yang masih memiliki iman di dalam dadanya masing-masing. Hanya kaum sekuler-liberal yang tidak tergugah sedikit pun saat Al-Quran dinistakan oleh orang kafir. Kedua, bahwa umat Islam masih hidup. Kemarahan mereka terhadap Ahok sang penista Al-Quran dan sigapnya mereka untuk terlibat dalam “Aksi 411” maupun “Aksi 212” dengan segenap semangat dan pengorbanan mereka membuktikan bahwa mereka masih memiliki ghirah yang luar biasa. Mereka benar-benar masih memiliki “ruh”. Saat umat bangun dari tidur panjangnya maka siapapun tak akan bisa menghalangi segala hasrat dan keinginan mereka.
Berbagai problematika yang terjadi dewasa ini tidak lain tidak bukan karena hukum yang diterapkan merupakan hukum buatan manusia, sudah pasti sesuai dengan hawa nafsu manusia yang akan menimbulkan perpecahan, perselisihan dan bahkan tidak mengherankan jika kasus serupa muncul di kemudian hari dikala tersangka kasus penistaan Al-Quran (Ahok) tidak ditahan dan diberi hukuman yang berat, karena sejatinya hukum di Negara tercinta kita saat ini telah tumpul dan mandul alias tajam di bawah tumpul diatas.
Sudah saatnya umat Islam bersatu dalam naungan institusi Khilafah Rasyidah. Khilafah bukanlah ancaman sebagaimana sering dituding orang. Pasalnya, esensi Khilafah paling tidak ada dua. pertama, penerapan syariah secara kaffah, yang merupakan wujud ketaqwaan hakiki kepada Allah SWT, yang pasti bakal membawa berkah (QS. Al-A’raf: 96). kedua, persatuan umat.
Sejarah telah membuktikan, keduanya benar-benar terwujud nyata. Inilah yang antara lain diakui secara jujur oleh Will Durant, “Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan tersebar luas hingga berbagai ilmu, sastra, filsafat dan seni mengalami kemajuan luar biasa, yang menjadikan Asia Barat sebagai bagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad” (Durant, The Story of Civilization (XIII/151).
Durant juga secara jujur menuturkan kisah manis kerukunan umat beragama antara pemeluk Islam, Yahudi dan Kristen di Spanyol pada era Khilafah Bani Umayah (Durant, The Story of Sivilization, XIII/296-297). Selain Durant, dalam pidatonya pada tahun 2001, Carly Fiorina, CEO Hewlett-Packard, juga pernah menyatakan, “model kepemimpinan yang cemerlang inilah (Khilafah) yaitu kepemimpinan yang memelihara, mengayomi, penuh keragaman dan penuh keberanian yang mampu menghasilkan berbagai penemuan dan menciptakan kesejahteraan selama 800 tahun (http: // www.hp.com / hpinfo / execteam/ speeches/ fiorina / minnesota01.html).
Jadi, siapapun yang menganggap Khilafah sebagai ancaman adalah orang yang buta agama, politik, dan sejarah. Wallâhu a’lam bi ash-shawâb. [VM]
Posting Komentar untuk "Jangan Berhenti Pada Kasus AHOK"